TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suhu Dingin di Semarang Apa Penyebabnya?  BMKG Beri Penjelasan

Suhu dingin terasa tiga hari terakhir  

shutterstock.com/dean drobot

Semarang, IDN Times - Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Semarang menyatakan memasuki awal musim kemarau, temperatur udara di Kota Semarang dan sekitarnya saat ini telah berubah menjadi lebih dingin. Perubahan suhu tersebut dipengaruhi pada pertumbuhan awan di langit yang berkurang ketimbang kondisi biasanya.

"Ini bukan disebabkan anomali. Tapi karena sebuah perubahan cuaca yang wajar. Sebab, di wilayah kita sekarang sedang masuk musim kemarau. Secara umum, pada musim kemarau pertumbuhan awan tidak sebanyak seperti halnya musim hujan atau masa transisi," kata Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Semarang, Iis Widya Harmoko, saat dihubungi IDN Times, Selasa (28/7/2020).

Baca Juga: 10 Tempat Selain di Gunung Prau Menikmati Sunrise di Dieng, Cakep!

1. Suhu dingin terjadi di Semarang tiga hari terakhir. Titik terendah muncul hari ini

Ilustrasi kedinginan. Pixabay.com/RondellMelling

Ia menjelaskan suhu dingin melanda wilayah Semarang sejak tiga hari terakhir. Dari alat termometer milik BMKG, katanya suhu dingin rata-rata di Semarang berkisar 28 derajat celcius.

"Tapi suhu terendah yang kita pantau dari alat termometer, pagi tadi jam 02.00 sampai jam 05.00 ada di angka 23 derajat celcius. Tapi kalau dirata-rata tiga hari terakhir ya 28 derajat," kata Iis.

Untuk suhu maksimumnya di siang hari, pihaknya memperkirakan sekitar 33-38 derajat. Kenaikan suhu akan terjadi dua jam mulai pukul 13.00-14.00.

2. Suhu dingin disebabkan energi matahari langsung menuju ke Bumi. Dan dilepas saat malam hari

Ilustrasi (IDN Times/Anata)

Lebih lanjut, ia menyampaikan kondisi perawanan yang tidak terlalu banyak dan hampir tidak ada, kini menyebabkan energi matahari langsung menuju Bumi. Energi matahari yang sampai ke Bumi itu ada yang diserap dan ada yang dipantulkan kembali ke angkasa.

Ia bilang pada malam hari energi yang diserap Bumi dilepaskan kembali ke angkasa. "Karena sedikitnya perawanan, tidak ada energi yang dipantulkan kembali ke bawah (Bumi), sehingga energi terlepas terus menerus pada malam hari yang menyebabkan suhu akan semakin dingin," jelasnya.

Baca Juga: Semarang, Solo, Jepara dan 5 Daerah ini Zona Merah COVID-19 di Jateng

Berita Terkini Lainnya