Terang di Pura Mangkunegaran Surakarta Ajak Pengunjung Ikut Rasakan Energi Bersih

Cagar budaya dan ruang publik pertama yang kantongi REC PLN

Pura Mangkunegaran di Kota Surakarta, Jawa Tengah terasa sejuk usai diguyur hujan sore itu. Bau tanah dan daun yang basah lewat di penciuman. Melangkah masuk ke dalam melewati pintu gerbang, suasana Jawa begitu kental karena terdengar sayup-sayup suara gamelan Jawa. 

Ternyata suara itu mengalun dari tape recorder yang tengah mengiringi sekelompok perempuan yang sedang latihan menari di beranda Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran di kawasan Jalan Ronggowarsito No 83 Keprabon, Kecamatan Banjarsari. 

Sambil menyaksikan para penari, berada di bangunan berbentuk joglo seluas 3.500 meter persegi itu semakin syahdu, hangat dan nyaman bagi pengunjung yang singgah di Pura Mangkunegaran sore itu ketika satu per satu lampu yang dipasang di langit-langit menyala terang. 

Revitalisasi dan transisi energi di Pura Mangkunegaran

Terang di Pura Mangkunegaran Surakarta Ajak Pengunjung Ikut Rasakan Energi BersihPara penari sedang latihan di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Wonten mriku sampun padhang dereng mbak (Disitu sudah terang belum mbak, red-)?’’ tanya seorang abdi dalem, Edi Wijayanto kepada pelatih tari saat sedang menghidupkan lampu lewat saklar yang terpasang di tiang pendopo ketika menjelang senja. 

Edi yang sudah 15 tahun bekerja sebagai abdi dalem Pura Mangkunegaran sehari-hari bertugas membersihkan kantor, mengepel lantai pendapa, menjaga Pura Ageng sekaligus menghidupkan dan mematikan lampu di pendopo. 

‘’Memang seperti ini tugas saya sehari-hari. Setiap jelang pukul 17.30 lampu dihidupkan dan akan dimatikan saat pukul 05.00. Kalau ada acara lampu akan dihidupkan semua, tapi kalau tidak ada acara atau sehari-hari hanya bagian pojok-pojok saja yang hidup,” tutur lelaki berusia 45 tahun tersebut.

Warga yang tinggal di Perkampungan Panti Putra kawasan Pura Mangkunegaran itu merasakan, ada perubahan pada tempat ia bekerja dalam sebulan terakhir. 

“Sejak listriknya baru, dari awal bulan Desember ini lampu-lampu juga diganti baru dari model TL menjadi LED. Supaya hemat energi begitu matur gusti,” katanya. 

Ya, suasana Pura Mangkunegaran memang tampak semakin berkilau terang benderang setelah direvitalisasi dan melakukan transisi energi dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Sejak awal bulan Desember 2022, cagar budaya yang sudah berdiri sejak tahun 1757 itu sekarang telah mengantongi sertifikat energi terbarukan atau renewable energy certificate (REC) dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Kini sumber tenaga listrik yang mengalir dan mendukung peremajaan penerangan di Pura Mangkunegaran menggunakan energi hijau dan ramah lingkungan yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga: Stok Batu Bara Cukup, Pasokan Listrik Aman Saat Tahun Baru 2023 

Inisiasi KGPAA Mangkoenagoro X beralih ke energi hijau

Terang di Pura Mangkunegaran Surakarta Ajak Pengunjung Ikut Rasakan Energi BersihKGPAA Mangkoenagoro X di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Langkah transisi energi di istana yang menjadi lokasi resepsi pernikahan putra bungsu Presiden RI, Joko "Jokowi" Widodo, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono belum lama ini itu tidak lepas dari peran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Mangkoenagoro X. Raja yang baru saja naik tahta pada 12 Maret 2022 lalu itu merupakan anak muda berusia milenial. Ia melakukan terobosan dengan merevitalisasi dan membuka Pura Mangkunegaran menjadi ruang publik, sehingga bisa dikunjungi oleh masyarakat umum untuk belajar budaya Jawa. 

Revitalisasi itu juga terkait penataan pencahayaan dengan memberikan sentuhan dan warna baru bagi Pura Mangkunegaran, tidak hanya secara estetika namun juga memperhatikan keamanan suplai dan instalasi listrik diperbarui. Sehingga, melalui upaya ini ia mau pengunjung merasa nyaman, aman, dan merasakan energi bersih saat singgah di cagar budaya tersebut. 

