TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terkenal Angker, Pedagang Ramai Datangi Kuburan Kiai Jangkar Semarang

Jangkar kapal Laksamana Cheng Ho ini masih sering dipuja

Penampakan kuburan Kiai Jangkar di Klenteng Sam Poo Kong. IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Berada di tengah kota Semarang, suasana Klenteng Sam Poo Kong saat rangkaian perayaan Imlek tak seramai tahun lalu. Hal itu tidak lepas dari perubahan perilaku warga peranakan Tionghoa yang memilih mengurangi aktivitasnya selama masa pandemik COVID-19.

Di beberapa tempat pemujaan di Sam Poo Kong terasa amat sepi. Hanya terdapat segelintir kuncen alias juru kunci yang berjaga di lokasi pemujaan. Ditengah suasana sepi itulah IDN Times jadi leluasa melihat satu persatu tempat-tempat pemujaan yang terkenal punya sisi magis yang kuat. 

Salah satunya adalah Makam Kiai Jangkar yang terletak di sisi Barat altar utama Sam Poo Kong. Heri Apriyanto, seorang pemandu wisata yang mendampingi IDN Times mengaku jika Makam Kiai Jangkar sejak puluhan bahkan ratusan tahun lamanya sudah tersohor seantero Asia

Baca Juga: Karena Virus Corona, Festival Cheng Ho dan Kota Lama Semarang Terancam

1. Makam Kiai Jangkar jadi pemujaan untuk meminta penglarisan

Terlihat dari depan kompleks Makam Kiai Jangkar. IDN Times/Fariz Fardianto

Di makam Kiai Jangkar orang-orang kerap bersemedi sembari merapalkan doa-doa untuk mengharapkan penglarisan.

"Kebanyakan yang datang kemari itu para pedagang sayuran, buah-buahan dari Temanggung, Magelang, Wonosobo dan daerah lainnya di luar Jawa Tengah. Ada juga dari Vietnam dan Thailand. Mereka rutin minta berkah di makamnya Kiai Jangkar. Yang dagangannya lagi sepi, biasanya sering kemari biar jualannya laris lagi," kata Heri, Kamis (18/2/2021).

2. Makam Kiai Jangkar sebenarnya hanya sebuah jangkar sekoci milik Cheng Ho

instagram.com/memoriesgetaway

Dinamakan Kiai Jangkar lantaran di sudut tembok terdapat sebuah jangkar besar berwarna hitam milik Laksamana Zheng He atau mahsyur dikenal dengan Cheng Ho.  Jangkar tersebut merupakan bagian dari sekoci yang jatuh pas armada Zheng He pertama datang ke Pulau Jawa.

Sembari menunjukan sebuah jangkar besar yang berdiri di sudut tembok, Heri bilang benda itulah yang kerap dipuja oleh para pedagang. Hanya ada cahaya temaram yang menerangi bagian bawah jangkar. Berdasarkan penuturannya, jangkar itu awalnya ditemukan di sekitar Kali Kuping. 

Untuk jangkar pada kapal utama Cheng Ho jatuh di Perairan Rembang.

"Dan saya sering menjumpai orang-orang yang memuja Kiai Jangkar pasti usahanya berhasil. Dan itu juga dibarengi dengan janji-janji tertentu. Nah, yang usahanya sudah berhasil sering balik kesini lagi buat menepati janjinya. Entah memberi sesembahan atau barang yang sudah disyaratkan sebelumnya," ungkapnya.

3. Ada Nabi Kong Hu Cu yang juga dipuja di Klenteng Sam Poo Kong

Tempat pemujaan Nabi Kong Hu Cu di Klenteng Sam Poo Kong. IDN Times/Fariz Fardianto

Di dekat pemujaan Kiai Jangkar juga terdapat pemujaan lain bagi Nabi Kong Hu Cu. Lokasinya ada di tengah bangunan kompleks Makam Kiai Jangkar. 

Sebuah Kongco berdiri tegak di belakang hio. Pada sisi yang lain juga terdapat Rumah Arwah Hoo Ping. Arwah Hoo Ping adalah arwah orang meninggal yang tidak dirawat oleh keluarganya. Arwah Hoo Ping didoakan tiga kali. Masing-masing sehari sebelum Imlek, saat Ceng Beng dan ketika upacara Jit Gwee. 

4. Para pejabat hingga nelayan sering bertapa di Makam Kiai Jangkar

Pexels.com/Prasanth Inturi

Peziarah yang sering berdoa di Kiai Jangkar dan bersemedi di depan altar Nabi Kong Hu Cu berasal dari beragam kalangan. Mulai pengusaha, para pejabat hingga nelayan sekitar daerah Pantura. 

Ritual yang mereka lakukan selama semalam suntuk. Setiap peziarah menggelar tirakatan sambil bermunajat agar dilancarkan usahanya.

"Banyak juga dari para nelayan, karena kan jangkar merupakan simbol dari perahu nelayan. Jadinya mereka percaya berdoa di Makam Kiai Jangkar hasilnya sangat manjur. Memang aura mistisnya sangat kuat. Maka kita jaga makamnya agar tetap sakral sekaligus menghormati para leluhur yang bersemayam di sini," akunya. 

Baca Juga: 6 Tips Jalan-jalan ke Sam Poo Kong, Kelenteng Terbesar di Semarang

Kisah ini ditulis berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, pengalaman orang per orang, dan disampaikan dari mulut ke mulut. Pengalaman setiap orang terhadap mitos dan kesan mistis seperti di atas, akan berbeda-beda. Tak semua orang bisa merasakan hal yang sama.

Berita Terkini Lainnya