TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Ariani Blusukan ke Semarang Demi Berikan Sedekah buat Biksu Thudong

Sambutan warga luar biasa

Ariani terlihat memberikan sebuah apel kepada salah satu biksu yang menjalankan ritual jalan kaki atau Thudong di Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Rombongan 32 biksu Thudong yang melewati Kota Semarang hari ini, Minggu (28/5/2023), menjadi suatu yang ditunggu-tunggu masyarakat. Bahkan, keunikan ritual jalan kaki yang dilakukan para biksu Thudong mampu menarik perhatian warga luar Semarang. 

Salah satunya seperti yang dialami Ariani Wardanah. Perempuan muda tersebut rela datang jauh-jauh dari Jakarta agar bisa menyaksikan perjalanan 32 biksu Thudong yang melewati Kota Semarang. 

Baca Juga: Jumlah Biksu Thudong Bertambah Jadi 35 Orang, Siang Ini Mampir Semarang

1. Ariani rela datang langsung ke Semarang

Rombongan 32 biksu Thudong disambut meriah oleh warga Semarang saat melewati Jalan Piere Tendean. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ariani mengaku tak mau melewatkan kesempatan bertemu langsung dengan rombongan biksu Thudong. Ia yang selama ini tinggal di Ibukota Jakarta harus berburu informasi untuk mendapatkan kepastian jadwal perjalanan para biksu Thudong. 

"Sehari-hari saya di Jakarta, tapi punya rumah di Semarang. Nah, pas kemarin itu saya gak sempat ketemu rombongan biksu. Terus saya cari infonya mereka sudah di Pekalongan. Lalu saya keliling kemana-mana, muterin jalanan di Semarang sampai akhirnya bisa ketemu rombongan biksu di sini," kata Ariani saat ditemui IDN Times, di perempatan Jalan Piere Tendean Semarang Tengah. 

2. Berikan buah buat para biksu Thudong

Seorang biksu berjalan kaki sembari membawa bendera merah putih. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Dari rumahnya, ia memesan ojek online untuk diantarkan ke perempatan Jalan Piere Tendean yang jadi salah satu lokasi yang dilewati rombongan biksu Thudong. 

Setibanya di Jalan Piere Tendean, Ariani membawa sebuah kardus berisi air mineral dan buah-buahan. Buah dan air mineral itu ia berikan untuk para biksu. "Tadi pagi saya beli. Biar seger," katanya. 

Memberikan buah dan minuman kepada para biksu Thudong merupakan perwujudan sedekah makanan yang dalam tradisi umat Buddha disebut Pindapata. Bersedekah makanan biasanya diberikan kepada biksu ketika pagi hari. Namun bagi Ariani tidak masalah ketika sedekah makanan diberikan saat biksu Thudong melintasi Semarang siang hari. 

"Kalau Pindapata kan seharusnya diberikan kepada biksu saat bangun pagi pas Subuh, nah di situ bisa diberikan makanan. Nah, kalau sore ya bisa-bisa aja nanti harapannya kita bisa makmur, diberi kecukupan rezeki," tambahnya. 

3. Ketemu biksu Thudong jadi kesempatan langka

Seorang biksu memimpin rombongan saat berjalan kaki melewati Jalan Piere Tendean, Semarang Tengah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurutnya keberadaan biksu yang melakukan jalan kaki dari Thailand ke Indonesia menjadi kesempatan langka yang tak boleh dilewatkan. Sebab, ritual Thudong sangat jarang dilakukan para biksu terutama melintasi sejumlah daerah di Indonesia. 

"Senang dong. Karena kesempatan ada biksu yang mau menjalankan seperti ini itu langka sekali. Karena dia melakukan ziarah dari Thailand ke Indonesia itu peluangnya sulit sekali. Kalau puasa banthe setiap tahun. Kalau biksu melakukan seperti ini jarang. Belum pernah malah kalau di Indonesia," ungkapnya. 

4. Gak apa-apa berbeda, yang penting hormati

Rombongan biksu Thudong saat menyusuri Jalan Pemuda Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ia pun berharap adanya ritual Thudong yang dilakoni para biksu saat Waisak tahun ini bisa membuat bangsa Indonesia menjadi negeri yang damai, hidup berdampingan, ekonomi maju, semakin rukun dan sejahtera. 

"Perbedaan itu gak apa-apa yang penting salah menghormati, menghargai, saling mengasihi. Karena kan kita sebenarnya sama-sama umat manusia," kata Ariani. 

Baca Juga: Kedatangan 32 Biksu Thudong Jadi Momen Bangkitkan Nilai Spiritual Candi Borobudur

Berita Terkini Lainnya