Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Grup barongsai milik Hong saat tampil di salah satu event jelang Imlek. (IDN Times/Dokumen Pribadi)

Semarang, IDN Times - Rumah di salah satu sudut Kampung Hili Tiga Nomor 6, Sidodadi, Semarang terlihat sibuk menjelang perayaan Imlek tahun ini. Di rumah tersebut, sejumlah orang menjahit bulu-bulu domba untuk dijadikan aksesoris pelengkap kostum liong naga dan barongsai. 

Ya, di rumah itulah Hwang Wei Hong tinggal bersama keluarganya. Hong mengatakan pesanan pembuatan liong dan barongsai belakangan ini meningkat karena sebentar lagi ada perayaan Imlek.

"Kita dibantu 5 karyawan untuk menggarap pesanan liong dan barongsai. Tapi dua tahun ini orderannya merosot banget sampai 70 persen karena ada pandemik. Awal Januari ini mulai membaik karena banyak orang sudah divaksin dan status PPKM diturunkan," ujar Hong kepada IDN Times, Minggu (30/1/2022). 

1. Jadi generasi ketiga penerus kesenian barongsai

Hwang Wei Hong pelatih barongsai di Semarang. (IDN Times/Dokumen Pribadi)

Namun, Hong mengaku sedikit lega karena Imlek tahun ini dirinya bisa kembali menampilkan atraksi barongsai. Sebagai pemilik sasana Barongsai Elang Terbang dari Timur, Hong punya kebanggaan tersendiri saat tampil di depan umum. 

Selain menjadi grup barongsai legendaris di Semarang, Hong menganggap kesenian barongsai menjadi urat nadi hidupnya lantaran barongsai menjadi warisan dari leluhurnya. 

"Saya generasi ketiga penerus sasana Barongsai Elang Terbang. Saya juga mantan atlet yang sekarang ikut melatih 35 orang di sasana saya," katanya.

2. Barongsai masuk cabor KONI

Barongsai milik Hong tampil di hadapan publik. (IDN Times/Dokumen Pribadi)

Hong dipercaya meneruskan kesenian barongsai oleh ayahnya tahun 2002 silam. Sejak saat itulah, Hong mampu unjuk gigi dengan menelurkan bakat-bakat berprestasi hingga mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia. 

Barongsai kini sudah masuk cabang olahraga yang dipertandingkan oleh KONI. Ia mengatakan ini jadi modalnya agar tetap melestarikan kesenian barongsai agar tetap eksis di Indonesia. 

Sebagai pelatih, grup barongsai milik Hong punya keunikan tersendiri. Atletnya kerap menampilkan gerakan barongsai laba-laba dan jurus mabuk saat tampil melantai di hadapan para penonton. 

"Barongsai saya mainnya untuk kategori tradisional atau main menari-nari di lantai," tambahnya.

3. Hong ukir prestasi lewat pertunjukan barongsai

Grup barongsai dari sasana Barongsai Elang Terbang dari Timur. (IDN Times/Dokumen Pribadi)

Grup barongsainya menjadi ujung tombak saat ikut kontes yang diadakan di dalam maupun luar negeri. Hong bercerita bahwa dirinya pernah menyabet peringkat ketiga dunia saat tampil pada ajang World Champions Lion Dance di Surabaya tahun 2006 silam. 

Kala itu ia mengalahkan para pesaingnya dari berbagai negara dan berhak memperoleh medali perunggu. Ketika tampil pada ajang Exhibition PON di Bogor medio 2016, ia juga meraih medali perunggu. Selain itu, masih banyak prestasi yang ditelurkan saat ikut beragam lomba berskala nasional dan internasional. 

4. Hong targetkan grup barongsainya ikut tampil saat PON Aceh

pixabay.com/cegoh

Ia mengaku senang barongsai sudah menjadi budaya alkulturasi yang menjadi ciri khas Indonesia. Sebagai peranakan Tionghoa, Hong tak canggung memperkenalkan atraksi barongsai kepada Gen Z dan para Millennial. 

Bahkan di usianya yang sudah 30 tahun, Hong kerap mengajak anak-anak dari beragam agama dan latar belakang suku untuk ikut berlatih barongsai. 

"Kita jadi anggota Federasi Olahraga Barongsai Indonesia. Kita juga menempa atlet agar bisa berpartisipasi dalam ajang PON Aceh. Saat ini 35 atlet akan ikut seleksi Kejurprov terlebih dulu. Saya tekadnya bahwa semua ras bisa ikut belajar memainkan barongsai. Tidak memandang latar belakangnya. Saya punya niatan harus bisa mencetak prestasi bagi bangsa Indonesia," tandasnya. 

Editorial Team