TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Yang Mesti Dilakukan Jika Indonesia Resesi Menurut Pakar Ekonomi UNS

Pemerintah harus intens beri bantuan ke masyarakat

pexels

Solo, IDN Times - Pakar ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Lukman Hakim, Ph. D, buka suara terkait pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani, yang mengatakan ekonomi Indonesia resmi resesi pada kuartal III tahun 2020.

Sebelumya, Indonesia pernah mengalami resesi pada tahun 2008 disebabkan oleh kerusakan sektor keuangan di Amerika Serikat (AS) dan periode 1997-1998 karena kerusakan sektor perbankan.

Baca Juga: Di Ambang Resesi, Pengangguran di RI Bakal Bertambah 5 Juta Orang

1. Perekonomian di akhir tahun 2019 sudah melambat

Pakar Ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Lukman Hakim, Ph. D. Dok.Humas UNS

Menurut Lukman Hakim, kendati sebelumnya pemerintah belum mau terbuka terkait kapan Indonesia akan resesi, namun Lukman menilai jika tanda-tanda resesi sudah sangat jelas. Ditambah lagi adanya perlambatan perekonomian bagi Indonesia sebelum pandemi COVID-19 pada akhir tahun 2019 lalu.

“Sejak akhir 2019 ekonomi kurang begitu menggembirakan. Karena neraca perdagangan sudah minus sehingga ketika masuk pandemik prediksi pemerintah akhir tahun 2020 minus hampir 3-4 persen. Kuartal kedua kemarin bulan Agustus diumumkan minusnya 5,32 persen dan ini sudah sesuai dengan prediksi pemerintah bahwa pandemik ini akan menyebabkan pertumbuhan merosot,” jelasnya, Rabu (30/9/2020).

2. Pemerintah harus menggenjot tingkat konsumsi masyarakat

SehatQ

Lukman Hakim, Ph. D menyebut defisitnya ekonomi Indonesia sudah diantisipasi pemerintah melalui UU No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemik Covid-19.

Dengan adanya UU tersebut, pemerintah menjadi lebih leluasa sebab batas maksimal defisit Indonesia yang semula 3 persen diubah menjadi 5 persen. Hal ini, disebut Lukman membuat presiden tidak dapat di- impeachment.

Saat ditanya soal cara agar Indonesia tidak mengalami resesi berkepanjangan, Lukman menerangkan pemerintah harus menggenjot tingkat konsumsi masyarakat. Caranya, dengan terus menggencarkan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan bagi pekerja bergaji dibawah Rp5 juta.

Dengan cara itu, masyarakat akan semakin mudah dan mau membelanjakan uangnya untuk membeli bahan kebutuhan pokok yang selama pandemik Covid-19 ada kecenderungan penurunan harga di pasaran karena daya beli rendah.

Baca Juga: Indonesia Hampir Pasti Resesi, Yuk  Buka Bisnis Kecil-kecilan

Berita Terkini Lainnya