Ia menjelaskan pada awalnya banyak siswa di sekolahan tersebut yang gagal paham mengenai kampanye anti-bullying. Sebab tak sedikit yang melakukan penolakan bahkan nyinyir pada kegiatan memerangi aksi perundungan tersebut.
"Beberapa orang yang menganggap kalau kegiatan membuat hashtag, kotak perubahan dan sebagainya itu buang-buang waktu. Padahal tanpa disadari yang beginian justru bisa memberi dampak luar biasa untuk mengubah perilaku yang positif. Dan berjalannya waktu, syukurlah banyak pihak sudah memahami manfaatnya," beber U'ut.
"Untuk kotak perubahan itu menjadi alat untuk merefleksikan diri mereka sendiri. Mereka bisa lihat sendiri seberapa banyak korban bully dan jumlah pelakunya juga. Sehingga setiap agen perubahan bisa mengatur strategi buat mengatasinya," sambungnya.
Lebih lanjut Divisi Hubungan Masyarakat Yayasan Setara Semarang, Bintang Al Huda menyebut jika pihaknya baru pertama kalinya merangkul para ketua geng yang ada di tiap kelas untuk menjadi agen perubahan. Dengan begitu, ia ingin menunjukan bahwa tak cuma korban perundungan saja yang bisa menginspirasi bagi teman-temannya.
"Tapi juga bisa mengubah perilaku para ketua geng yang biasanya mem-bully, kini bisa memberikan dampak yang positif di sekolahannya," pungkas Huda.