Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Parenting pada Hubungan dan Cara Menyeimbangkannya 

ilustrasi parenting (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Parenting dapat mengubah dinamika hubungan pasangan secara drastis, mempererat ikatan tapi juga menimbulkan tekanan dan kurangnya waktu berkualitas bersama.
  • Penting bagi pasangan untuk siasati waktu bersama, menjaga komunikasi yang sehat, dan tetap merawat keintiman fisik serta emosional di tengah kesibukan mengurus anak.
  • Perbedaan gaya pengasuhan, kehilangan sense of self, dan kurangnya komunikasi terbuka bisa menjadi tantangan utama dalam hubungan romantis akibat parenting.

Menjadi orangtua adalah perjalanan penuh kebahagiaan, tapi gak jarang juga mengubah dinamika hubungan secara drastis. Kehadiran anak bisa mempererat ikatan, tapi di sisi lain, tekanan mengasuh anak, kurang tidur, dan tanggung jawab baru seringkali bikin pasangan merasa hubungan mereka terbengkalai. Padahal, hubungan yang sehat adalah pondasi keluarga harmonis, jadi penting banget memahami dampak parenting pada hubungan dan strategi untuk menyeimbangkannya.

Dari perubahan prioritas hingga gesekan komunikasi, parenting bisa menguji kekuatan cinta dan komitmen pasangan. Tanpa manajemen yang baik, hubungan bisa terjebak dalam rutinitas yang kering dan kehilangan kehangatan. Artikel ini bakal ngupas lima dampak utama parenting pada hubungan romantis plus tips praktis untuk menjaga api cinta tetap menyala meski di tengah kesibukan mengurus anak.

1. Waktu berkualitas untuk pasangan makin terbatas

ilustrasi parenting (freepik.com/freepik)

Sebelum punya anak, pasangan bisa menghabiskan waktu berdua dengan bebas, kencan spontan, ngobrol sampai larut, atau sekadar nonton series bareng. Setelah menjadi orangtua, waktu seringkali habis untuk mengurus anak, kerja, dan tanggung jawab domestik, sehingga quality time berdua jadi prioritas terakhir. Kalau gak disiasati, hubungan bisa kehilangan keintiman dan rasa keterhubungan emosional.

Solusinya, pasangan perlu intentional dalam menyisihkan waktu, sekecil apa pun. Misalnya, menjadwalkan date night virtual saat anak tidur, atau ngobrol 15 menit sebelum tidur tanpa distraksi gadget. Studi menunjukkan bahwa pasangan yang tetap meluangkan waktu berdua, meski singkat, punya tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi. Kuncinya adalah konsistensi, bukan durasi.

2. Komunikasi jadi sering terputus atau penuh konflik

ilustrasi parenting (freepik.com/Lifestylememory)

Parenting seringkali bikin komunikasi berubah dari obrolan mendalam jadi sekadar koordinasi jadwal anak atau pembagian tugas. Pasangan yang dulu bisa diskusi dengan tenang, sekarang mungkin lebih sering berdebat karena kelelahan atau beda pendapat soal pola asuh. Kalau gak diatasi, hal kecil bisa memicu pertengkaran yang merusak keharmonisan.

Untuk menjaga komunikasi tetap sehat, penting banget buat active listening dan menghindari blame game. Teknik seperti "I feel" statements, "Aku merasa kewalahan kalau urusan anak cuma dibebankan ke aku", bisa mengurangi defensif. Selain itu, weekly check-in untuk membahas perasaan dan kebutuhan masing-masing bisa bikin hubungan tetap on the same page.

3. Kelelahan fisik dan emosional mengurangi keintiman

ilustrasi parenting (freepik.com/freepik)

Kurang tidur, jadwal padat, dan tekanan mengasuh anak bisa menguras energi fisik dan emosional, sehingga hasrat intim seringkali terbengkalai. Banyak pasangan mengeluh hubungan seksual mereka menurun drastis setelah punya anak, padahal keintiman fisik adalah salah satu penopang ikatan romantis. Kalau dibiarkan, hal ini bisa bikin pasangan merasa seperti roommate ketimbang kekasih.

Tak perlu memaksakan diri, tapi penting buat tetap menjaga physical connection, misalnya dengan pelukan singkat, sentuhan ringan, atau flirty texts di sela kesibukan. Bicarakan juga kebutuhan intim dengan jujur tanpa tekanan. Terkadang, keintiman non-seksual, seperti tidur berpelukan, justru bisa mengembalikan kehangatan yang hilang.

4. Perbedaan pola asuh bikin sering bertengkar

ilustrasi parenting (freepik.com/freepik)

Setiap orang punya parenting style yang dipengaruhi oleh masa kecilnya, dan gak jarang hal ini memicu konflik. Misalnya, satu pihak ingin disiplin ketat, sementara yang lain lebih permisif. Kalau gak dikomunikasikan dengan baik, perbedaan ini bisa bikin pasangan saling menyalahkan dan merusak kerja tim dalam mengasuh anak.

Solusinya, diskusikan parenting values sejak dini dan cari middle ground. Buat daftar hal-hal yang non-negotiable (misalnya soal pendidikan atau kesehatan) dan fleksibel di area lain. Konsistensi dalam pola asuh gak cuma baik untuk anak, tapi juga mengurangi ketegangan antara pasangan. Jika perlu, parenting counseling bisa membantu menemukan titik temu.

5. Identitas individu dan romantis tergeser oleh peran sebagai orangtua

ilustrasi parenting (freepik.com/freepik)

Banyak pasangan merasa kehilangan sense of self setelah punya anak karena fokusnya sepenuhnya pada parenting. Hobi, karier, bahkan hubungan romantis seringkali terabaikan. Padahal, kebahagiaan individu adalah bahan bakar hubungan yang sehat. Kalau terus-terusan mengabaikan diri sendiri, bisa-bisa pasangan jadi mudah stres dan hubungan jadi hambar.

Caranya, coba bagi waktu untuk me-time dan couple-time tanpa rasa bersalah. Misalnya, bergantian menjaga anak supaya masing-masing bisa menekuni hobi atau hangout dengan teman. Juga, ingat kembali identitas kalian sebagai pasangan, rencanakan getaway berdua atau kenang momen spesial sebelum punya anak. Dengan begitu, hubungan gak sekadar tentang "Ayah dan Ibu", tapi juga tentang "Kamu dan aku".

Parenting memang mengubah banyak hal dalam hubungan, tapi dengan kesadaran dan usaha, pasangan bisa tetap menjaga keharmonisan. Kuncinya adalah komunikasi terbuka, fleksibilitas, dan komitmen untuk gak mengabaikan kebutuhan satu sama lain.

Dengan memahami dampak-dampak di atas, pasangan bisa lebih siap menghadapi tantangan parenting tanpa kehilangan spark dalam hubungan. Ingat, keluarga yang bahagia dimulai dari hubungan orangtua yang kuat dan penuh cinta. Jadi, yuk mulai terapkan tips-tips ini demi hubungan yang tetap thriving di tengah kesibukan mengasuh anak!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us