TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nestapa PRT di Semarang, Disiksa Bertubi-tubi Sampai Pita Suaranya Rusak

Ika saat ini alami trauma

Bekas sayatan pisau yang membekas di tangan Ika, seorang PRT asal Semarang (Dok. Istimewa)

Semarang, IDN Times - Ika Musriati memperlihatkan luka sayatan di kedua tangannya saat berada di rumahnya, Jalan Cimanuk VIII, Mlatiharjo Timur, Citarum Semarang. Kejadian tiga bulan silam masih membekas dalam ingatannya.

Perangkai majikannya mendadak berubah drastis tatkala dirinya baru bekerja dua bulan sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di Jalan Taman Lavender, Komplek Perumahan Graha Padma, Semarang Barat.

"Bulan pertama kerja saya dikasih gaji Rp1,6 juta sesuai perjanjian awal. Tapi pas jalan dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, saya cuma dikasih Rp100 ribu dan Rp200 ribu," kata Ika, Rabu (22/4).

Baca Juga: Penjahit di Semarang Bikin Masker Khusus Untuk PRT Rentan COVID-19

1. Awalnya disuruh kerja bersih-bersih rumah sambil mengasuh anak majikannya

Ika menunjukan luka akibat disiksa majikannya. Istimewa

Ia memutuskan jadi PRT setelah melihat lowongan kerja yang diposting di salah satu akun Facebook. Dari situ, ia berkenalan dengan pasutri yang tinggal di Jalan Lavender. 

Singkat cerita ia pun akhirnya sepakat dengan gaji yang dijanjikan. "Pas datang ke rumah majikan, saya dikasih tahu kalau kerjaan saya momong anaknya sambil bersih-bersih rumah. Tapi ternyata saya diminta kerja sampai jam 2 malam, malah bisa sampai Subuh gak tidur," kata perempuan berusia 20 tahun ini.

2. Setiap lupa kerja, Ika dihukum makan puluhan cabai

pixabay.com/englishlikeanative

Pekerjaannya yang sampai larut malam itu justru mengundang marabahaya. Suatu hari, Ika yang sedang sial rupanya mendapat hukuman dari sang majikan. Ia dipaksa memakan puluhan cabai dengan alasan lupa melakukan pekerjaannya. 

"Pokoknya setiap hari saya selalu dihukum. Sehari bisa dipaksa makan lima cabai, sepuluh cabai sampai 50 cabai. Alasan mereka, saya lupa kerja," ujarnya dengan suara tercekat.

"Karena saya mulai diperlakukan kasar sama majikan, akhirnya saya tanya ke mereka. Jawabnya mereka, aku sudah beli kamu. Mau tak apain juga terserah aku. Kamu tak bunuh itu hakku," sambungnya dengan logat Jawa kental.

3. Ika ngaku sering dipukul dan disuruh makan nasi basi

(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Setelah itu, hari demi hari bukannya penyiksaannya mereda. Justru ia mendapat siksaan yang lebih kejam. Ika mengaku suatu siang pernah diikat kedua tangan dan kakinya lalu dipukul sambil diguyur air shower.

Tak cuma sekali, bertubi-tubi ia terus disiksa oleh majikannya. Selama tiga bulan ia tak lagi dapat gaji. Ia juga hanya dapat makan sehari sekali.

"Saya dikasih makan nasi nasi yang sudah ada belatungnya. Pernah juga dipaksa majikan buat nyayat-nyayat tangan saya sendiri pake pisau. Itu kejadiannya sudah berkali-kali," urianya.

Ia mengatakan saat ini sangat trauma akibat siksaan yang dilakukan majikannya. Bahkan, pita suaranya rusak lantaran dipaksa minum air mendidih berulang kali. "Pas pita suara saya rusak, saya gak bisa ngapa-ngapain lagi. Buat minum sudah gak bisa,".

4. Ayahnya curiga anaknya tak bisa dihubungi sejak September

Unsplash/ Photo by Taylor Grote

Sumardjo, ayahnya mengaku sudah curiga dengan kejadian yang menimpa anaknya. "Bulan September atau Oktober tahun lalu, saya mau telepon dia gak bisa. Soalnya perasaan saya sudah gak enak. Dan ternyata pas bulan Desember saya ditelepon polisi disuruh datang ke Polsek Semarang Barat. Di sana saya baru tahu kalau anak saya kondisinya sudah gak bisa jalan," katanya.

Berita Terkini Lainnya