6 Sebab Tak Mengembalikan Buku Pinjaman, Jangan Ragu untuk Menagih

- Peminjam yang pelupa dan ceroboh sulit mengembalikan buku tepat waktu
- Orang yang menolak konsekuensi membeli barang cenderung tidak mau mengembalikan buku pinjaman
- Buku sering tidak kembali karena dipinjamkan ke orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya
Urusan meminjamkan barang terkadang tidak berjalan dengan mulus. Gak cuma soal uang, benda-benda lain seperti buku juga kerap sulit kembali setelah kamu meminjamkannya ke orang lain. Niat baikmu untuk memberi kesempatan padanya ikut membaca buku yang sama malah berujung buku itu entah ke mana.
Buat dirimu yang sangat menyukai bacaan dan menghabiskan uang yang tak sedikit buat membelinya tentu kesal. Perilaku peminjam amat bertolak belakang denganmu. Saat dirimu meminjam buku pada siapa pun pasti dengan penuh tanggung jawab mengembalikannya tepat waktu.
Bahkan gak cuma itu, buku yang dipinjam olehmu selalu kembali dalam keadaan baik tanpa kerusakan sedikit pun. Lantas kenapa ada orang yang ceroboh dalam mengembalikan buku pinjaman? Berikut enam penyebabnya. Dirimu mesti hati-hati jika hendak meminjamkan buku padanya.
1. Lupa pernah pinjam atau tempat menaruhnya

Meminjamkan apa pun pada orang yang pelupa memang sangat berisiko. Sekalipun menurutmu waktu pinjamnya belum lama, dia sudah gak ingat. Terlebih jika sifat pelupanya ditambah dengan seringnya ia meminjam berbagai barang dari orang yang berbeda-beda.
Butuh usaha keras untukmu membuatnya ingat. Sayangnya, kalaupun dia akhirnya ingat pernah meminjam buku padamu, tempat menaruhnya entah di mana. Terlalu banyak barang di rumahnya. Termasuk buku-buku yang sebagiannya milik sendiri. Sebagiannya lagi senasib dengan buku yang dipinjamkan olehmu.
Buku-buku itu tidak kembali pada pemiliknya. Boleh jadi bukumu bukan sekadar terselip di rumahnya, melainkan tertinggal di suatu tempat alias hilang. Ia membawanya ke mana-mana dengan maksud membacanya, tetapi lupa meletakkan serta meninggalkannya begitu saja.
2. Hasrat memiliki tanpa membeli

Keinginan seperti ini amat berbahaya. Ketika seseorang berkeras tak mau mengeluarkan uang sepeser pun buat membeli sesuatu, seharusnya dia sadar tidak akan dapat memiliki barang itu. Akan tetapi, beberapa orang juga menolak konsekuensi tersebut.
Mereka tetap menganggap membeli sebagai kerugian. Lebih menguntungkan bagi mereka jika berhasil mempunyai sesuatu selain dengan cara itu. Mending bila mereka hanya menunggu pemberian. Artinya, orang yang berniat memberi memang sudah ikhlas melepaskan barangnya.
Sementara dalam kasus buku yang dipinjamkan olehmu pada seseorang, jelas perjanjiannya bukan pemberian. Ia seharusnya mengembalikannya. Namun, kenyataannya dia justru menganggap seolah-olah buku itu miliknya. Kamu sebagai pemilik aslinya justru diperlakukan seperti tidak berhak lagi atas buku tersebut.
3. Bukunya ada, tapi kondisinya rusak

Peminjam yang bersifat kurang bernyali akan mengalami keraguan hebat buat mengembalikan buku kalau kondisinya telah rusak. Padahal, buku tersebut dipinjamnya dalam keadaan yang baik. Contohnya, dia membacanya sambil menikmati kopi.
Tanpa disangka hampir segelas penuh kopi tumpah tepat ke buku yang terbuka. Kerusakannya kentara sekali bahkan setelah buku kering. Apalagi bila dalam usahanya membersihkan buku justru merobek beberapa halaman yang basah.
Dia menjadi kehilangan keberanian untuk mengembalikan buku tersebut. Di sisi lain, ia juga enggan atau kesulitan buat mengganti buku itu dengan buku baru berjudul sama. Daripada dia dimarahi pemilik buku karena rusak, ia memilih tidak pernah mengembalikannya. Dia bakal terus berusaha menghindari pertemuan dengan pemilik buku agar tak ditagih.
4. Buku telah berpindah tangan dan sulit melacaknya

