Bangkitnya Tahu Petis Semarang, Berinovasi Bareng GoFood, Kini Go Intenasional

Tahu petis Bu Aning telah merambah ke luar negeri

Go Internasional tak hanya dilakukan oleh para musisi maupun artis papan atas di Indonesia. Makanan lokal pun bisa Go Internasional berkat kejelian dan keuletan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mampu berinovasi agar bisa bertahan selama masa-masa sulit pandemik COVID-19. Seperti yang dilakukan seorang pedagang tahu petis yang tinggal di Kota Semarang. 

Berada di Jalan Delta Mas VII, kawasan Tanah Mas, Semarang Utara, aktivitas penghuni Rumah Shalom selama pandemik benar-benar berubah total. Rumah Shalom yang notabene merupakan sebuah panti asuhan belakangan disibukan dengan aktivitas pembuatan tahu petis. 

Orderan demi orderan datang. Salah satunya terjadi saat hujan lebat yang mengguyur Kota Semarang, pada Jumat (12/11/2021) siang. Dengan diterpa derasnya air hujan, Ahmadi menggeber laju motornya menuju Rumah Shalom. 

Berbekal Google Maps yang terpasang di aplikasi layanan GoFood, Ahmadi yang memakai jas hujan lengkap dengan masker lalu memacu motornya selama 15 menit menuju Rumah Shalom. 

Setibanya di Rumah Shalom, dengan tergopoh-gopoh ia bergegas masuk ke dalam. Tak lama kemudian, Ahmadi menunjukan orderan tahu petis lewat aplikasi GoFood kepada seorang penjaga di ruang tamu Rumah Shalom. "Ini bu, orderannya 20 tahu petis original," kata bapak dua anak ini sembari mengambil pesanan yang sudah siap antar. 

Driver Gojek kerap dapat orderan tahu petis Bu Aning

Bangkitnya Tahu Petis Semarang, Berinovasi Bareng GoFood, Kini Go IntenasionalSeorang driver Gojek mengambil orderan tahu petis di panti asuhan Rumah Shalom, Kawasaki Tanah Mas Semarang. (IDN Times/Fariz Fadianto)

Ahmadi bilang dirinya kerap wara-wiri mengambil orderan tahu petis ke Rumah Shalom karena banyak pelanggannya. "Banyak yang bilang tahu petisnya Bu Aning enak, Mas. Varian rasanya juga macam-macam. Ini aja pesanannya lumayan banyak, mau saya antar ke Jalan Pemuda," katanya saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (12/11/2021). 

Bu Aning yang dimaksud Ahmadi bernama lengkap Sipora Aning Prasetyowati. Dia adalah pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sekaligus pengurus panti asuhan Rumah Shalom. 

Menurut Ahmadi dengan cuaca di Semarang yang kerap hujan lebat memang butuh kewaspadaan saat bekerja di jalan raya. Sesuai anjuran Gojek, dirinya rutin mematuhi protokol kesehatan terutama memakai masker, mencuci tangan dengan hand sanitizer serta menghindari kerumunan. 

"Saya juga bawa plastik buat bungkus makanan biar gak kena hujan," ujar Ahmadi. Bagi Aning, pandemik COVID-19 telah mengajarkannya segala cara berinovasi untuk bertahan hidup. Ia yang punya 60 anak asuh mengaku butuh perjuangan keras agar dapat mencukupi kebutuhan anak asuhnya saban hari.

Mulai dari membuka les musik serta berbagai usaha lainnya sampai dirinya memutuskan berjualan tahu petis. 

"Baru jualan tahu petis ya pas ada wabah virus corona yang menjadi pandemik global tahun 2020 kemarin. Karena seluruh masyarakat terdampak pandemik akhirnya jumlah donatur juga semakin berkurang. Tapi ternyata ada satu donatur yang terus-menerus mengirimkan bantuan tahu pong. Setiap minggu kadang dia ngirim satu tong, tiga tong. Sampai saya bingung sendiri, mau diapain tahu pong ini," akunya kepada IDN Times di sela kesibukannya. 

Setelah berembug dengan suaminya, Aning nekat berjualan tahu petis. Petisnya ia buat sendiri secara otodidak. Sebagai seorang Kristiani yang taat, ia percaya ketika itu Tuhan Yesus seolah hadir memberikan petunjuk. Yesus telah menjamah hati dan pikirannya. Sehingga Aning akhirnya berani memulai berjualan tahu petis. 

Ia bercerita tahu petis mula-mula ia buat untuk dikonsumsi bersama suami dan anaknya. Namun, setelah sejumlah tetangga dan temannya ikut mencicipi, ia disarankan untuk menjualnya lewat aplikasi GoFood. 

"Tuhan senantiasa menunjukan kebesarannya da menolong umatnya yang sedang kesusahan. Dia benar-benar memberikan pertolongan kepada saya. Saya bersyukur Tuhan meringankan beban saya dengan datangnya donatur yang memberi tahu pong setiap minggu. Dari situlah, saya putuskan jualan tahu petis. Petisnya saya buat dengan cinta kasih dan rahmat dari Illahi," kata wanita berusia 44 tahun ini.

Dari sedikit lama-lama menjadi bukit. Ungkapan tersebut sangat tepat disematkan kepada bisnis yang digeluti oleh Aning. Ia tak menyangka orderan terus mengalir saat dirinya rajin mengunggah foto-foto tahu petisnya melalui Instagram dan Facebook. 

