TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ciri-ciri Orang Terpapar Paham Terorisme, Millenial Paling Rentan

Perempuan lebih rentan terpapar

Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Surakarta, IDN Times - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun tahun 2020 merilis adanya temuan 20.543 konten yang terindikasi sebagai konten yang bermuatan narasi radikalisme dan terorisme.

Sementara menurut laporan Institute for Youth Research Malaysia (IYRES), menyebutkan bahwa 83 persen dari individu yang ditangkap oleh Kepolisian Malaysia (PDRM) terpapar ideologi radikalisme dan terorisme dari internet.

Baca Juga: Tekun Latihan di Lapas Kedungpane, Napiter Bom Bali Ciptakan Kaligrafi Prabu Kresna

1. Abdi negara terpapar terorisme

Kegiatan APEX Chronicles Regional Workshop Indonesia-Malaysia in Countering Radicalism, Extremism, and Terorism though Digital Media di Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris dalam APEX Chronicles Regional Workshop Indonesia-Malaysia in Countering Radicalism, Extremism, and Terorism though Digital Media mengatakan di tahun 2022 lalu ada 247 penangkapan teroris di Indonesia.

"Dan selama kurun waktu 2010-2022 terdapat 33 abdi negara yang terlibat terorisme. Terdiri dari 8 personel Polri, 4 prajurit TNI, 3 Pegawai BUMN, dan 18 Aparatur Sipil Negara (ASN)," jelasnya di The Sunan Hotel Solo, Rabu (27/9/2023)..

Berdasarkan hal tersebut, menempatkan Indonesia berada di urutan ke-24 sebagai negara paling terdampak terorisme berdasarkan Global Terrorism Index (GTI) tahun 2023.

Sementara itu, Kasubit Kontra Naratif Dit Cegah Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengatakan media sosial saat ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok ekstrimis untuk menyebarkan faham-faham radikal dan propaganda, bahkan membuat media sosial dengan kedok pembelajaran agama.

"Hingga saat ini sudah ada 190,510 temuan akun yang berusaha menyebarkan paham intoleran, radikal, dan terorus," ujarnya dikesempatan yang sama.

2. Kaum millenials banyak terpapar dari media sosial

Kasubit Kontra Naratif Dit Cegah Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana. (IDN Times/Larasati Rey)

Lebih lanjut, Mayndra mengatakan potensi radikalisme terorisme di Indonesia, berdasarkan pada data survei BNPT tahun 2020, terhadap 13.700 responden dari 32 provinsi, menyebutkan sebanyak 85 persen generasi millenial rentan terpapar paham radikal. Potensi radikalisme yang lebih tinggi pada kalangan perempuan daripada laki-laki.

"Di tahun 2023 survei Setara Institute terhadap 947 siswa dari 19 SMA negeri dan 33 SMA swasta di 5 kota (Bandung, Bogor, Surakarta, Surabaya, dan Padang), sebanyak 83,3 % siswa SMA menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa tergantikan," ungkapnya.

Sedangnan dari data BRIN melansir bahwa 17,7 persen mahasiswa menganggap konten di media sosial yang menarasikan bahawa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia adalah pandangan yang sesat.

Hal ini menjadi perhatian tersendiri, anak muda mudah terpapar radikal, extrimisme lantara meraka merupakan para pengguna terbesar media sosial di Indonesia. Di tahun 2022 lalu terdapat 8 penangkapan tersangka teroris terkait media sosial.

"Contohnya yang sudah kita tanggangi itu Ika Puspitasari yang merupakan pekerja migran Indonesia di Hong Kong. Dia setia kepada ISIS setelah komunikasi intensif melalui telegram. Dan ISIS memanfaatkan kehadiran internet dan media sosial untuk mengubah sifat terorisme itu sendiri," jelasnya.

"Ada juga yang kemarin baru terjadi, Zakiah Aini pelaku lone wolf menyerang anggota penjagaan di Mabes Polri. Jadi kecenderungan yang terlihat di kalangan kaum radikal ini yang sebagaian besar adalah kaum milenial. Adalah meningkatnya peran perempuan dalam melakukan aksi teror dan penyebarluasan niat melakukan propaganda online.

Baca Juga: 3 Anggota Polri Dikabarkan Ditangkap Terkait Kasus Terorisme

Berita Terkini Lainnya