Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang memperkirakan, sebagian besar wilayah Jawa Tengah mengalami musim kemarau dengan karakteristik curah hujan yang lebih kering ketimbang situasi tahun sebelumnya. Pasalnya, berdasarkan dinamika atmosfer terpantau pergerakan La Nina mulai melemah dan menuju normal.
Baca Juga: Walhi Ungkap Pemerintah Salah Urus Infrastruktur Wilayah Pesisir Jateng
1. Kemarau tahun 2023 lebih kering dibanding tiga tahun lalu
ilustrasi tanah yang mengering akibat kemarau panjang (unsplash.com/adam_yod) Sukasno, Kepala BMKG Klimatologi Kelas I Semarang, mengatakan dengan kondisi La Nina yang melemah maka curah hujan di Jawa Tengah cenderung berkurang.
"Sehingga jika dilihat dari berbagai faktor variabel dinamika atmosfer intensitas curah hujannya tahun ini diprediksi menurun. Untuk analisa dari kami, musim kemarau tahun ini curah hujannya lebih kering ketimbang kondisi tiga tahun terakhir. Ini artinya hujan yang terjadi di Jawa Tengah tidak akan sebanyak tahun-tahun sebelumnya," kata Sukasno ketika dihubungi IDN Times, Jumat (27/1/2023).
2. Penetuan awal musim kemarau masih dibahas tim BMKG Klimatologi
Ilustrasi Siklon Tropis di Indonesia ( ANTARA FOTO/Fikri Yusuf) BMKG, katanya telah memperkirakan sepanjang tahun 2023 tidak akan mengalami hujan yang ekstrem. Kondisinya berbanding terbalik dengan tahun 2022 yang mana mayoritas kabupaten/kota mengalami hujan ekstrem. Bahkan, seperti wilayah pesisir selatan tidak terjadi kemarau karena selalu dilanda hujan ekstrem.
Walau demikian, Sukasno menegaskan pihaknya belum bisa menentukan awal musim kemarau 2023. Ia mengaku masih harus menggelar rapat koordinasi dengan jajarannya guna menentukan jadwal awal musim kemarau.
"Kita sedang rapat pembahasan untuk menentukan analisa awal musim kemarau 2023," tambahnya.
3. Rembang mengalami kemarau paling awal
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng Emma Rachmawati, serta Ketua Dekranasda Kabupaten Rembang Hasiroh Hafidz meluncurkan jenama Batik Lasemku. (dok. Humas Provinsi Jawa Tengah) Menurutnya, dikatakan suatu wilayah mengalami kemarau jika selama tiga bulan berturut-turut curah hujannya kurang dari 150 milimeter per bulan atau per dasarian intensitas hujannya kurang dari 50 milimeter.
Lebih lanjut, ia menuturkan menilik pengalaman sebelumnya, biasanya daerah yang mengalami kemarau paling awal yaitu Kabupaten Rembang.
Rembang, menurut Sukasno, memiliki karakteristik cuaca yang unik karena mengalami kemarau lebih awal dan mengalami musim penghujan paling akhir. Kemudian wilayah lain yang mengalami kemarau yakni sebagian pesisir utara Jawa Tengah.
Baca Juga: Pantura Jateng Diterjang Banjir, Ribuan Lahan Padi Puso, Kerugian Tembus Rp22,9 M