Baca Juga: Nasib Mujur Juragan Geprek, Kembali Bangkit Bersama Gofood

Layanan GoFood jadi tonggak kebangkitan usaha tahu petis

Bangkitnya Tahu Petis Semarang, Berinovasi Bareng GoFood, Kini Go IntenasionalInfo grafis layanan GoFood untuk menumbuhkan dan membangkitkan para mitra UMKM. (Dok Humas Gojek)

Lewat GoFood, dirinya juga kerap kebanjiran orderan. Bulan Juni 2020 anggap sebagai sebuah momentum yang istimewa. Ia mengingat pada waktu itu satu tong tahu pong yang diolah jadi tahu petis langsung ludes diserbu para pembeli tak kurang dari dua hari. "Satu tong isinya 100 kilo ludes terjual lewat GoFood. Saya rasa ini bekat doa dari anak-anak di panti asuhan," terangnya. 

Aning berkata tahu petisnya saat ini digemari segala usia. Setidaknya ada tiga varian mulai original, crispy dan pedas manis yang digemari oleh para pelanggannya. Dari awalnya memakai Rumah Shalom sebagai toko pertamanya, Aning mengatakan kini tokonya sudah ada lima. Antara lain di Peterongan, Hasanuddin, Kecamatan Tembalang, dan Tlogosari. 

Aning merasa doa yang senantiasa ia panjatkan dikabulkan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan pandemik COVID-19 yang awalnya sebuah musibah, saat ini telah menjadi sebuah berkah. 

Tahu petis buatan Aning digemari para TKI di Taiwan, Hongkong, Singapura sampai Belanda

Bangkitnya Tahu Petis Semarang, Berinovasi Bareng GoFood, Kini Go IntenasionalDua pegawai di panti asuhan Rumah Shalom Semarang tampak sedang mengoleskan petis ke dalam tahu pong. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Terlebih lagi, postingannya di Instagram dan Facebook secara tak terduga mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Para pesohor Ibukota ikut memesan tahu petisnya. "Yang bikin saya terkejut pas ada orderan dari luar negeri. Ada banyak TKI yang kerja di Taiwan suka makan tahu petis yang saya buat. Mereka ngaku awalnya nyicipi pas ada temannya datang dari Indonesia bawa oleh-oleh tahu petis," kata ibu satu anak tersebut. 

Selanjutnya, tahu petis buatan Aning juga dipesan oleh sejumlah TKI yang bekerja di Korea Selatan, Hongkong, Singapura serta Malaysia. Beberapa TKI, katanya memesan tahu petis sejumlah 10 bungkus hingga 20 bungkus. 

"Makanya saya juga bikin tahu petis yang divakum. Biar tidak basi saat dikirim ke Taiwan, Hongkong, Singapura, Malaysia atau ke Korea," imbuhnya. 

Nun jauh di Negeri Tulip Belanda, orang-orang asli Indonesia yang berdomisili di sana rupanya juga tergiur dengan tahu petis buatan Aning yang diposting lewat Facebook. Aning menyampaikan dirinya sekali tempo harus melayani pesanan sampai puluhan bungkus tahu petis untuk dikirim ke Belanda. 

"Biasanya saya kirimnya lewat paket perjalanan udara. Saya rutin menitipkan paket berisi tahu petis ke agen pengiriman barang yang ada di Karangayu. Dari sana terus dikirim ke negara tujuan. Termasuk belakangan saya juga melayani pesanan dari Belanda. Juga ada yang order dari Amerika Serikat. Dari pengalaman buyer, empat hari tahu petisnya sudah sampai ke tempat tujuan," terangnya. 

Ia bilang pandemik saat ini bisa dilaluinya atas jerih payah serta segala bentuk inovasi digital. Aning membuktikan bahwa jajanan lokal yang kerap dipandang sebelah mata bisa diekspor sampai ke luar negeri.

Pandemik mengajarkan orang untuk berinovasi menggunakan layanan digital

Bangkitnya Tahu Petis Semarang, Berinovasi Bareng GoFood, Kini Go IntenasionalInfo grafis GoFood sebagai layanan terlengkap untuk membangkitkan pariwisata dan kuliner di Indonesia. (Dok Humas Gojek)

Menurut Regional CA Head for Indoregion Gojek, Arum K. Prasodjo, pandemik COVID-19 yang berlangsung hampir dua tahun telah mengajarkan betapa pentingnya seseorang melakukan kolaborasi dan berinovasi menggunakan layanan digital di sektor usaha mikro. 

"GoFood memiliki dua layanan teknologi dan non teknologi. Jadi mempermudah jangkauan pelanggan bisa terjangkau dan ongkir lebih murah. Secara teknologi orang-orang bisa ikutan memesan. Tidak terbatas ruang dan waktu dan memperluas market," jelasnya. 

Gojek yang memiliki layanan terlengkap mulai GoFood, GoSend, GoPay saat ini bersama-sama berupaya mendukung para mitra UMKM agar bangkit dan tumbuh selama masa pandemik. 

"Kami punya ekosistem terlengkap untuk memudahkan UMKM kembali bangkit selama masa pandemik. Kita terbuka bermitra dengan pemerintah dan yang lainnya dalam upaya menumbuhkan semangat mitra UMKM. Ini juga diperkuat dengan keberadaan Gojek yang berada dibawahnya holding GoTo. Dimana Tokopedia menjadi ekosistemnya UMKM. Bahkan ada layanan finansial menjadi solusi komplit dibawah GoTo yang memberi support sistem buat UMKM agar dapat bangkit," tandasnya. 

Baca Juga: Resep Mudah Membuat Tahu Petis Camilan Khas Andalan Semarang, Enak Lho

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya