4 Kunci Sukses Naruna Keramik Salatiga, Ekspor saat COVID-19 Mengganas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salatiga, IDN Times - Tidak sedikit pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tumbang akibat pandemik COVID-19. Bisnis macet alias berjalan mulus lantaran minim bahkan tidak ada permintaan pasar.
Satu dari mereka yang bertahan adalah Naruna Ceramic. UMKM asal Salatiga, Jawa Tengah berbasis kriya keramik itu memproduksi cangkir, gelas, mug, piring, dan mangkuk berbahan dasar tanah liat. Bagaimana dan apa saja strateginya?
1. Mengubah target pasar
Sang pemilik (owner) UMKM Naruna, Roy Wibisono mengaku bersyukur karena saat COVID-19 mengganas di Tanah Air justru usahanya mampu ekspor ke berbagai negara. Seperti Australia, Inggris, Jerman, Belgia India, Qatar, dan Arab Saudi.
Jebolan Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu mengaku mengubah target pasar dari yang semual berfokus pada Business to Business (B2B) menjadi Business to Customer (B2C)
"Saat (pandemik COVID-19) itu saya mengubah target pasar, dari yang semula ke kafe-kafe, coffeshop, dan resto atau B2B menjadi B2C alias ke personal individu-individu. Paling tidak dengan begitu (penjualan satu atau dua), masih ada pemasukan," kata pria berusia 51 tahun itu kepada IDN Times di Salatiga.
Baca Juga: Bayar Sekolah Tak Lagi Telat Berkah KUR untuk Olah Limbah
2. Serius memanfaatkan teknologi informasi
Selain merubah target pasar, Roy betul-betul memanfaatkan teknologi informasi untuk menaikkan kelas usahanya. Ia mengaku, hampir 100 persen penjualan produk Naruna berasal dan melalui online. Baik melalui media sosial atau platform e-commerce.
Baginya, digitalisasilah yang menolong usaha Naruna bisa berkembang pesat hingga saat ini.
"Dengan internet, bisnis bisa menjangkau semua pasar. Kami berusaha untuk meyakinkan dan menjamin kepada konsumen dan pelanggan, jika membeli produk Naruna keramik tidak akan pernah mengecewakan," aku Roy yang memulai membuat usaha dari garasi rumahnya.
3. Membuka peluang akses pasar
Digitalisasi tidak hanya digunakan untuk pemasaran melainkan mencari peluang untuk meningkatkan dan melebarkan pangsa pasar penjualan. Keaktifannya di dunia digital membuat mendapatkan tawaran untuk bergabung dan mengikuti pameran Brilianpreuner yang rutin diadakan setiap tahun.
Bahkan pada tahun pertama keikutsertaannya, Roy kaget jika Naruna berhasil menyabet juara satu Brilianpreuner Indonesia kala itu.
Brilianpreneur adalah program BRI untuk memajukan UMKM di Indonesia. Para pelaku UMKM mendapatkan pembekalan melalui pelatihan intensif dan akses pasar Global yang lebih mudah.
"Pertengahan tahun 2020 kami mencoba mendaftar Brilianpreneur. Lebih dari 500 UMKM dan kami masuk 50 besar. Yang masuk diberi pelatihan-pelatihan. Sampai 10 besar kami presentasi di Jakarta dan berhasil jadi juara satu," ujar Roy.
4. Story telling untuk mendekatkan produk
Sejalan dengan itu, produk Naruna keramik tidak hanya mengandalkan desain dan keunikan semata. Roy membingkainya sehingga memiliki keunikan, nilai artistik, dan ekslusif.
Oleh karena itu, keunggulan produk tersebut disampaikan Roy melalui story telling yang mampu memikat pelanggan.
"Produk kami cangkir minimal harga Rp120 ribu. Kalau di luar sana harga paling murah banyak. Supaya lebih laku, ya ada cerita (story telling) di balik produk kami. Mulai dari desain, glasir warna, kualitas, handmade, tahan gores, aman (foodgrade) dan bebas dari bahan beracun. Semua dimasukkan, jadi akan membuat ketertarikan tersendiri di mata calon pembeli," akunya.
Baca Juga: Dominasi Penggunaan QRIS di Jateng, Transaksi UMKM Meningkat