Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan 

Aktif di komunitas sosial untuk mempertebal nilai diri

Semarang, IDN Times - Jalan hidup seseorang terkadang susah untuk dipahami. Harapan pun sering tidak sesuai ekspektasi. Namun, tekad dan mimpi yang terus dipupuk mampu membawa ke sebuah realita. Itu yang dilakukan Michael Deo, pemuda keturunan Tionghoa dari Kota Semarang yang kukuh sedari kecil ingin menjadi pengacara demi kemanusiaan.

1. Sejak kecil sudah bercita-cita sebagai pengacara

Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan Michael Deo, anak muda keturunan Tionghoa yang memilih jalan sebagai pengacara demi kemanusiaan. (IDN Times/dokumentasi Michael Deo)

Jalan yang ditekuni lelaki berusia 30 tahun ini mungkin berbeda dengan warga keturunan Tionghoa lain yang umumnya memilih sebagai pengusaha atau pekerjaan di sektor swasta. Pria yang akrab disapa Deo ini punya alasan mengapa ia bercita-cita sebagai advokat.

‘’Ini passion sejak kecil, saat usia 5 tahun saya sudah ingin menjadi pengacara. Setiap ditanya apa cita-citanya, pengen jadi apa, jawabannya jadi pengacara,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (28/1/2022).

Ia memilih cita-cita itu meskipun kedua orang tuanya tidak memiliki latar belakang atau berprofesi di bidang hukum. Sang ibu Maria Lusia Indah berprofesi sebagai bankir di sebuah bank swasta dan sang ayah Felix Sutandi adalah pegawai di sebuah perguruan tinggi di Semarang.

Namun, pilihan hidup ini muncul setelah ia belajar tentang nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan dari seorang pemuka agama bernama Romo Melchers. Deo meneladani dan menanamkan nilai-nilai baik itu di dalam hidupnya.

Baca Juga: Samcan Kaki Babi Diborong Warga Tionghoa Semarang untuk Sesajen Imlek

2. Pengacara adalah pintu masuk untuk membantu orang lain

Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan Michael Deo (paling kiri), anak muda keturunan Tionghoa yang memilih jalan sebagai pengacara demi kemanusiaan. (IDN Times/dokumentasi Michael Deo)

‘’Dulu saya sering ketemu Romo di tempat ibu saya bekerja. Sikap dan tindakannya menginspirasi saya. Dari sana saya terilhami bahwa pengacara adalah profesi paling konkrit setelah kedokteran yang berhubungan dengan kemanusiaan. Sebab, bisa membantu sesama dari sisi hukum, yakni memberi masukan dan menyelesaikan masalah mereka,’’ katanya.

Deo mempercayai profesi pengacara ini adalah pintu masuk untuk membantu orang lain atau sesama yang memiliki masalah hukum. Untuk mencapai cita-cita itu, bungsu dari dua bersaudara itu menempuh pendidikan di Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Tidak cukup hanya menerima ilmu di bangku kuliah, ia juga aktif di berbagai kegiatan sosial.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Menurut dia, profesi pengacara tidak jauh dari dua hal yakni kebijaksanaan dan kemanusiaan. Sehingga, ia memutuskan untuk terjun ke lapangan melihat langsung masalah melalui kegiatan dan aktivitas sosial sekaligus memperkaya nilai-nilai untuk dirinya sendiri.

3. Aktif di perkumpulan sosial sebagai tempat magang kemanusiaan

Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) menggelar doa bersama, selamatan dan ketuk pintu sebelum Imlek di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang, Minggu (23/1/2022). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Masa kuliah bagi saya adalah magang kemanusiaan. Saya aktif di perkumpulan sosial dan kebudayaan Rasa Dharma, Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Yayasan Karangturi, dan lainnya. Dari sana saya banyak belajar dengan tokoh-tokoh senior seperti Pak Harjanto Halim, menyerap ilmu dan bisa bertumbuh kembang,’’ ujar suami dari Jessica Aprilia itu.

Selepas menyelesaikan kuliah hukum dan mengambil profesi advokat, Deo membuka kantor pengacara DEI and Partner. Meskipun usianya masih Timur, ia tidak segan menggandeng para pengacara senior untuk menjadi rekan kerjanya. Sebut saja antara lain, Deddy Soelistijono, Aryas Adi Suyanto, Puji Sumarsono, Tri Djoko, Anggoro Yukhaniawan, dan Khaerul Umam yang bersama Deo berjuang memberikan bantuan hukum kepada sesama yang membutuhkan.

‘’Tidak ada kata tidak diterima sebagai keturunan Tionghoa kalau saya mempunyai nilai dan karakter. Yang saya rasakan saya diterima dengan baik. Masalah suku, ras, dan diskriminasi itu tergantung mindset. Kuncinya untuk mendobrak itu adalah mempunyai karakter dan bisa membawa diri dengan baik di masyarakat. Semua itu kembali ke kebijaksanaan,’’ katanya.

4. Tak sungkan berjuang bersama pengacara senior

Michael Deo, Keturunan Tionghoa Pilih Jadi Pengacara Demi Kemanusiaan Michael Deo (tengah), anak muda keturunan Tionghoa yang memilih jalan sebagai pengacara demi kemanusiaan. (IDN Times/dokumentasi Michael Deo)

Selama lima tahun berkarir sebagai pengacara sudah banyak kasus baik pidana maupun perdata yang ditangani oleh Deo. Salah satu kasus yang berkesan adalah kasus pertama, yakni tentang penodaan agama. Selain itu, kesan yang menarik lainnya adalah ia bisa berinteraksi dengan para pengacara senior yang usianya sekitar 50–60 tahun, belajar dan berjuang bersama.

Sebagai millennial keturunan Tionghoa, Deo berharap supaya generasi muda lainnya tidak perlu takut untuk berkarya atau menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Terutama bagi mereka yang juga ingin menggeluti profesi di bidang hukum seperti pengacara.

‘’Sebab, masyarakat butuh banyak pengacara yang kompeten dan mau membantu sesama atas kemanusiaan. Pengacara itu bukan hanya identik dengan namanya calo perkara. Sehingga, tidak perlu takut kalian dari mana, suku dan ras-nya apa,’’ tandasnya.

Baca Juga: Pandemik Belum Usai, Pasar Imlek Semawis 2022 Semarang Gak Digelar

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya