6 Drama Kantor yang Bikin Capek Mental, tapi Sering Dianggap Biasa

Kehidupan kantor sering kali terlihat biasa saja dari luar, tapi siapa sangka banyak drama tersembunyi di balik tumpukan kerjaan. Beberapa situasi dianggap normal karena sudah terlalu sering terjadi.
Padahal, hal-hal kecil yang tampak sepele itu bisa menguras energi secara perlahan. Bukan karena beban kerja yang berat, tapi karena situasi emosional yang melelahkan. Sayangnya, banyak orang menganggapnya sebagai bagian dari "profesionalisme."
Padahal, drama kantor bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan produktivitas kerja. Kalau gak disadari sejak awal, kamu bisa terus-menerus kelelahan tanpa tahu penyebabnya. Drama ini bukan cuma soal konflik besar, tapi juga hal-hal yang sering diabaikan. Mulai dari rekan kerja yang pasif sampai atasan yang suka lempar tanggung jawab. Yuk, kenali enam drama kantor yang sering terjadi tapi kerap dianggap sepele!
1. Dikasih tugas tambahan tanpa pertimbangan beban kerja

Pernah dimintai tolong mengerjakan sesuatu padahal tugas utama belum selesai? Drama ini sering muncul dengan kalimat, “Kamu kan cepat kerjanya, bantuin ya.” Tanpa sadar, kamu dijadikan 'solusi instan' buat masalah orang lain. Beban kerja jadi dobel, tapi dianggap biasa karena kamu terlihat bisa. Padahal, lama-lama bisa bikin burnout kalau terus-terusan diperlakukan begitu.
Tugas tambahan bukan hal yang salah, tapi penting buat memastikan itu dibicarakan secara adil. Kalau kamu selalu diberi kerjaan ekstra tanpa diskusi, itu tanda lingkungan kerjamu gak sehat. Apalagi kalau atasan membiarkan ketimpangan ini karena menganggapmu “lebih mampu.” Harusnya, pembagian kerja dilakukan berdasarkan prioritas dan kapasitas, bukan sekadar kebiasaan. Jangan ragu untuk bilang tidak kalau merasa kewalahan.
2. Kolega yang hobi gosipin orang lain di kam kerja

Gosip di kantor sering dianggap hal biasa, bahkan kadang jadi “penghibur” di tengah tekanan kerja. Tapi saat gosip berubah jadi senjata untuk menjatuhkan atau menyudutkan orang lain, drama mulai muncul. Apalagi kalau yang jadi sasaran gosip adalah kamu atau orang terdekatmu di tim. Lingkungan kerja jadi penuh curiga dan gak nyaman. Ini bikin kamu jadi waspada setiap bersikap atau ngomong.
Parahnya, orang yang suka gosip sering kali punya jaringan kuat dan dianggap 'teman semua orang'. Padahal, efeknya bisa merusak kerja tim dan menciptakan budaya kerja yang gak sehat. Kamu jadi tertekan karena takut dinilai atau disalahpahami dari cerita yang gak benar. Kalau dibiarkan, suasana kerja jadi toxic dan menurunkan semangat kolaborasi. Penting buat jaga jarak dari drama ini demi kesehatan mentalmu.
3. Atasan perfeksionis tapi minim arahan

Salah satu drama paling bikin stres adalah atasan yang maunya hasil sempurna, tapi gak pernah kasih arahan jelas. Kamu jadi sering bingung harus mulai dari mana, dan revisi terus-menerus karena ekspektasinya gak pernah transparan. Ujung-ujungnya, kamu disalahkan karena hasil kerja gak sesuai bayangan mereka. Padahal kamu udah usaha semaksimal mungkin dengan informasi yang seadanya. Ini bisa bikin kamu kehilangan percaya diri dan motivasi.
Perfeksionisme atasan sering kali dibungkus dengan alasan “demi kualitas terbaik,” padahal minim komunikasi adalah akar masalahnya. Karyawan bukan cenayang yang bisa nebak keinginan atasan tanpa petunjuk. Drama ini bisa dihindari kalau ada komunikasi terbuka sejak awal. Tapi kalau terus dibiarkan, bisa jadi pemicu stres harian yang terakumulasi. Jangan ragu buat minta kejelasan kalau instruksi kerja terasa membingungkan.
4. Rekan kerja yang suka ngambil kredit orang lain

Pernah kerja keras sampai lembur, tapi yang dapet pujian justru orang lain? Drama ini terjadi saat rekan kerja mengambil kredit atau mengklaim hasil kerja tim sebagai usaha pribadinya. Biasanya mereka jago tampil saat presentasi atau laporan akhir, padahal kamu yang ngerjain dari awal. Hal ini bikin frustasi, apalagi kalau atasan gak tahu kenyataan sebenarnya. Perlahan, kamu bisa kehilangan semangat buat berkontribusi.
Sayangnya, banyak orang menganggap ini hal biasa karena sudah sering terjadi di dunia kerja. Tapi sebenarnya, ini bentuk ketidakadilan yang bisa merusak kepercayaan dalam tim. Kamu jadi mikir dua kali buat kerja maksimal karena hasilnya gak dihargai. Kalau dibiarkan, orang yang rajin malah makin mundur, sementara yang pintar ‘jualan diri’ makin dominan. Jangan ragu untuk dokumentasikan hasil kerjamu agar tetap mendapat pengakuan yang layak.
5. Teman satu tim yang gak pernah inisiatif

Ada tipe rekan kerja yang selalu nunggu disuruh, gak pernah ambil inisiatif walau tahu ada yang harus dikerjakan. Akibatnya, kamu yang harus gerak duluan supaya kerjaan gak terbengkalai. Kalau dibiarkan, kamu bakal terus merasa memikul beban tim sendirian. Apalagi kalau dia justru paling duluan update hasil kerja tim di grup, seolah-olah dia berkontribusi penuh. Situasi ini bikin capek hati dan pikiran.
Drama ini sering terjadi di tim yang minim komunikasi dan gak punya pembagian tugas yang jelas. Orang jadi berlomba-lomba terlihat sibuk, tapi sebenarnya gak semua bergerak. Akhirnya, yang sungguh-sungguh kerja malah merasa dimanfaatkan. Kalau kamu mulai merasa jengah, coba bicarakan peran masing-masing secara terbuka. Tim yang sehat butuh kerja sama, bukan sandaran sepihak.
6. Chat kerja masuk di luar jam kantor

Grup WhatsApp kantor gak kenal waktu kadang malam minggu, bahkan saat kamu lagi istirahat. Drama ini muncul saat orang gak bisa bedain mana jam kerja dan mana waktu pribadi. Awalnya cuma satu pesan, lalu jadi obrolan panjang yang bikin kamu merasa harus ikut merespons. Lama-lama kamu gak bisa benar-benar lepas dari urusan kantor. Ini bikin kamu susah recharge dan rentan burnout.
Sayangnya, budaya kerja kayak gini sering dianggap “komitmen” atau “fleksibilitas.” Padahal, semua orang punya hak buat istirahat tanpa gangguan kerja. Kalau hal ini terus terjadi, kesehatan mental dan produktivitas bisa terganggu. Kamu gak salah kok kalau gak buka chat kantor di akhir pekan. Batasan tetap penting, bahkan dalam dunia kerja yang serba cepat.
Drama di tempat kerja gak melulu tentang konflik besar, tapi juga hal kecil yang terus terjadi dan dianggap normal. Padahal, kalau dibiarkan, dampaknya bisa serius bagi kesehatan mental dan produktivitas. Mulai dari rekan yang pasif, gosip internal, sampai beban kerja yang gak adil semuanya bisa jadi pemicu stres. Mengenali drama-darma ini adalah langkah pertama buat menjaga diri. Karena kamu berhak punya ruang kerja yang sehat dan saling menghargai.