TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harmoni Suara Anglung Menghibur Para Suster Katolik saat Puncak Natal

Para suster sepuh diajak rayakan Natal dengan gembira

Acara perayaan Natal yang penuh keakraban dan kehangatan di Pondok Harapan Suster Persaudaraan Ilahi. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Suasana Pondok Harapan Suster Persaudaraan Ilahi di Jalan Pusponjolo Raya, Semarang pada Sabtu (25/12/2021) Siang berbeda dari biasanya. 

Tepat berada di samping Gereja Santa Theresia Bongsari Semarang, sayup-sayup suara seorang suster Katolik menggema di seluruh ruangan pondok. Rupanya siang itu menjadi momentum spesial lantaran ada belasan suster sedang merayakan Natal dengan penuh suka cita. 

Rata-rata para suster di pondok tersebut sudah sepuh. Mereka yang duduk di bangku panjang dipandu oleh salah satu suster untuk bertepuk tangan sembari menyanyikan beberapa lagu. 

Terlihat raut wajah mereka ceria. Kedua tangannya yang keriput bertepuk tangan mengikuti aba-aba. Sejumlah suster yang duduk di kursi roda tak mau ketinggalan ikut merayakan Natalan dengan gembira. 

Acara Natalan yang penuh keceriaan dan kehangatan itu diinisiasi oleh Persaudaraan Lintas Agama Semarang (Pelita) yang mengusung tema Safari Natal 2021. 

Agar tambah semarak, Koordinator Pelita Setyawan Budi mengajak anak-anak muda lintas iman ikut nimbrung. Sebut saja ada dua biksu yang hadir mewakili umat Buddha, sejumlah anggota Gusdurian, dua mahasiswa dari generasi muda FKUB Jateng, satu keluarga jemaat Ahmadiyah, seorang pemeluk Hindu dan pemeluk Konghucu. 

Selama acara Natalan, para suster tak canggung melantunkan lagu Malam Kudus dan Edelweis sembari bermain angklung. Suaranya yang merdu ditambah iringan angklung membuat perayaan Natal di Pondok Harapan terasa khidmat. Apa yang dilakukan oleh para suster tersebut menunjukan nuansa Natal yang sederhana. 

"Saya sangat terharu melihat acara Natalan yang guyup, lalu banyak orang-orang yang berbeda agama ikut datang kemari. Itu benar-benar membuat saya sampai merinding," kata Transena, seorang suster ketika berbincang dengan IDN Times usai acara Natalan. 

Ia yang telah menapaki usia 80 tahun merasakan suasana penuh kehangatan saat merayakan Natalan bersama anak muda lintas agama. 

"Aduh ini baru pertama saya lihat dan bukan main rasanya. Bagi saya, merayakan Natal dengan keakraban sungguh luar biasa. Kalau di Gereja Bonsgari saya sering ikut Natalan dengan para jemaat, tapi kalau yang hari ini saya suka dan terhibur," akunya. 

Baca Juga: Keren! Sinterklas Naik Trail Bagi Kado Natal untuk Lansia di Semarang

Seorang suster bahagia bisa Natalan penuh keakraban

Dua suster sepuh di Pondok Harapan Suster Persaudaraan Ilahi yang ikut merayakan Natal bersama umat lintas agama. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Vitalis Margareta, seorang suster lainnya berpendapat nuansa Natalan yang guyup dan rukun bisa menunjukan bahwa sesama manusia harus saling berbagi kasih, tolong-menolong serta memperkuat kerukunan.

"Pas kita main angklung tadi, hati ini rasanya senang. Kok masih ada anak-anak muda yang mau menyambangi tempat suster yang sudah tua-tua begini. Jadinya tambah semangat pas ikut main angklung. Lagunya tadi Edelweis dan Malam Kudus," kata Vitalis. 

Menurutnya suasana Natal menjadi haru tatkala seorang peserta mengajaknya bersenandung ria menyanyikan lagu berjudul Nandur Rukun. Hatinya berdesir. Matanya berkaca-kaca. 

Sebagai mantan bidan yang pernah melalang buana ke Maluku, Kupang dan NTB, perasaannya campur aduk saat melihat suasana Natalan yang sangat guyup di Semarang. 

"Saya menyukai suasana yang bisa mempererat persaudaraan dan kita semua bisa menyatu tanpa ada rasa curiga. Saya yang sudah di sini selama 56 tahun, bahagia dan berharap semoga jalinan keakraban antar sesama manusia bisa dipegang teguh selama-lamanya," akunya. 

Para suster sepuh habiskan waktu dengan banyak berdoa dan berkebun

Sejumlah suster sepuh terlihat duduk di kursi roda sembari memainkan angklung untuk merayakan Natal. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Di Pondok Harapan, Vitalis saban hari tinggal bersama 30 suster lainnya. Kebanyakan mereka merupakan pensiunan tenaga medis. Baik Vitalis maupun Transena sama-sama menghabiskan masa tuanya dengan memperbanyak doa. Selain itu ada suster yang hobi berkebun, menjahit pakaian dan ragam kesibukan lainnya. 

"Dan kita setiap hari senantiasa mendoakan semua manusia di bumi ini. Itu juga sesuai pesan dari Paus Fransiskus," tambahnya. 

Pengikut Ahmadiyah ajarkan anak cara memupuk sikap toleransi

Bapak dan anak dari jemaat Ahmadiyah Semarang tampak menghayati lagu Nandur Rukun yang dinyanyikan di Pondok Harapan Suster Persaudaraan Ilahi. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sedangkan, Yuni Kurniawan, yang datang mewakili jemaat Ahmadiyah Semarang mengaku mengajak kedua anaknya untuk melihat kemeriahan Natalan di Pondok Suster Konggregasi Persaudaraan Ilahi. 

Anaknya yang bungsu bernama Abraham Ahmad Kurniawan. Sedangkan si bontot bernama Abi.

"Saya berusaha mengenalkan kepada anak saya agar belajar memahami keberagaman umat di Indonesia. Minimal dengan cara itu, ketika sudah besar nanti, mereka tahu sikap toleransi kepada teman-temannya yang beda agama," bebernya. 

Yuni sudah dua kali berpartisipasi dalam acara Safari Natal. Ia yang menjadi jemaat Ahmadiyah merasa nyaman tinggal di Semarang karena masyarakatnya sudah memahami sikap saling toleransi. 

"Terus terang pas ikut nyanyi dan mengucapkan selamat Natal kepada para suster, saya jadi haru dan merinding. Saya senang dengan antusias para suster yang mengikuti acara ini. Kalau perlu diadakan rutin setiap tahun untuk menghibur para suster di sini," ungkapnya.

"Kedatangan saya kemari juga sebagai bentuk penghormatan kepada umat Nasrani sebagai sesama makhluk Tuhan yang merayakan hari raya Natal. Kita akan selalu menunjukan sikap saling menghargai. Walaupun beda keyakinan, namun kita tetap bersaudara dalam rasa kemanusiaan," sambungnya. 

Baca Juga: Jumat Berkah untuk Anak Yatim Piatu Semarang yang Merayakan Natal 

Berita Terkini Lainnya