Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum Perempuan

KUR BRI bantu pulihkan usaha Bandeng Presto Mina Makmur

Semarang, IDN Times - Pintu toko UD Mina Makmur dibuka oleh dua perempuan setengah baya. Kemudian, kepada pramuniaga yang sedang bertugas mereka menanyakan apakah benar tempat tersebut menjual Bandeng Presto Bu Darmono.

Hartini Darmono jalani usaha bandeng presto sejak 1980

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanPemilik usaha Bandeng Presto Mina Makmur, Hartini Darmono. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Seorang perempuan yang sedang duduk di ruang tunggu toko UD Mina Makmur pun ikut menyambut dan menjawab, ‘’Iya, benar bu. Ibu mau beli bandeng presto apa? Yang sudah digoreng atau belum. Mau langsung dikonsumsi atau mau dibawa ke luar kota?

Salah satu calon pembeli bandeng presto itu pun menjawab, ‘’Saya mau beli bandeng presto untuk dibawa ke Jakarta nanti malam. Lebih baik beli yang sudah digoreng atau belum ya bu?’’

Perempuan yang ikut menyambut tadi pun menjelaskan, ‘’Lebih baik beli yang belum digoreng bu. Nanti sampai Jakarta bisa digoreng sendiri atau kalau belum mau dimakan bisa dimasukkan freezer bisa awet hingga tiga bulan. Jangan disimpan di ruang pendingin di kulkas ya bu. Nanti bisa terkontaminasi dengan bakteri kalau kelamaan di kulkas,’’ jelasnya.

Konsumen yang bernama Winarti itu pun mendapat pengetahuan baru tentang bagaimana membeli dan menyimpan bandeng presto langsung dari pemilik toko UD Mina Makmur, Hartini Darmono.

Perempuan berusia 68 tahun itu telah menjalani perannya sebagai empu dibalik usaha Bandeng Presto Mina Makmur atau lebih dikenal di pasaran Bandeng Duri Lunak Bu Darmono sejak tahun 1980. Ia menggeluti usaha kuliner khas Kota Semarang itu di rumahnya di Jalan Purwosari IV No 17 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Terjun langsung di dapur dan berdayakan ibu-ibu di Tambakrejo

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanPemilik usaha Bandeng Presto Mina Makmur, Hartini Darmono menyapa pelanggan toko yang berada di rumahnya di Jalan Purwosari IV No 17 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Setiap hari ia masih terjun langsung mengelola usaha tersebut, mulai dari urusan dapur seperti memilih ikan bandeng untuk diolah, menyiapkan bumbu, memasak bandeng presto, mengontrol pengemasan, penjualan, pemasaran hingga manajemen usaha. Terkadang waktunya pun masih tersita untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada ibu-ibu di lingkungan rumahnya yang juga memiliki usaha bandeng presto.

‘’Saya mengawali usaha ini tahun 1980. Waktu itu melalui PKK, saya mengajak ibu-ibu di sekitar sini mencari tambahan pendapatan untuk keluarga. Saya memanfaatkan 10 program pokok PKK dari Pokja 2 dan 3, yakni keterampilan dan sandang pangan serta tata laksana rumah tangga. Implementasi program itu tentu dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam aktivitas sehari-hari,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times, Senin (14/2/2022).

Melihat potensi hasil perikanan di daerah Tambakrejo yang merupakan kawasan pesisir Pantai Utara Jawa, Hartini memanfaatkan ikan bandeng untuk mengimplementasikan program PKK itu. Hasil panen ikan bandeng tidak langsung mereka jual, tapi diolah menjadi bandeng duri lunak melalui pengukusan dengan tekanan tinggi atau presto di rumah-rumah warga.

Ada dua motivasi Hartini menjalani usaha tersebut, yakni lingkungan dan isi hati. Ia merasa lingkungan tempat tinggalnya sangat mendukung karena memiliki potensi ikan bandeng yang melimpah. Kemudian, isi hati mendorong ia memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Tambakrejo untuk bisa berkarya dan hasilnya bisa menambah pemasukan keluarga.

Ternyata upaya ibu satu anak ini disambut positif oleh para ibu-ibu warga Tambakrejo. Mereka banyak yang berminat untuk bergabung. Hartini pun kemudian membentuk kelompok tani nelayan, kemudian berkembang menjadi kelompok usaha beranggotakan 26 orang. Seiring waktu kelompok tersebut terus berkembang menjadi klaster yang memiliki 30 unit sebagaimana satu unit ada lima orang anggota.

