TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

283 Kasus HIV di Semarang tahun 2022, Terbanyak Karyawan

Pekerja yang ketularan HIV tinggalnya di luar kota

ilustrasi pita HIV (freepik.com/jcomp)

Semarang, IDN Times - Sejumlah karyawan yang bekerja di Kota Semarang kedapatan tertular penyakit HIV. Temuan itu didapatkan ketika tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang melacak sebaran kasus HIV sampai dengan pertengahan tahun 2022.

Baca Juga: 3 Tahun Sunan Kuning Ditutup, Kasus HIV/AIDS Muncul di Eks Lokalisasi

1. Warga yang kena HIV usianya 31-40 tahun

Canva

Dari data Dinkes Kota Semarang, kasus HIV hampir 32 persen dialami warga usia 31-40 tahun dari total 283 kasus HIV yang bermunculan di Ibukota Jateng tahun 2022.

Adapun kasus HIV yang muncul pada 2022 cenderung menurun. Yakni rinciannya pada 2019 sebanyak 643 kasus, 2020 ada 588 kasus, 2021 ada 491 kasus.

2. Mayoritas yang tertular HIV justru para pekerja

Ilustrasi Hari AIDS Dunia (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut pengakuan Kabid Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Semarang, Nur Dian Rakhmawati, untuk jenis pekerjaannya terbanyak adalah para karyawan. Lalu urutan kedua ialah para ibu rumah tangga. 

"Usianya 41-50 tahun ada 21 persen. Usia 61-70 tahun. Ada juga anak-anak usia 12-20 tahun, tiga persen. Kurang dari 10 tahun dua persen," ujarnya, Kamis (1/9/2022). 

Mirisnya, meski sering berkutat di kegiatan rumahan, namun nyatanya ibu rumah tangga di Semarang tertular HIV akibat dari virus suaminya. 

"Dia memang tidak kemana-mana, jadi penularanya lewat pasanganya. Kalau untuk usia 20 tahun ke bawah, kebanyakan karena orangtuanya ikut positif," tambahnya. 

3. Dinkes Semarang kewalahan deteksi kasus HIV

Ilustrasi HIV/AIDS. Google

Lebih lanjut, ia selama ini kesulitan mendeteksi mana saja pekerja di Semarang yang kedapatan positif HIV. Sebab, banyak pekerja yang positif HIV justru beralamat di luar Semarang. 

"Sesuai tempat tinggal ada 60 persen yang positif itu tinggal di luar kota. Kesulitanya disitu. Karena ambil satu dua obat, terus hilang entah kemana. Ini yang membuat pengobatan berhenti," akunya. 

Baca Juga: Sariawan Gejala Umum HIV/AIDS, Dokter Gigi Jadi Pendeteksi Awal HIV 

Berita Terkini Lainnya