TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenaikan BBM, Pakar Ekonomi UMS Sebut Inflasi Bisa Capai Dua Digit

Sektor informal butuh perhatian.

Ilustrasi pengisian BBM di SPBU Pertamina. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Surakarta, IDN Times - Pakar ekonomi dark Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. DR. Anton Agus Setyawan SE, MSi mengatakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ditengah iklim perekonomian global yang tidak menentu membuat kenaikan inflasi di Indonesia.

Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS memperkirakan inflasi di Indonesia bisa menyentuh angka dua digit.

Baca Juga: Rektor UMS Solo Menyamar Jadi Mahasiswa Baru, Kasih Hadiah Sepeda

1. Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah hanya jangka pendek.

Kementerian Sosial menyalurkan BLT Minyak Goreng di Kepulauan Riau, Kamis (20/5/2022). (dok. Kemensos)

Prof. Anton mengatakan kenaikan inflasi Indonesia menjadi point yang perlu diwaspadai usai adanya kenaikan harga BBM. Kendati demikian, ia menyebutkan jika kenaikan inflasi sudah dirasakan oleh Indonesia sejak bulan Januari 2022 lalu, bahkan sebelum adanya kenaikan harga BBM.

"Inflasi kita dari bulan Januari itu naik sudah mulai 2,18 persen kemudian Juli sebelum kemarin sudah 4,6 dan nyaris 5 persen. Nah ini, perkiraan tanpa BBM naik sekalipun karena sumbangan dari harga makanan akhir tahun yaitu inflasi tahunannya bisa 6 persen, kalau ada kenaikan BBM dengan kondisi sekarang ini ada kemungkinan inflasi bisa tembus dua digit," katanya saat dihubungi IDN Times, Senin (5/8/2022).

Menurut, Prof. Anton inflasi yang dialami mendatang menjadi pukulan berat bagi masyarakat, selain kenaikan BBM juga kenaikan harga kebutuhan pokok.

2. Bantuan BLT hanya untuk jangka pendek

Kementerian Sosial menyalurkan BLT Minyak Goreng di Kepulauan Riau, Kamis (20/5/2022). (dok. Kemensos)

Lebih lanjut, Prof. Anton juga menyoroti program bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan oleh pemerintah sebesar Rp600 ribu untuk 16 juta penduduk di Indonesia. Menurutnya, bantuan tersebut hanya bersifat jangka pendek, padahal dampak kenaikan harga BBM sendiri bisa dirasakan oleh masyarakat hingga akhir tahun mendatang.

Terlebih batuan BLT hanya diberikan untuk masyarakat miskin, sedangkan yang perlu diwaspadai adalah masyarakat rentan miskin yang diprediksi akan mengalami penurunan daya beli.

"Ok di masyarakat paling bawah disiapkan bantalannya termasuk mereka yang gajinya dibawah Rp 3,5 juta, hanya saja kan ada juga mereka yang rentan dengan gangguan terhadap pada kenaikan harga, misalnya mereka yang sedikit gajinya diatas UMR itu kan kemungkinan mereka tidak akan masuk kedalam jaringan bantuan sosial, bisa jadi mereka daya belinya berkurang," katanya.

Prof. Anton menambahkan kenaikan harga BBM jika tidak diselesaikan secara merata akan menambah jumlah masyarakt miskin di Indonesia.

"Ya kalau itung-itungan angkanya ya pasti, tiap kali ada inflasi ada kenaikan itu nanti pasti jumlah orang miskin akan bertambah, karena pukulannya tidak hanya kena sektor-sektor konsumsi masyarakat tapi juga sektor produktif, terutama yang usaha UMKM yang pasti akan terdampak. Jadi apa jumlah orang miskin naik, nah bisa dipastikan ia," ungkapnya.

Baca Juga: Kenaikan BBM Berbanding Terbalik dengan Upah, Buruh akan Demo Besar

Berita Terkini Lainnya