TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jurus Pedagang Jahe di Semarang Bertahan kala Pandemik COVID-19

Pedagang pasar tradisional terapkan protokol kesehatan

Seorang pedagang jahe saat berjualan di lapak Pasar Peterongan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang telah berlangsung hampir setahun rupanya membuat aktivitas pasar tradisional di Semarang, Jawa Tengah sepi. Salah satunya di Pasar Peterongan, Kecamatan Semarang Selatan misalnya. 

Baca Juga: Dihantam Pandemik, Pedagang Love Bird di Semarang Kehilangan Omzet 50 Persen 

1. Pedagang diuntungkan tren penjualan jahe yang meningkat saat pandemik

Ragam empon-empon yang dijual did Pasar Peterongan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Triyani, seorang pedagang di Pasar Peterongan Semarang berkata tidak gampang bertahan hidup dengan situasi yang serba dibatasi saat ini. Ia harus memutar otak agar empon-emponnya laku sambil tetap menjaga protokol kesehatan virus corona.

Yani, sapaan akrabnya bilang ia mulai beralih berjualan empon-empon sejak enam bulan terakhir karena diuntungkan dengan tren masyarakat yang mulai gemar mengonsumsi minuman rimpang tersebut. Sebab, diakui atau tidak, banyak yang percaya bisa mengurangi gejala flu.

Ragam empon-empon yang ia jual cukup bervariasi. Untuk harga jahe merah saat ini Rp80 ribu per kilogram, serai Rp8 ribu per kilogram, kunir sekilo harganya Rp10 ribu, sedangkan harga kayu manis atau kapulaga sebesar Rp8 ribu per kilogram. 

"Saya enam bulan terakhir kan juga jualan temulawak, serai, kayu manis, kencur, jahe dan kunir. Tapi pembeli malah sering borongnya yang jahe. Terutama yang laris jahe merah, jahe emprit, dan jahe gajah," kata perempuan berusia 56 tahun itu kepada IDN Times sembari melayani para pelanggannya, Jumat (29/1/2021).

2. Penjualan jahe merah kala pandemik COVID-19 laku keras

Seorang pedagang tampak memotong jahe merah. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia menganggap jahe merah menjadi komoditas yang mempunyai keunikan tersendiri selama masa pandemik COVID-19. Selain memiliki khasiat menghangatkan tenggorokan, jahe juga bisa mengurangi gejala batuk dahak, pilek dan flu.

Dari penjualan jahe, untung berlipat-lipat kala musim hujan. Saban hari tidak kurang 10 kilogram jahe merahnya laku diborong pembeli yang mayoritas berasal dari para pedagang warung kecil maupun angkringan.

"Yang beli eceran palingan cuma sekilo dua kilo aja. Yang banyak itu kalau pedagang warung datang kemari. Sehari jahe merah saya laku sampai 10 kilogram. Makanya kan kalau pas hujan-hujan gini, orang-orang pada ke pasar buat beli jahe. Emang laris banget. Saya aja bisa untung lima kali lipat dibanding kondisi sebelum pandemik," akunya.

3. Pedagang Pasar Peterongan sering diingatkan pakai protokol kesehatan

Ilustrasi pasar tradisional. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Berjualan di pasar saat pandemik COVID-19 seringkali dibikin repot. Yani mengaku rutin diingatkan oleh pengelola pasar agar selalu memakai masker dan membasuh tangannya dengan air mengalir setiap selesai melayani pembeli.

"Ya kadang saya kan lupa pake masker, terus saya lepas, tapi kalau akhir-akhir ini tetap maskeran terus. Soalnya petugas pasar sering keliling buat mengingatkan biar tetap menjaga kesehatan," ujar ibu dua anak itu. 

Baca Juga: Pasar di Semarang Ditutup Karena Pedagang Positif COVID-19, Ganjar Pranowo Curhat Sulit Atur Pasar

Berita Terkini Lainnya