Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-Bullying

Awalnya kampanye anti-bullying mendapat penolakan

Semarang, IDN Times - Berada sekitar 20an kilometer dari jantung Kota Semarang, suasana SMP Negeri 33, di Jalan Kompol R Soekanto, Tembalang, cukup riuh. Ya, pagi itu puluhan siswa berkumpul di ruangan aula setempat.

Dengan dibantu temannya, Laras terlihat sibuk melubangi sebuah kardus. Potongan kertas warna-warni ia tempelkan secara cermat pada pada beberapa sisi kardus.

"Kotak ini saya buat untuk menampung unek-unek teman-teman yang kena bully (perundungan) di kelas," kata siswi bernama lengkap Laras Santina Sarasaros tersebut saat disapa IDN Times, Selasa (25/2).

Baca Juga: Hore! Siswi Korban Bullying di Purworejo Kembali Bersekolah

1. Siswi SMP 33 masih menemukan perundungan verbal di sekolahnya

Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-BullyingDua siswa SMP 33 Semarang saat membuat kotak perubahan untuk menampung unek-unek korban bully. IDN Times/Fariz Fardianto

Laras yang duduk di Kelas VIII merasa bahwa aksi perundungan masih kerap terjadi di lingkungan sekolahnya. Meski tidak terlalu masif, Laras terkadang memergoki teman sebayanya merundung secara verbal. 

"Perundungan di sini masih ada. Tapi banyak ke verbalnya. Kalau fisik sama sosmednya masih rendah," ungkap dara berusia 14 tahun itu.

2. Murid SMP 33 terinspirasi dengan kedatangan David Beckham pada 2017

Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-BullyingInilah poster anti bullying karya anak-anak SMP 33 di Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Laras mengaku bahwa mengurangi aksi perundungan di sekolahnya tak semudah membalikkan telapak tangan. Ia tertarik mengkampanyekan anti-bullying ketika sekolahannya disambangi megabintang sepakbola, David Beckham, pada 2017 lalu. Beckham datang ke Semarang sebagai duta untuk Unicef.

"Selain itu kan akhir 2019 kemarin, SMP 33 jadi satu-satunya sekolah ramah anak pertama se-Kota Semarang. Rasanya bangga bisa ikutan bikin kegiatan positif sama teman-teman," urainya.

Untuk itulah, ia pun berusaha menggerakan teman-temannya dengan membuat kotak perubahan untuk menampung keluhan korban bullying. Produk lainnya yang sering dibuat yaitu hashtag, dan berbagai poster anti-bullying.

"Saya dulu juga bercanda sambil ejek-ejekan nama orangtua. Tapi kan setiap orang menangkapnya beda-beda. Ada yang minder dan merasa ter-bully. Makanya kita di sini punya niat bikin kotak perubahan buat menampung keluhan anak-anak yang masih ter-bully," papar Laras.

Baca Juga: Stop Bullying, Mahasiswa UMK Kudus Gelar Climbing Valentine

3. Kotak perubahan untuk menampung unek-unek korban bully yang takut melapor ke guru BK

Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-BullyingSebuah kotak perubahan dibuat untuk mengatasi pembullyan di SMPN 33 Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto
Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Muhammad Khadafi, siswa lainnya juga mengamini apa yang disampaikan Laras. Ia sendiri dulu juga kerap ikut-ikutan mem-bully teman-temannya. Tak cuma satu dua patah kata, Khadafi terkadang kebablasan melontarkan guyonan kepada temannya.

Ia mengatakan dengan adanya kotak perubahan bisa menjadi alat untuk mengatasi kekhawatiran teman-temannya yang menjadi korban bully yang takut melapor ke guru BK (Bimbingan Konseling). 

"Makanya, saya lalu mencoba ikut jadi agen perubahan. Alhamdulillah setiap harinya bullying verbal semakin berkurang. Kita juga sering kumpul buat evaluasi apa yang sudah dilakukan, apa yang masih dirasa kurang efektif," aku Khadafi. 

4. Ada 44 kepala suku yang menjadi agen perubahan untuk ikut mengkampanyekan anti-bullying

Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-BullyingSalah satu siswi SMP 33 sedang membuat poster anti bullying. IDN Times/Fariz Fardianto

Divisi Penanganan Kasus Yayasan Setara Semarang, Siti Utami mengungkapkan saat ini ada 44 agen perubahan yang terbagi dalam 22 kelas di SMP 33 Semarang. Dengan adanya agen tersebut, aksi perundungan di sekolah yang menjadi tempat ramah anak bisa berkurang setiap bulannya.

"Yang jadi agennya adalah para siswa yang punya jumlah pengikut yang banyak. Jadinya, setiap siswa yang ibaratnya jadi kepala suku bisa mempengaruhi teman-temannya untuk berperilaku yang positif," ujar U'ut, sapaan akrabnya.

Saat ini kampanye anti-bullying menjadi salah satu ekstrakurikuler yang rutin diikuti para siswa setiap pekannya.

"Durasi (ekstrakurikuler) satunya selama 120 menit," jelas U'ut.

5. Awalnya kegiatan melawan perundungan banyak ditolak

Jalan Terjal Pentolan Geng Sekolah di Semarang Jadi Agen Anti-BullyingPixabay/geralt

Ia menjelaskan pada awalnya banyak siswa di sekolahan tersebut yang gagal paham mengenai kampanye anti-bullying. Sebab tak sedikit yang melakukan penolakan bahkan nyinyir pada kegiatan memerangi aksi perundungan tersebut.

"Beberapa orang yang menganggap kalau kegiatan membuat hashtag, kotak perubahan dan sebagainya itu buang-buang waktu. Padahal tanpa disadari yang beginian justru bisa memberi dampak luar biasa untuk mengubah perilaku yang positif. Dan berjalannya waktu, syukurlah banyak pihak sudah memahami manfaatnya," beber U'ut.

"Untuk kotak perubahan itu menjadi alat untuk merefleksikan diri mereka sendiri. Mereka bisa lihat sendiri seberapa banyak korban bully dan jumlah pelakunya juga. Sehingga setiap agen perubahan bisa mengatur strategi buat mengatasinya," sambungnya.

Lebih lanjut Divisi Hubungan Masyarakat Yayasan Setara Semarang, Bintang Al Huda menyebut jika pihaknya baru pertama kalinya merangkul para ketua geng yang ada di tiap kelas untuk menjadi agen perubahan. Dengan begitu, ia ingin menunjukan bahwa tak cuma korban perundungan saja yang bisa menginspirasi bagi teman-temannya.

"Tapi juga bisa mengubah perilaku para ketua geng yang biasanya mem-bully, kini bisa memberikan dampak yang positif di sekolahannya," pungkas Huda. 

Baca Juga: Unik! di Hari Guru, Siswa SMP Semarang Beri Kejutan Cuci Motor Guru

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya