Penyebab Klaster Perusahaan di Semarang Menurut Apindo

Apindo surati perusahaan untuk perketat protokol kesehatan

Semarang, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Semarang mengakui munculnya klaster perusahaan dalam kasus penyebaran COVID-19 di Ibu Kota Jawa Tengah ini, karena ketidakdisiplinan pelaku usaha atau para pekerja dalam menerapkan protokol kesehatan. 

1. Kembalinya pekerja setelah dirumahkan bisa jadi pemicu penyebaran COVID-19

Penyebab Klaster Perusahaan di Semarang Menurut ApindoIlustrasi. Buruh pabrik di Cikupa, Tangerang (ANTARA FOTO/Fauzan)

Ketua Apindo Kota Semarang, Dedi Mulyadi mengatakan, para pekerja industri atau pabrik ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari Kota Semarang, tapi juga Demak, Kendal, Salatiga, bahkan antar provinsi seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.

‘’Ketika sebagian dari mereka (pekerja) sempat dirumahkan, karena tidak ada aktivitas di pabrik dan bersamaan dengan Lebaran, mereka pulang ke kampung halamannya. Nah, setelah Lebaran aktivitas pabrik dimulai seiring perekonomian mulai bergairah, karena pasar ekspor mulai buka,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Rabu (8/7/2020).

Pada saat pekerja kembali bekerja, lanjut dia, seharusnya perusahaan tetap menerapkan atau memperketat protokol kesehatan COVID-19. Terkait itu Apindo terus menyosialisasikan, bahkan sebelum kasus COVID-19 masuk ke Jawa Tengah dan Kota Semarang. ‘’Sebab, kami sudah memprediksi bisa jadi penyebaran virus corona akan mengimbas sektor industri,’’ tuturnya.

Baca Juga: Apindo Jateng: Perusahaan yang Jadi Klaster COVID-19 Jangan Ditutup

2. Apindo minta perusahaan buat gugus tugas penanganan COVID-19 di tempat usaha

Penyebab Klaster Perusahaan di Semarang Menurut ApindoIlustrasi pekerja linting di pabrik sigaret. ANTARA FOTO/Siswowidodo

Ketika sudah terjadi seperti sekarang, pekerjaan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah membentuk gugus tugas atau tim penanganan COVID-19 dalam skala kecil di pabrik. Tugasnya adalah menertibkan para pekerja yang tidak disiplin.

‘’Namun kendalanya, yaitu di luar pabrik kami tidak bisa memantau aktivitas pekerja. Selama bekerja mungkin mereka sudah pakai masker, dicek suhu tubuh saat masuk pabrik, pakai face shield, disediakan hand sanitizer, tapi setelah pulang kita tidak tahu mereka kemana dan melakukan apa saja,’’ jelas Direktur PT Sandang Asia Maju Abadi itu. 

3. Pabrik tidak bisa tutup saat ekonomi mulai bergairah

Penyebab Klaster Perusahaan di Semarang Menurut ApindoIlustrasi industri pabrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Namun demikian, kata Dedi, meskipun sudah ada kasus COVID-19 di industri, jika pabrik harus tutup juga lebih susah. Sebab, hal itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja tidak akan terserap. 

Untuk diketahui, saat ini aktivitas usaha di industri sudah mulai bergairah. Kegiatan usaha di pabrik sudah berjalan 60 persen. Kondisi itu karena permintaan produk sudah mulai ada. Sejumlah negara sebagai pasar ekspor juga telah membuka keran bisnis.

‘’Maka, upaya kita terus menertibkan dan menerapkan protokol kesehatan dalam tatanan baru di tempat kerja. Seperti antar mesin produksi diberi jarak, terapkan social dan physical distancing, pergerakan manusia juga diatur, dan pakai sarung tangan karena virus corona bisa menyebar dari media mana saja,’’ tandas Dedi. 

Baca Juga: Muncul Klaster Baru di Semarang dari Perusahaan, Ratusan Kasus!

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya