TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PLTU Batang Diklaim Tidak Timbulkan Polusi Debu, Ini Alasannya

Konsepnya beda dengan pembangkit lainnya

IDN Times/Toni Kamajaya

Batang, IDN Times - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah menargetkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang, bakal mulai beroperasi pada 2020 mendatang. Mereka menyatakan PLTU Batang digadang-gadang menghasilkan 2.000 megawatt.

Baca Juga: KPK Kembali Panggil Ulang Menteri ESDM Jonan untuk Kasus PLTU Riau-1

1. PLTU Batang memakai penyaring polutan ultra supercritical

IDN Times/Toni Kamajaya

Kepala DLHK Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono menuturkan PLTU Batang selama beroperasi tidak akan mengeluarkan polusi debu di udara. 

Teguh mengklaim pembangkit tersebut sudah dikonsep menggunakan teknologi mesin penyaring polutan ultra supercritical.

"Karena menggunakan teknologi Ultra Supercritical, maka dari itu semoga saja proyek PLTU yang ada di Batang tidak akan ada polusi debu. Kita sudah mengupayakan maksimal supaya tidak mencemari lingkungan sekitar," akunya, Jumat (21/6).

2. Dinas Lingkungan berupaya meminta masukan dari para pakar

IDN Times/Toni Kamajaya

Pihaknya mengaku selama ini terus berupaya meminta masukan dari para pakar lingkungan serta melakukan kajian teknis secara kontinyu untuk menekan pencemaran udara yang ditimbulkan dari PLTU Batang.

Para pakar yang dilibatkan dari sejumlah universitas negeri yang ada di Jawa Tengah sembari terus berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait.

"Dari pembangunan PLTU yang sudah beroperasi itu yang kemudian menjadi temuan dan sudah ada laporan kepada  kami untuk melakukan kajian," ujar Teguh.

3. Kepala DLHK: Konsep PLTU Batang beda jauh dengan Rembang dan Cilacap

IDN Times/Abdurrahman

Ia menjamin mekanisme pengoperasian PLTU Batang berbeda jauh dengan PLTU Rembang dan Cilacap. Menurutnya kedua pembangkit tersebut sebelumnya memang dikonsep memakai teknologi supercritical. Hal ini membuat pembangkit masih menghasilkan abu atau fly ash.

Baca Juga: Kisah Penyapu Koin di Pantura, Mulai Mitos hingga Kebiasaan Meminta

Berita Terkini Lainnya