ilustrasi menjadi pendengar (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)
Dunia kerja menuntut komunikasi dua arah yang seimbang. Kalau kamu terlalu sering diam, pendapat dan kontribusimu jadi tidak terlihat. Hal ini bisa membuat peluang karier terhambat hanya karena kamu dianggap pasif atau kurang percaya diri selama berada di kantor.
Dalam hubungan personal pun, keberanian bersuara penting untuk membangun koneksi yang setara. Terlalu sering jadi pendengar bisa membuat kamu dianggap tidak punya pendirian sama sekali, lho. Relasi sehat dibangun dari dialog, bukan hanya satu pihak yang terus bicara, kan?
Tidak semua pendengar merasa damai dalam diamnya. Ada yang perlahan tergerus tanpa pernah sempat menyuarakan isi kepala dan hatinya. Mungkin sudah waktunya untuk menyeimbangkan peran yakni kadang jadi telinga, kadang jadi suara. Karena pada akhirnya, semua orang juga berhak didengar, termasuk kamu.