TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Modathus Alat Deteksi Banjir dan Longsor Dipasang di Semarang 

Hasil riset BRIN ini disebar di 20 lokasi

ilustrasi banjir (unsplash.com/ Jéan Béller)

Semarang, IDN Times - Pemerintah Kota Semarang akan memasang modifikasi alat takar hujan sementara (Modathus) di 20 titik lokasi. Pemasangan alat hasil penelitian Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) ini berfungsi untuk antisipasi dini pencegahan longsor dan banjir.

1. Banjir dan longsor masih jadi PR

Langkah ini dilakukan karena persoalan banjir dan longsor masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot Semarang.

Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Anang Setiawan Ahmadi mengatakan, BRIN mendukung kebijakan Pemkot Semarang yang mengusung konsep smart city.

"Ini follow up, tindak lanjut dari kolaborasi. Maka, kami launching hasil kerja sama riset dan inovasi mendukung kebijakan Pemkot Semarang. Salah satunya BRIN mendukung dari salah satu sisi, yaitu lingkungan yang berbasis industri 5.0," kata Senin (3/6/2024).

Dia berharap Kota Semarang bisa menjadi pionir implementasi hasil riset-riset dari BRIN.

"Mudah-mudahan dengan riset ini bisa mewujudkan Semarang yang betul-betul terbebas dari dampak korban pada ancaman bencana," imbuhnya.

Baca Juga: Fasilitasi Peneliti, Co-working Space BRIN Buka di Semarang

2. Akan dipasang di SD

Koordinator Tim Peneliti DAS Kota Semarang BRIN, Hunggul Yudono mengatakan, dengan riset aksi partisipatif, BRIN berupaya melibatkan semua pihak, seperti mahasiswa termasuk dengan pemerintah kota.

"Tadi ada pembagian alat takar hujan. Selama ini kami menganalisis banjir tidak didasarkan pada informasi hujan yang akurat, karena alatnya terbatas dan kurang akurat," terangnya.

Pihaknya, kemudian mengembangkan instrumen deteksi banjir dengan cara meletakkan alat takar sederhana yang ditempatkan di sekolah dasar (SD).

"Kenapa di SD, selain menghasilkan data, kita juga sekaligus bisa membina pengetahuan dan kesadaran anak-anak mengenai bencana sedini mungkin. Sehingga anak-anak bisa tahu, kalau hujan besar dampaknya banjir, juga daerah berpotensi longsor, sehingga harus waspada," imbuhnya.

3. Bisa menganalisis kelembaban tanah

Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, kata dia, BRIN melakukan respons cepat dengan membuat alat berbasis IT. Hal ini agar alat tersebut bisa memberikan peringatan dini terhadap adanya banjir maupun longsor.

Kemudian, lanjutnya, untuk analisis longsor BRIN mendeteksi dari tingkat kejenuhan tanah akibat curah hujan.

"Selama ini orang lihat potensi longsor hanya dari gerakan tanah. Dengan alat berbasis sensor ini, bisa menganalisis kelembaban tanah. Longsor itu kan disebabkan dari tanah jenuh akibat hujan berhari-hari, kemudian tanah bergerak," jelasnya.

"Kebanyakan orang menduga longsor dari gerakan. Kalau dari gerakan mungkin waktunya terlalu cepat, sehingga terlambat memberikan informasi. Tapi kami melihat dari tingkat kejenuhan tanah. Saat dalam kondisi itu, akan ada peringatan agar dilakukan evakuasi," imbuh dia.

Berita Terkini Lainnya