5 Alasan Kenapa Menjadi Overqualified Bisa Justru Merugikan Karier

- Kualifikasi yang terlalu tinggi bisa membuat pekerjaan terasa kurang menantang dan sulit berkembang
- Perbedaan cara kerja dan ekspektasi gaji bisa menyebabkan konflik dengan atasan atau perusahaan
- Keterlaluan kualifikasi bisa mengakibatkan kurangnya motivasi, kebosanan, dan burnout karena kurangnya tantangan
Terkadang, kamu merasa bangga dengan pengalaman dan keterampilan yang dimiliki. Tapi, tahukah kamu bahwa menjadi overqualified atau memiliki kualifikasi yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu bisa jadi malah merugikan kariermu?
Mungkin terdengar aneh, tapi ada beberapa alasan mengapa itu bisa terjadi. Yuk, keep reading!
1. Kesempatan untuk berkembang terbatas

Saat kamu melamar pekerjaan yang sebenarnya gak sebanding dengan kualifikasimu, kamu mungkin merasa kurang menantang atau merasa gak diberi kesempatan untuk tumbuh. Atasan bisa saja merasa bahwa kemampuanmu sudah melebihi apa yang mereka butuhkan, sehingga gak banyak peluang untuk pengembangan karier lebih lanjut.
Ini bisa bikin kamu merasa stagnan dan akhirnya kurang puas dengan pekerjaan yang ada. Kalau kamu merasa seperti ini, mungkin waktunya untuk mencari tantangan yang lebih sesuai dengan kualifikasimu.
2. Kesulitan dalam beradaptasi dengan budaya perusahaan

Perusahaan biasanya mencari kandidat yang bisa segera menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan lingkungan baru. Kalau kamu terlalu berpengalaman atau overqualified, kamu mungkin merasa sulit untuk menerima cara kerja atau prosedur yang dianggap terlalu sederhana atau gak efisien bagi kamu.
Hal ini bisa membuat kamu merasa frustasi atau bahkan terjebak dalam konflik kecil dengan rekan kerja atau atasan. Kadang, perbedaan cara berpikir dan pengalaman bisa menjadi penghalang dalam beradaptasi dengan tim baru.
3. Persepsi bahwa kamu akan cepat bosan atau resign

Atasan mungkin khawatir kalau kamu merasa pekerjaan yang kamu jalani gak sesuai dengan kemampuanmu dan akan cepat bosan atau bahkan resign. Biasanya, perusahaan ingin mencari karyawan yang bisa bertahan lebih lama di posisi tersebut, dan menjadi overqualified bisa memberi kesan bahwa kamu hanya ingin pekerjaan tersebut sebagai langkah sementara.
Hal ini bisa membuat perusahaan kurang tertarik untuk memberimu kesempatan, karena mereka mungkin merasa kamu gak akan bertahan lama.
4. Ekspektasi gaji yang lebih tinggi

Saat kamu melamar pekerjaan yang lebih rendah posisinya dari pengalaman dan kualifikasi yang kamu miliki, ada kemungkinan perusahaan merasa keberatan dengan ekspektasi gajimu. Kamu mungkin mengharapkan gaji yang lebih tinggi karena pengalamanmu yang banyak, sementara pekerjaan yang ditawarkan mungkin hanya memberikan kompensasi yang lebih rendah.
Perbedaan antara ekspektasi dan kenyataan gaji bisa membuatmu merasa kecewa atau malah menghalangi kesempatanmu untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
5. Tantangan lebih kecil, potensi burnout lebih besar

Pekerjaan yang terlalu mudah bagi seseorang yang overqualified bisa membuatnya merasa kurang terstimulasi dan akhirnya merasa gak terlibat. Hal ini bisa menyebabkan rasa bosan yang berujung pada burnout karena kurangnya tantangan atau kepuasan dalam pekerjaan.
Jika kamu merasa gak ada ruang untuk berkembang atau menantang diri sendiri, bisa jadi kamu akan merasa cepat lelah atau kehilangan motivasi. Ini bukan situasi yang ideal untuk pertumbuhan karier jangka panjang.
Jadi, meskipun menjadi overqualified bisa jadi tanda bahwa kamu sangat berpengalaman, kadang itu malah bisa berisiko buat kariermu. Keseimbangan antara keterampilan dan tantangan yang sesuai dengan posisi yang diinginkan penting banget untuk menjaga motivasi dan perkembangan karier. Jangan takut untuk mencari peluang yang lebih menantang jika kamu merasa posisi yang ada sekarang gak memberi ruang untuk tumbuh!