TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Selama Pandemik Aksi Pedofil Marak di Semarang, Pelaku Pengangguran

Ulah para pengangguran bikin miris!

Ilustrasi pelecehan seksual (ANTARAnews)

Semarang, IDN Times - Selama masa pandemik COVID-19, sejumlah anak di bawah umur yang tinggal di Kota Semarang diketahui menjadi korban pelecehan seksual. Berdasarkan catatan Asosiasi Psikolog Forensik (Apsifor), terdapat lonjakan kasus pelecehan seksual yang dialami anak-anak kecil di Ibukota Jateng. 

"Jumlah (korbannya) banyak banget. Ada tren kenaikan kasus pelecehan seksual pada anak yang sangat drastis. Karena selama masa pandemik COVID-19, kan banyak orang yang nganggur. Jadinya yang pada gabut itulah yang mungkin suka curi-curi kesempatan di rumah atau lingkungan sekitarnya," kata Probowatie Tjondronegoro, seorang pengurus Asosiasi Psikolog Forensik (Apsifor) usai menggelar diskusi bertajuk 'Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak' yang disiarkan via zoom, Selasa (2/11/2021). 

 

Baca Juga: Diimingi Ilmu Kebatinan, 2 Remaja Jadi Korban Pelecehan Seksual

1. Ada tujuh anak jadi korban pelecehan seksual dalam sebulan

Infografis pelecehan seksual. IDN Times/Arief Rahmat

Probo, sapaan akrabnya menyebut dalam sebulan minimal ada tujuh anak yang dilaporkan mengalami kekerasan seksual. Malahan dirinya menemukan sudah ada lima anak dalam sepekan yang ditangani oleh kliniknya. 

Proses penanganan anak-anak korban pelecehan seksual pada umumnya berdasarkan hasil limpahan dari aparat unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Semarang. 

Ia yang ditunjuk sebagai saksi ahli oleh pihak kepolisian mengaku rutin memberikan pendampingan pemulihan mental bagi para korban pelecehan seksual. 

"Seringnya anak-anak ini gak sadar telah dicabuli. Karena dari pengakuan mereka, ada orang yang ngasih permen, imbalan uang dan mendapat ancaman setelah kemaluannya digerayangi oleh pelaku. Dan yang bikin miris, pelakunya rata-rata orang dekat. Mulai tetangga sampai om atau sepupunya," terangnya.

2. Laki-laki pengangguran di Semarang telah berubah jadi pedopil

Ilustrasi kekerasan/pelecehan seksual. IDN Times/Sukma Shakti

Ia bilang ada perubahan perilaku yang mencolok yang terjadi pada laki-laki yang menganggur selama 1,5 tahun lebih pandemik COVID-19. Perubahan yang ia maksud berupa penyimpangan seksual dengan melakukan pencabulan terhadap anak-anak kecil. 

"Ada banyak pengangguran saat pandemik itu mentalnya sudah sakit. Sehingga dari iseng-iseng akhirnya berubah menjadi seorang pedopil. Sebab, korbannya anak-anak usia 8,5 tahun sampai 13 tahun. Ya rata-rata yang teperdaya anak SD sampai SMP yang memang belum paham tentang kejahatan pelecehan seksual," akunya. 

3. Ditemukan juga seorang wanita tuna grahita dicabuli oleh pria kenalannya

Asosiasi Psikolog Forensik saat menyelenggarakan diskusi via zoom. (Dok Pribadi)

Sebenarnya penganan kekerasan seksual tak hanya bisa dilakukan melalui program kuratif. Tetapi juga lewat pendampingan psikologis, sosial dan hukum serta upaya preventif.

Salah satu upaya prevensi yang penting dilakukan yakni memberi psikoedukasi bagi para orang tua. Ia mencontohkan saat berusaha memulihkan mental korban, dirinya menemukan fakta bahwa ada seorang perempuan tuna grahita berusia 16 tahun yang memgalami luka robek pada lubang vaginanya akibat dicabuli seorang pria. 

"Yang kasus wanita tuna grahita ini sedang ditangani bersama polisi. Karena setelah dikulik lebih dalam, belakangan dia juga mengalami luka robek pada lubang vaginanya. Dia digerayangi oleh pria yang baru dikenalnya. Ini jelas sebuah kejahatan yang musti mendapat hukuman setimpal. Ada juga anak SD yang menyodomi teman kelasnya gara-gara habis buka YouTube, ada tontonan pornonya. Dia ngakunya nyodomi biar keliatan keren. Ini sudah sangat memprihatinkan dan gak boleh terulang lagi," tegasnya. 

Baca Juga: Depresi Putus Cinta, Candra Nekat Panjat Tower, Untung Mantan Datang

Berita Terkini Lainnya