KGPAA Mangkoenagoro X mengatakan, transisi energi ini sudah direncanakan jauh hari dan menjadi satu langkah yang sangat baik apalagi mendapat respons serta dukungan dari PLN. Sebab, pencahayaan Pura Mangkunegaran ini penting sekali karena menyangkut penerangan dan keamanan. 

‘’Bagi saya pribadi, pencahayaan itu juga menandakan kehidupan. Ini sejalan dengan apa yang kita lakukan, agar Mangkunegaran bisa lebih hidup, membawa kehangatan dan kenyamanan serta dampak positif bagi masyarakat luas,’’ tuturnya saat ditemui IDN Times, Senin (19/12/2022). 

Pura Mangkunegaran merupakan cagar budaya pertama di Indonesia serta satu-satunya kawasan di Kota Surakarta yang telah menjalankan program transisi energi bersih dan menerima sertifikat energi terbarukan (REC) dari PLN. Adapun, daya listrik dari energi terbarukan yang mengalir di Pura Mangkunegaran mencapai 285.000 VA. 

Pria berusia 25 tahun yang memiliki nama asli Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo itu menjelaskan alasan pihaknya memanfaatkan EBT, yakni untuk mengurangi dampak lingkungan dan menjawab permasalahan pemanasan global.   

‘’Jadi, kami ingin listrik yang disalurkan ke Pura Mangkunegaran ini sumbernya dari energi bersih. Kenapa kami lakukan ini? karena tempat ini sebagai pusat budaya yang harus bisa berkembang dan mampu beradaptasi dengan modernisasi tanpa meninggalkan akar sejarah yang menjadi pondasi merawat budaya,’’ jelas putra bungsu Mangkoenagoro IX itu. 

Maka, dengan memperhatikan isu-isu atau permasalahan yang ada di era saat ini dan menjawab masalah-masalah tersebut, Mangkoenagoro X berdiskusi dengan PLN tentang bagaimana Pura Mangkunegaran bisa membawa dampak positif, khususnya untuk lingkungan. 

‘’Ini salah satu upaya kami di Mangkunegaran untuk menjawab masalah lingkungan yang terjadi dewasa ini. Sekaligus bisa menjadi percontohan bagi masyarakat maupun industri untuk bersama-sama mendukung transisi energi bersih di Tanah Air,” katanya.

Meneruskan usaha leluhur di bidang kelistrikan

Terang di Pura Mangkunegaran Surakarta Ajak Pengunjung Ikut Rasakan Energi BersihPura Mangkunegaran di Kota Surakarta, Jawa Tengah tampak terang benderang karena gunakan energi bersih dan kantongi renewable energy certificate (REC). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Upaya Mangkoenagoro X melakukan modernisasi dengan memanfaatkan EBT untuk penerangan dan penyediaan kebutuhan energi listrik di lingkungannya itu sejalan dengan yang dilakukan leluhurnya terdahulu. Melansir dari website puromangkunegaran.com, Mangkoenagoro VI dan VII merupakan pelopor di bidang kelistrikan di Kota Surakarta dan sekitarnya. 

Sebelum ada PLN di negeri ini, pada 12 Maret 1901 KGPAA Mangkoenagoro VI dan Sunan Pakubuwana X menggagas berdirinya perusahaan listrik swasta di Surakarta yang diberi nama Solosche Electriciteits Maatschappij (SEM). Melalui SEM, Kota Surakarta bisa gemerlap dan warga dapat menjalankan berbagai aktivitas di malam hari. SEM tidak hanya memasok listrik, tapi juga mengadakan dan memasang instalasi listrik di wilayah Surakarta. 

Pada saat itu konsumen SEM sangat beragam antara lain raja, keluarga raja, bangsawan pribumi, bangsa Eropa dan Timur Asing, serta pengusaha. Pemasangan lampu-lampu, genset, instalasi listrik dan gardu listrik, masih dapat dijumpai di Pura Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan. SEM juga mengerjakan pengadaan listrik di kantor-kantor pemerintahan, penerangan jalan umum dan jaringan listrik sampai pedesaan.

Kemudian, Mangkoenagoro VII melanjutkan gagasan dan ide Mangkoenagoro VI, pada tahun 1932 menginisiasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kali Samin di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Dengan adanya pasokan listrik dari Kali Samin, kawasan tersebut menjadi terang benderang di malam hari serta Pabrik Gula Tasikmadu dan Colomadu bisa meningkatkan kapasitas produksi. Pembangunan pembangkit listrik oleh Mangkunegaran tersebut tidak hanya mencukupi kebutuhan listrik di wilayah Surakarta dan sekitarnya tapi juga bisa mengembangkan jaringan listrik hingga ke pelosok desa. 