Baca Juga: Dari Tangan Teman Tuli Bersama JNE Lembaran Kain Batik Jadi Jembatan Kebaikan

Manfaatkan pembiayaan dari BRI pakai nama suami

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanPemilik usaha Bandeng Presto Mina Makmur, Hartini Darmono saat memberi pembinaan dan edukasi pada anggota KUB Global Milk Fish yang merupakan mitra binaan BRI Incubator. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Dalam perjalanan mengembangkan usaha dari kelompok tersebut, pensiunan pegawai negeri sipil Pemerintah Kota Semarang ini pada waktu itu berupaya untuk mengakses permodalan. Namun, pada saat itu mengajukan kredit di bank berbeda dengan sekarang.

‘’Dulu tahun 80-an pinjam di bank masih susah, apalagi status saya PNS. Tidak mungkin bisa karena dulu PNS tidak boleh punya pekerjaan lain. Apalagi mau mengajukan kredit untuk usaha. Sehingga, suami saya yang mencoba mengajukan pinjaman untuk usaha kelompok di BRI,’’ tutur Hartini.

Akhirnya, BRI mengucurkan pembiayaan senilai Rp 400 ribu untuk kelompok usaha bersama pengolahan ikan bandeng duri lunak yang digeluti Hartini bersama ibu-ibu warga Tambakrejo lainnya. Uang tersebut merupakan permodalan pertama bagi mereka.

‘’Alhamdulillah, cair dapat pinjaman Rp 400 ribu dengan tenor 2 tahun. Uang itu dibagi untuk 20 orang anggota kelompok kami, setiap orang dapat Rp 20 ribu. Pada zaman itu nilai segitu sudah gede untuk modal usaha,’’ tutur Hartini.

Banyak pengalaman bagi kelompok usaha bersama itu. Bahkan pada tahun 2004, Hartini pernah diundang ke Istana Negara. Mereka berhasil mendapat penghargaan Juara I dalam lomba Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang diadakan Kementerian Perikanan dan Kelautan.

Perempuan asal Kabupaten Demak itu juga pernah mendapat undangan pelatihan di Balai Pengolahan Ikan Jakarta pada tahun 2000-an. Ilmu yang ia peroleh pun dengan sukarela dan ikhlas ditularkan kepada siapa saja yang membutuhkan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tak pelit berbagi ilmu bagi yang mau usaha bandeng presto

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanKaryawan Bandeng Presto Mina Makmur sedang mengemas produk bandeng presto. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Saya paling senang kalau pegawai saya baik yang masih bekerja atau yang sudah keluar punya usaha bandeng presto seperti ini. Sebab, semua ilmu sudah saya berikan. Selain ke mereka juga banyak yang belajar ke sini ya saya ajari caranya bahkan saya bagi resepnya,’’ tutur Hartini.

Seiring waktu nama Bandeng Presto Mina Makmur Bu Darmono yang kini sudah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan Hasil Perikanan, SNI, HACCP ini semakin tersohor. Sehari-hari produksi bandeng presto tidak hanya ratusan kilo tapi hingga mencapai ton. Produk tersebut dipasarkan untuk pasar domestik maupun luar negeri.

Penjualan bisa meningkat tajam saat hari raya ketika musim orang mudik banyak dari mereka berbelanja oleh-oleh di toko UD Mina Makmur. Bandeng Presto Bu Darmono pun juga sudah punya pasar di luar negeri. Per minggu Hartini bisa mengirim bandeng presto ke Malaysia dan Korea sebanyak 200 kg.

Namun, perjalanan usaha oleh-oleh yang sudah melewati berbagai masa ini harus jatuh diterjang gelombang pandemik COVID-19. Hartini pun menceritakan pengalaman ketika terdampak di awal-awal pandemik. Saat pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial atau PPKM, toko UD Mina Makmur langsung sepi.

Bangkit dari pandemik dengan restrukturisasi kredit BRI

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanPemilik usaha Bandeng Presto Mina Makmur, Hartini Darmono terjun langsung ke dapur mengurus proses produksi bandeng presto di rumahnya di Jalan Purwosari IV No 17 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Toko langsung sepi. Nggak ada orang beli bandeng karena tidak boleh bepergian. Pernah saya mengalami sehari cuma laku 1 kg, padahal saya masak 100 kg. Kemudian, penjualan online juga tidak berpengaruh karena paling yang beli satu dua konsumen, belinya juga sekilo dua kilo karena uang kan juga langka. Selain itu, juga tidak ada pengiriman ke luar negeri,’’ ujarnya.

Omzet bulanan pun langsung anjlok tinggal 20 persen. Padahal ia mempunyai tanggungan 13 karyawan yang harus digaji setiap hari dan setiap bulan. Ia pun sampai harus mengambil yang kas untuk operasional gaji karyawan. Hingga akhirnya Hartini yang merupakan nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI memutuskan untuk memanfaatkan restrukturisasi kredit.

Ia memanfaatkan restrukturisasi kredit dengan jangka waktu enam bulan. Selama masa itu ia boleh membayar cicilan menurut kemampuan. Nilai angsuran berkurang tapi waktu cicilan mundur.

‘’Sebenarnya saya juga maju mundur untuk restrukturisasi kredit, tapi sudahlah. Pandemik kalau dirasakan pasti susah, tapi ya dibawa enjoy saja dijalani dengan tetap berusaha. Kalau kita usaha bayar kurang BRI masih diberi tempo. Ya, enaknya begitu bermitra dengan BRI tapi jangan sampai tiga bulan terus tidak bayar,’’ katanya sambil tertawa.

Bersamaan dengan bantuan itu, Kampung Sentra Bandeng Tambakrejo juga mendapat penawaran menjadi mitra binaan BRI dalam program BRI Incubator. Kelompok usaha bersama ibu-ibu Tambakrejo yang dulu diketuai Hartini melakukan reorganisasi dan kini bernama KUB Global Milk Fish.

Sebanyak 20 perempuan pelaku usaha bandeng presto di Tambakrejo mendapat bantuan peralatan memasak berupa panci presto dari BRI untuk bangkit dan kembali menghidupkan usaha mereka di masa pandemik.

‘’Dalam KUB ini saya hanya sebagai pengawas, ketuanya saya serahkan ke yang lebih mudah. Namun, saya berterima kasih kepada BRI. Sebab, BRI ini kalau mendampingi tidak sekadar mendampingi. Kami selalu diajak komunikasi, ditanya kurang apa, mau apa, dan saya minta untuk awalan kelompok ini dibantu peralatan saja dan jumlahnya harus 20. Akhirnya diwujudkan BRI. Inilah pendampingan yang nyata dan sejalan dengan motto BRI Melayani dengan Setulus Hati,’’ tandas Hartini.

Penyaluran KUR BRI di Semarang terus berjalan di masa pandemik

Kisah Hartini Darmono, Dari Bandeng Presto hingga Berdayakan Kaum PerempuanPemilik usaha Bandeng Presto Mina Makmur, Hartini Darmono mendampingi karyawan saat proses produksi bandeng presto di rumahnya di Jalan Purwosari IV No 17 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Sementara itu, selama pandemik BRI terus menyalurkan KUR kepada pelaku UMKM di wilayah Jawa Tengah.

‘’Penyaluran KUR di wilayah Semarang masih berjalan lancar sesuai dengan target. Hal ini didorong oleh stimulus program pemerintah bunga rendah sebesar 6 persen. Dan hingga saat ini target tercapai,’’ ungkap Regional CEO BRI Semarang, Wahyu Sulistiyono saat dikonfirmasi, Rabu (16/2/2022).

Berdasarkan data dari BRI Regional Office (RO) Semarang, penyaluran KUR untuk usaha kecil untuk pembiayaan senilai Rp 100 juta–Rp 500 juta di wilayah tersebut di tahun 2021 hampir menyentuh Rp 2 triliun.

‘’Pada tahun 2021 kami telah berhasil melampaui target penyaluran. Sedangkan, di tahun 2022 wilayah RO Semarang mendapat target lebih dari Rp 2 triliun. Kami optimistis bisa menyalurkan pembiayaan itu kepada debitur baik individu, koperasi, maupun usaha kecil,’’ kata Wahyu.

Kemudian, untuk penyaluran KUR mikro untuk pembiayaan dengan nilai sampai dengan Rp 50 juta di RO Semarang tahun 2021 mencapai sebesar Rp 17,5 triliun.

Wahyu menambahkan, untuk menghindari kredit macet di masa pandemik pihaknya melakukan assessment berdasarkan usaha saat ini dan prospek usaha di masa depan.

‘’Kami juga melakukan pendampingan dengan berbagai kegiatan seperti business matching, expo, Rumah BUMN, dan lainnya,’’ tandasnya.

Baca Juga: Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya