TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

12 Potret Konservasi Hutan Hujan Tropis di Pekalongan dengan Kopi Owa

Kopi Owa berbeda dengan kopi Luwak, guys!

Tasuri, merawat pohon kopi yang ada di hutan hujan tropis Petungkriyono, Pekalongan. (IDN Times/Dhana Kencana)

Pekalongan, IDN Times - Indonesia terkenal dengan kopi Luwak. Sama-sama dari Mamalia, di Pekalongan, Jawa Tengah muncul Kopi Owa.

Kopi Owa tidak sama dengan kopi Luwak karena kopi tersebut merupakan buah dari upaya pelestarian Owa Jawa, satwa primata endemik dari Pulau Jawa yang terdapat di hutan hujan tropis Petungkriyono, Pekalongan.

Kerawanan terhadap hutan tersebut cukup tinggi, mulai dari perburuan satwa, penebangan pohon, hingga perambahan. Padahal pohon-pohon tersebut menjadi habitat Owa Jawa. Faktor ekonomi menjadi motif para pemburu tidak pernah kapok melakukan aktivitas perusakan hutan dan perburuan satwa.

Komoditas kopi digunakan untuk menarik minat mereka mentas dari aksi terlarang tersebut sekaligus mengalihkan kegiatan ekstraktif menjadi ekonomi produktif, sehingga tidak lagi merusak hutan. Salah satu pemburu yang sadar adalah Tasuri, yang kini tidak melakukan perusakan hutan lagi. Ia mengolah kopi khas hutan tersebut sebagai langkah penyelamatan Owa Jawa dan hutan untuk tetap lestari.

Seperti ini potret upaya konservasi menggunakan kopi khas hutan hujan tropis Petungkriyono.

1. Dulu Tasuri (52) terkenal dengan pemburu kayu dan burung yang ulung di Hutan Petungkriyono. Ia menekuninya sejak pascareformasi

IDN Times/Dhana Kencana

2. Tasuri menebang pohon untuk diambil kayu serta menangkap burung yang bernilai ekonomi tinggi. Seperti pohon Babi (Crypteronia sp) dan burung Cicak hijau (Chloropsis sonnerati)

IDN Times/Dhana Kencana

Baca Juga: 12 Potret Keanekaragaman Hayati di Hutan Hujan Tropis Pekalongan

3. Kala itu, harga jual burung mencapai Rp2 juta per ekor. Dari kayu, Tasuri bisa mendapat penghasilan sampai Rp2 juta per bulan

IDN Times/Dhana Kencana

4. Aksinya berhenti sekitar 2008. Tasuri menyadari bahwa tindakannya justru merusak hutan dengan segala isinya, termasuk satwa endemik Owa Jawa

Tasuri, merawat pohon kopi yang ada di hutan hujan tropis Petungkriyono, Pekalongan. (IDN Times/Dhana Kencana)

5. Ia fokus menekuni komoditas kopi Robusta khas hutan tersebut. Mulai dari pascapanen hingga pengolahannya diperbaiki

IDN Times/Dhana Kencana

6. Tasuri memilih dan memilah kopi hanya petik merah yang dijual di pasaran. Harga green bean kopi tersebut Rp40 ribu per kilogram

IDN Times/Dhana Kencana

Baca Juga: 12 Potret Populasi Owa Jawa di Hutan Hujan Tropis Pekalongan

7. Ia melibatkan istrinya, Kunapah ikut serta dalam pengemasan Owa Kopi, sebagai bagian dari kesetaraan gender dalam upaya konservasi hutan Petungkriyono

IDN Times/Dhana Kencana

8. Selain dijual online, warga setempat di sekitar hutan ikut menjual Kopi Owa secara konvensional untuk tambahan ekonomi keluarga. Membantu perekonomian setempat

IDN Times/Dhana Kencana

9. Tasuri juga melibatkan perempuan dalam proses pembibitan kopi. Bibit tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada rekan sesama pemburu hutan

Tasuri (kiri) mengolah tanah untuk bibit pohon kopi di Pekalongan. (IDN Times/Dhana Kencana)

10. Pemberian bibit bertujuan supaya para pemburu mempunyai aktivitas sehingga tidak lagi merambah dan merusak hutan. Mengubah kegiatan ekstraktif menjadi produktif

IDN Times/Dhana Kencana

11. Dengan begitu mereka mendapatkan penghasilan dari kopi secara berkelanjutan, sekaligus Owa Jawa dan spesies lain di hutan terjaga dengan baik

IDN Times/Dhana Kencana

Baca Juga: 12 Potret Hutan Hujan Tropis yang Tersisa di Pulau Jawa

https://www.youtube.com/embed/TrGE-r72hjI
Berita Terkini Lainnya