Kini zaman telah berubah dan mendorong masyarakat melakukan transisi energi dengan memanfaatkan EBT atau energi hijau. Sebagai pusat kebudayaan, Pura Mangkunegaran akan tetap menanamkan pesan-pesan penggunaan energi hijau berdampingan dengan pelestarian kebudayaan, sehingga masyarakat lebih peduli terhadap isu lingkungan. 

‘’Ke depan sebagai suatu wadah kami akan lebih terbuka dan mengedepankan inklusivitas bagi seluruh unsur masyarakat dengan tetap menjaga eksklusivitas. Kami berharap akan semakin banyak pihak khususnya dari kalangan anak muda yang peduli dan mendukung gerakan penggunaan energi hijau ini dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Selain itu, mereka dapat menularkan semangat ini kepada generasi muda lainnya,’’ terangnya.

Mangkoenagoro X menambahkan, pihaknya juga sangat mengapresiasi dukungan dari PLN dalam proyek revitalisasi ini yang akan menghidupkan Pura Mangkunegaran menjadi lebih aktif, lebih produktif secara menyeluruh baik untuk pariwisata maupun kegiatan kebudayaan.

Antusias pelanggan listrik miliki REC tinggi di Jateng dan DI Yogyakarta

Terang di Pura Mangkunegaran Surakarta Ajak Pengunjung Ikut Rasakan Energi BersihPura Mangkunegaran di Kota Surakarta, Jawa Tengah tampak terang benderang karena gunakan energi bersih dan kantongi renewable energy certificate (REC). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Pura Mangkunegaran Surakarta menjadi cagar budaya pertama sekaligus ruang publik yang memakai REC dari PLN. Melalui REC, PLN dapat memenuhi target untuk meningkatkan penggunaan EBT, khususnya pembangkit listrik. Sekaligus, mematuhi Peraturan Presiden (Perpres) nomor 98 tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK). 

Sedangkan, bagi pelanggan dengan menggunakan produk inovasi hijau REC mereka bisa mendapatkan pengakuan atas penggunaan EBT yang transparan, akuntabel dan diakui secara internasional serta tanpa harus mengeluarkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur.

Sejak REC diluncurkan pada tahun 2020, antusias pelanggan listrik untuk memiliki sertifikat energi terbarukan ini sangat tinggi. Untuk wilayah PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, ada 25 pelanggan yang sudah mengantongi REC dan memanfaatkan energi hijau. Mereka terdiri atas 23 pelanggan industri serta dua pelanggan lainnya adalah Istana Kepresidenan Yogyakarta dan Pura Mangkunegaran Surakarta. Realisasi jumlah unit REC yang terjual tersebut menunjukkan kesiapan PLN dalam menyediakan energi yang ramah lingkungan.

Terpisah, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, melalui produk REC yang disediakan, PLN ingin membuktikan bahwa energi yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT yang diaudit oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, USA. Kerja sama ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap REC dapat dipertanggungjawabkan, berkualitas tinggi, dan memenuhi standar internasional.

‘’Disamping itu, kami siap mendukung langkah Pura Mangkunegaran menjadi cagar budaya pertama untuk menggunakan energi bersih melalui REC. Sebagai dukungan PLN terhadap langkah baik Pura Mangkunegaran, kami menyerahkan 20 unit REC atau setara dengan 20 MWh listrik bersih,’’ katanya dalam keterangan resmi.

Kini Pura Mangkunegaran tidak hanya sebagai cagar budaya saja tetapi juga menjadi bagian dari wadah edukasi kepada masyarakat. Dengan REC, Pura Mangkunegaran menjadi pusat peradaban yang berlandaskan energi hijau.

Sementara itu, tidak hanya mendukung melalui REC, PLN dalam rangka melestarikan cagar budaya Kota Surakarta tersebut juga meremajakan kelistrikan dengan mengganti beberapa komponen instalasi dengan interior lighting agar Pura Mangkunegaran lebih bercahaya dan lebih menarik untuk dikunjungi. Tujuan dari pelestarian ini untuk membuat sistem yang lebih modern sekaligus nguri-uri budaya.

Baca Juga: Amankan Listrik KTT G20, PLN Jateng Terjunkan 29 Personel Berkompetensi Khusus

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya