TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terbentur PPKM, Waria di Semarang Pilih Ternak Ikan Sampai Jual Beras

Transpuan Semarang cuma dapat bantuan sekali

Ilustrasi Wanita-Pria (IDN Times/Arief Rahmat)

Semarang, IDN Times - Masa pandemik COVID-19 tidak hanya memengaruhi aktivitas masyarakat pada umumnya. Kalangan minoritas pun juga terkena dampaknya. Yang paling terasa imbasnya ialah para waria atau transpuan di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah ungkapan yang pas bagi mereka. Betapa tidak, mereka kerap mendapat citra negatif ditengah masyarakat, kini harus memikul beban berlipat-lipat setelah ruang geraknya dibatasi oleh aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Baca Juga: Jerit Hati Waria Korban Prank, Berharap Bansos Malah Dikasih Sampah

1. Silvi Mutiari tak bisa lagi merias pengantin saat masa pandemik COVID-19

instagram.com/thebrideideas

Silvi Mutiari salah satu waria yang terkena efek PPKM yang diberlakukan pemerintah. Saat dihubungi IDN Times melalui telepon, Silvi berkata dirinya mesti jatuh bangun agar tetap bertahan selama masa pandemik. 

Nama Silvi sebelum pandemik terbilang moncer dan dikenal luas masyarakat dengan beragam kegiatan. Mulai menjadi perias pengantin, penyanyi hajatan perkawinan hingga MC ia lakoni saban hari. Sampai-sampai nama belakangnya memiliki singkatan khusus.

"Nama saya kan Silvi Mutiari. Kepanjangannya Muter-Muter Setiap Hari. Ya karena selama ini saya punya job yang banyak. Saya nge-MC, nyanyi di kawinan-kawinan dan juga nge-job rias pengantin," akunya, Sabtu pagi (27/2/2021). 

2. Silvi sekarang banyak menganggur

Pexels.com/Feedyourvision

Dengan segudang aktivitasnya yang padat, Silvi harus mengatur ulang pekerjaannya karena kerap terbentur aturan PPKM. Untuk merias pengantin saat pandemik saja, ia dibuat kelimpungan. 

"Sering banget saya dulu itu diorder jadi perias pengantin. Honornya sekitar dua tiga jutaan. Tapi berhubung ada PPKM ini kan saya jadi gak bisa merias lagi. Soalnya acara kawinan yang mengundang orang banyak sudah dilarang pemerintah," ujarnya. 

Setali tiga uang. Pekerjaannya sebagai penyanyi pada acara pernikahan juga tak bisa dilakukan saat ini. Kini ia banyak menganggur.

"Nyanyi yang biasanya sejam dapat sejuta. Sekarang libur dulu," keluhnya.

3. Komunitas waria Semarang cuma dapat bantuan sembako sekali saat pandemik

IDN Times/Holy Kartika

Ia yang juga menjadi Ketua Persatuan Waria Semarang (Perwaris) Satu Hati itu telah berusaha mendata ulang teman-temannya sesama waria untuk menggalang bantuan. 

"Tapi bantuannya cuma dikasih sekali sama Satgas COVID-19 Semarang. Itu pun pas awal pandemik. Setelah itu kita mesti pontang panting cari sumber penghasilan lain agar bisa bertahan hidup saat pandemik," ujarnya. 

Silvi mengaku ada seratusan lebih waria yang jadi anggota Perwaris. Anggota yang punya KTP Kota Semarang sempat mendapat jatah bantuan berupa kebutuhan bahan makanan dari Pemkot Semarang.

"Yang cari uang ngamen di jalan juga banyak. Kita di WAG sama-sama menyemangati mereka supaya gak putus asa. Kita tetap mencoba iuran untuk bantu teman-teman yang kesusahan. Uangnya diambil dari arisan yang terkumpul setiap bulan," ungkapnya. 

4. Para waria ada yang beralih menjadi peternak ikan hingga jualan beras dan makanan

Instagram

Bagi dirinya dan rekan-rekannya, masa pandemik benar-benar sebuah ujian yang berat. Ia sendiri bahkan harus mencari peluang usaha baru.

"Saya sekarang ternak ikan. Tapi ya itu tadi, penghasilannya turun drastis sampai 75 persen. Teman-teman waria lain ada yang jualan beras online, jualan makanan dan sebagainya. Pokoknya kita mesti bertahan apapun caranya," ujarnya," sambungnya. 

Baca Juga: Hampir Terlupakan saat Corona, 80 Waria Akhirnya Dibantu 2 Komunitas

Berita Terkini Lainnya