TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tolak Penutupan Sunan Kuning, PSK: Takdir Gak Bisa Diubah, Mas 

PSK beralasan masih banyak utang

IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Rencana penutupan Resos Argorejo alias lokalisasi Sunan Kuning yang akan dilakukan pada 16 Agustus nanti mendapat penolakan dari para penghuninya. Hal itu terungkat saat puluhan pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari dikumpulkan di Aula Resos, Jalan Argorejo Raya pada Selasa (18/6) siang. 

Baca Juga: Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup Agustus,  PSK Diberi Modal Rp5,5 Juta

Penolakan tersebut salah satunya dilontarkan oleh Enny. PSK asal Wonogiri tersebut mengaku sampai saat ini masih nyaman bekerja di Sunan Kuning. Sebab, selain pengelola Resos rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, dia mengatakan kehidupan di resos juga terbilang aman dan nyaman tanpa adanya gesekan dengan lingkungan sekitarnya.

"Jelas saya sangat keberatan kalau Sunan Kuning ditutup. Takdir gak bisa diubah, Mas, tapi nasib bisa diubah. Hidup seperti ini karena kita terpaksa menjalaninya karena tidak ada pilihan lain," kata Enny kepada IDN Times.

Enny melanjutkan para PSK sebenarnya juga ingin bekerja di tempat lain, namun mereka tidak mmepunyai persyaratan kerja yang ditentukan oleh perusahaan ataupun pabrik.

"Mau kerja di pabrik juga harus pakai ijazah, lha kita apa punya itu semua. Lagian semuanya yang tinggal di sini masih punya banyak utang, Mas. Mau makan apa kita nanti kalau tempat ini ditutup," ujar .

1. PSK merasa tidak mempunyai pilihan lain

IDN Times/Fariz Fardianto

2. Pemkot diminta sediakan kios untuk berjualan

IDN Times/Fariz Fardianto

Enny mengatakan saat ini masih punya tanggungan dua anak yang masih disekolahkan. Enny menantang balik jika Sunan Kuning ditutup, maka Pemkot Semarang harus memberikan modal usaha yang lebih besar.

"Kalau cuma dikasih uang Rp 5,5 juta gak akan cukup. Saya minta disediain kios di luaran sana. Jadi pas Sunan Kuning ditutup, saya bisa beralih jualan penyetan. Pemberian kompensasi harusnya yang fair dong. Kita juga manusia kok, masak nutup tempat gak mikirin hidup kita gimana-gimana nantinya," aku perempuan yang sudah tinggal dua tahun di Sunan Kuning itu.

Sikap keberatan juga diungkapkan oleh Riska. Riska dibuat bingung dengan upaya Pemkot yang akan menutup Sunan Kuning Agustus nanti. Sebab, dia menganggap modal usaha yang diberikan sangat pas-pasan. Selain itu, ia khawatir sebaran penyakit menular seksual di jalanan bakal semakin tidak terkendali.

"Anak saya masih dua. Kecil-kecil butuh sekolah dan hidup yang layak. Kalau ditutup saya kerja apa nanti. Pokoknya kurang setuju lah. Kalau mau nutup ya jangan sekarang, tunggu kalau kita benar-benar siap," ujar dia. 

Baca Juga: Lokalisasi Sunan Kuning Semarang Akan Dijadikan Pusat Kuliner

3. Rencana penutupan Sunan Kuning jalan terus

IDN Times/Fariz Fardianto

Mendapati penolakan dari para WTS, Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto bersikeras bahwa menutup Sunan Kuning menjadi jalan satu-satunya untuk mendukung program Kemensos yang mencanangkan Indonesia Bebas Prostitusi pada 2019.

Fajar menegaskan bila upaya penutupan Sunan Kuning akan tetap berjalan meski sebagian penghuni keberatan.

"Toh kita dengan Pak Wandi (Ketua Resos) sudah sepakati soal penutupan ini. Tanggal 15 Agustus akan clossing penutupan. Ini kita sedang melewati tahapan-tahapannya. Tapi saya pastikan September sudah tidak akan ada Sunan Kuning. Kita kerja sama dengan pihak Kelurahan Kalibanteng Kulon akan membuat kampung tematik dan pusat kuliner untuk mengubah wajah Sunan Kuning," tegas dia. 

Baca Juga: Pemkab Madiun Targetkan Bersih dari Prostitusi Pada Akhir 2019 

Berita Terkini Lainnya