Buku bisa berpindah-pindah tangan bila seseorang tidak amanah. Seperti kamu hanya meminjamkan buku itu padanya. Seharusnya, buku tersebut langsung dikembalikan padamu setelah ia selesai membacanya. Akan tetapi, dia justru tanpa sepengetahuanmu meminjamkannya pada orang lain.
Orang lain tersebut juga mengoperkannya lagi. Terus seperti itu sampai peminjam pertama akhirnya gak tahu bukumu ada di siapa. Dia bertanya pada teman yang dipinjaminya pun jawabannya serupa. Kalau sudah begini, bukumu kecil kemungkinan bisa kembali.
Ini sebabnya apabila dirimu hendak meminjamkan sesuatu pada siapa pun, selalu tegaskan agar dia langsung mengembalikannya padamu. Jangan meminjamkannya pada siapa pun. Peringatan keras begini menahan seseorang bersikap seakan-akan dia berhak memberikan barang pinjaman ke orang lain yang dikenalnya.
5. Bukunya milik perpustakaan

Buku milik perpustakaan paling sering tidak kembali. Pelakunya jelas anggota perpustakaan tersebut. Sekalipun seseorang gemar membaca belum tentu dibarengi dengan kesadaran serta rasa tanggung jawab yang tinggi. Buku perpustakaan semestinya dikembalikan karena akan dibaca oleh anggota lainnya.
Namun, ada saja orang yang justru berpikir buku itu gak usah dikembalikan pun tak apa-apa. Alasannya, perpustakaan masih punya begitu banyak koleksi. Buku-buku di sana tak bakal ludes hanya lantaran beberapa di antaranya tidak dikembalikan. Pelaku juga meyakini perpustakaan memiliki banyak dana buat membeli buku lagi.
Bahkan beberapa orang menjual buku milik perpustakaan. Tindakan seperti ini tidak bisa dibenarkan. Siapa pun pemilik buku, perorangan maupun perpustakaan, tetap bukan milik orang yang meminjam sehingga wajib dikembalikan. Semua anggota perpustakaan berhak membacanya, tetapi tidak untuk memilikinya.
6. Berpikir pemiliknya sudah selesai membaca, tak mungkin baca ulang

Kecil sekali kemungkinan kamu mau meminjamkan buku yang bahkan belum sempat dinikmati isinya. Umumnya orang hanya meminjamkan buku yang sudah selesai dibacanya. Tentu tindakanmu gak salah. Sebagai orang yang membelinya, kamu sangat berhak menikmatinya duluan.
Akan tetapi, ada saja orang yang malah memanfaatkan celah. Dia berpedoman pada keyakinan bahwa dirimu tak lagi membutuhkan buku tersebut. Kamu tidak akan membaca ulang buku yang sama, apalagi dalam waktu dekat. Dia merasa bebas mengembalikannya kapan saja atau sekalian menganggapnya milik sendiri.
Sikapnya sama sekali tidak bisa dibenarkan. Namun, kamu sebagai pemilik buku juga harus melakukan upaya pencegahan. Tetap beri batasan waktu untuk setiap peminjam. Misalnya, buku mesti kembali dalam seminggu. Kalau dia bertanya alasannya dan bukankah kamu sudah selesai membacanya, katakan saja banyak orang yang mengantre.
Cara ini efektif untuk memaksa seseorang lebih bertanggung jawab atas buku yang dipinjamnya. Posisinya seperti terjepit di antara dirimu dengan calon peminjam berikutnya. Strategi ini gak sepenuhnya tipuan. Bila bukumu tidak hilang di tangannya pasti nanti ada peminjam lain. Jika bukumu telanjur hilang, kamu tentu tak dapat meminjamkannya.
Bagi kamu yang sangat menyukai bacaan, masalah buku tidak dikembalikan oleh peminjam sangat mengesalkan. Pada dasarnya, setiap kepemilikan yang tak dihargai oleh orang lain memang wajar bikin marah. Sebaiknya dirimu tidak sembarangan dalam meminjamkan buku, apalagi kalau buku itu favoritnya.