2 Tahun Menahan Rindu Suasana Takbir dan Salat Id di Tanah Rantau

Momen Lebaran cukup sakral bagi umat Islam

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd..

Semarang, IDN Times - Sekelumit lafal Takbir tersebut menjadi penanda bahwa umat Islam merayakan dua hari besar, salah satunya Idulfitri. Suasana takbir tidak tergantikan dan selalu membuat hati bergetar setiap Muslim. Sayangnya, para perantau masih harus menahan rindu untuk bisa bertakbir, menunaikan silaturahmi bertemu keluarga pada tahun kedua pandemik virus corona.

Ya, pandemik COVID-19 masih menjadi penghalang bagi para perantau menunaikan rindu pada keluarga di kampung halaman ketika Lebaran tahun 2021 ini. Sebab, sama seperti tahun sebelumnya, pemerintah kembali memberlakukan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat.

1. Kembali tak bisa mudik ke Gunung Kidul saat Lebaran

2 Tahun Menahan Rindu Suasana Takbir dan Salat Id di Tanah RantauIlustrasi Bersalaman Lebaran (IDN Times/Sukma Shakti)

Perasaan campur aduk sedih, kangen mendengar takbir di kampung halaman, hingga rindu mencicipi masakan rumah dirasakan sebagian mereka yang kembali tidak mudik saat tahun kedua pandemik COVID-19. Seperti Fani, karyawan swasta yang bekerja di Kota Semarang, harus rela mengurungkan niatnya mudik ke Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta saat hari raya Idulfitri. 

‘’Ini kali kedua tidak bisa Lebaran bersama keluarga di rumah. Sedih pasti, namun akhirnya hanya bisa pasrah kalau memang aturan pemerintah begitu,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (7/5/2021). 

Bagi perempuan berusia 39 tahun itu, tidak bisa lagi mudik menjadi hal yang biasa. Kondisi tersebut berbeda ia dialaminya tahun lalu.

‘’Tidak bisa mudik lagi di Lebaran tahun ini saya anggap biasa, beda dengan tahun lalu. Sebab, tahun ini kebijakan larangan mudik untuk menekan kasus COVID-19 menjadi lebih jelas dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun lalu segala sesuatunya lebih tidak pasti, terutama soal kapan bisa keluar rumah,’’ tuturnya. 

Baca Juga: Sudah 27 Ribu Kendaraan Masuk Jateng Lewat Tol Sebelum Larangan Mudik

2. Memilih balik kampung setelah Lebaran

2 Tahun Menahan Rindu Suasana Takbir dan Salat Id di Tanah RantauIlustrasi mudik (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj)

Ibu tiga anak itu hanya bisa menerima kenyataan harus berlebaran tanpa berkumpul dengan orangtua di kampung halaman. Konsekuensi tersebut diterima daripada harus bermasalah ketika perjalanan pulang ke tanah kelahiran. Seperti masuk ke karantina dan berbagai peraturan atau ketentuan yang harus ditaati para pemudik.

Atas pertimbangan itu, ia memilih untuk menunda dua minggu hingga satu bulan pasca-Lebaran untuk bisa berkunjung ke rumah orangtua.

‘’Alhamdulillah, orangtua juga tidak masalah. Apalagi, sekarang kan sudah lebih mudah untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi, meski tangan tidak bisa menjabat serta raga tidak bisa berkumpul. Jadi, nanti paling silaturahmi melalui video call saja,’’ katanya.

3. Kangen masakan ibu hingga ikut takbiran keliling di tanah kelahiran

2 Tahun Menahan Rindu Suasana Takbir dan Salat Id di Tanah RantauCara Membuat ID

Kendati demikian, ada suasana yang selalu dirindukan di kampung halaman saat Lebaran. Selama dua tahun terakhir, Fani tidak bisa mencicipi masakan rumah yang dimasak oleh ibunya. Selain itu, juga tidak bisa mengikuti takbir keliling yang merupakan tradisi di kampung halamannya, hingga kangen akan suasana salat id di Gunung Kidul, Yogyakarta.

‘’Ya, itu yang mungkin hilang dan nggak bisa dirasakan saat ada pandemik COVID-19 ini. Rindu makan lontong atau ketupat, lontong opor dan sambal goreng buatan ibu itu pasti. Disamping itu, rindu juga ikut takbiran keliling di sana. Sebab, tradisi itu selalu rame, meriah dan menyenangkan. Bahkan, ada pawai yang dilombakan antar desa dan kecamatan. Anak-anak saya tak pernah ketinggalan untuk ikut meramaikan,’’ paparnya.

Fani mengikhlaskan diri berlebaran di Semarang bersama keluarga inti. Dia juga memberikan pemahaman ke anak-anaknya bahwa mereka tidak bisa ke rumah kakek neneknya di Gunung Kidul.

"Ya, udah paling di rumah saja, masak-masak dan nonton televisi. Meski rindu tertahan, tapi dengan tidak mudik malah lebih irit juga Lebaran di rumah saja,’’ pungkasnya.

4. Pemkot Semarang lakukan penyekatan di 9 titik bagi pemudik

2 Tahun Menahan Rindu Suasana Takbir dan Salat Id di Tanah RantauPemerintah larang mudik, petugas berjaga di salah satu wilayah Banten untuk mengawasi pemudik. ANTARA FOTO/Fauzan

Sementara itu, pada larangan mudik tahun ini Pemerintah Kota Semarang melakukan penyekatan dan pemeriksaan kepada pendatang atau pemudik di sembilan titik masuk Kota Semarang. Titik-titik penjagaan itu diantaranya di Pintu Tol Kalikangkung, Pintu Tol Banyumanik, Pos Taman Unyil, Pos Mangkang, Pos Genuksari, Pos Darupono, Pos Sisemut, Penggaron, dan Cangkiran. Selain itu, juga dilakukan di pintu masuk seperti bandara, stasiun, terminal dan pelabuhan.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, pihaknya memberlakukan pembatasan ketat mulai tanggal 6--17 Mei 2021. Selain itu, bagi pendatang yang masuk Kota Semarang wajib mengisi formulir di aplikasi Sidatang.

‘’Upaya ini kami lakukan karena Semarang ini adalah kota transit bagi pendatang. Sehingga mereka yang masuk ke kota ini juga wajib lapor. Kebijakan ini tegas berlaku, meskipun ada pengecualian bagi mereka yang dinas, ada urusan mendesak, atau orang tuanya sakit harus menengok. Kalau mereka bisa membuktikannya baru boleh masuk, tapi kalau sifatnya mau mudik ya lebih baik balik kanan,’’ ungkapnya saat siaran langsung di Instagram IDN Times, Selasa (4/5/2021).

Baca Juga: Lebaran Gibran Izinkan Tempat Wisata di Solo Buka, Asal Penuhi Syarat 

https://www.youtube.com/embed/EXoKAQvml2I

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya