Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah Jateng

Kekeringan sudah melanda hampir di semua daerah

Semarang, IDN Times - Memasuki puncak musim kemarau pada Agustus 2023, kekurangan pasokan air bersih dimakamkan warga yang tinggal di 16 kabupaten/kota wilayah Jawa Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyampaikan secara rinci bencana kekeringan telah menyebar di 48 kecamatan dan 87 desa. 

Baca Juga: Kemarau Melanda Jateng Sampai September, Tapi Diselingi Hujan Tipis-tipis

1. 16 kabupaten/kota dilanda kekeringan

Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah JatengIlustrasi kekeringan di wilayah NTB (Antara Foto)

Kabid Kedaruratan BPBD Jawa Tengah, Dikki Ruli Perkasa mengatakan banyaknya desa dan kecamatan yang mengalami kekeringan ditemukan dari data laporan yang dihimpun per tanggal 27 Juli 2023. 

"Dari data untuk perkembangan kekeringan ini per minggu kita laporkan ke gubernur. Sudah ada 16 kabupaten/kota per 27 Juli kemarin. Yang terdiri dari 48 kecamatan di 87 desa," kata Dikki saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (1/8/2023).

2. Distribusi air bersih terbanyak ke Grobogan, Semarang dan Sragen

Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah JatengANTARA FOTO/Jojon

Dikki menjelaskan petugas BPBD telah menyalurkan 2,6 juta liter air bersih di 16 wilayah tersebut. Bahkan, menurutnya kabupaten yang paling sering meminta pasokan air bersih yaitu Kabupaten Grobogan. 

Musababnya, wilayah Grobogan selama ini kerap mengalami kekeringan selama musim kemarau.

"Dari desanya, jika dilihat yang terbanyak kekeringan di Grobogan. Terakhir ini ada 99 desa," ungkap Dikki. 

Distribusi air bersih, katanya juga dilakukan untuk daerah lainnya yang berpotensi mengalami kekeringan panjang. Selain Grobogan, distribusi air bersih terbanyak disalurkan ke Kota Semarang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sragen. 

3. Sudah ada 233 lahan yang terbakar

Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah JatengIlustrasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Menurutnya daerah tersebut menjadi kawasan yang paling menonjol dilanda kekeringan saat puncak kemarau tahun ini. 

Sedangkan untuk bencana kebakaran lahan, Dikki mengungkapkan sementara ini ada 233 kejadian.

"Bencana kebakaran ada 233 kejadian," terangnya. 

4. Mayoritas daerah Jateng sudah masuk puncak kemarau

Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah JatengPetugas BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang saat memantau kondisi cuaca harian di wilayah Jawa Tengah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Terpisah, Giyarto, Koordinator Obsevasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang mengemukakan mayoritas wilayah Jateng bulan ini memang telah memasuki puncak kemarau. Kondisinya juga akan berlangsung sampai pekan depan atau pertengahan Agustus 2023.

Puncak kemarau tahun ini cenderung lebih kering mengingat munculnya siklus El Nino telah menimbulkan kenaikan suhu udara di masing-masing wilayah. 

"Memang saat ini Jateng masih puncak kemarau. Sampai seminggu ke depan. Karena hujan saat ini sudah tidak turun. Jadinya kondisi Jawa Tengah relatif kering. Ketersediaan air bersih wajib dilakukan dengan sistem manajemen yang bagus. Terutama di daerah yang langganan kekurangan air. Seperti di Boyolali ada enam kelurahan yang sering kekurangan air, daerah lain seperti Purwodadi dan Jateng timur juga perlu waspada," ucapnya. 

5. Potensi kebakaran hutan di Lawu dan Merbabu sangat tinggi

Dilanda Kekeringan, 2,6 Juta Liter Air Bersih Disalurkan di 87 Desa Wilayah JatengWarga memikul rumput dengan latar belakang kepulan asap kebakaran hutan di Gunung Merbabu di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (12/9/2019). Berdasarkan data laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, kebakaran yang melanda hutan Gunung Merbabu tersebut terjadi pada Rabu (11/9/2019) pukul 19.17 WIB (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Selain itu, siklus kemarau tahun ini juga dibarengi dengan menguatnya angin monsun Australia yang menyebabkan hembusan udara terasa lebih dingin ketimbang biasanya. Dengan adanya tekanan udara yang rendah di garis ekuator selatan membuat kecepatan angin lebih kencang. 

"Rata-rata kecepatan angin 10--35 kilometer per jam. Untuk kewaspadaan terutama bukan pada dinamika cuacanya ialah ada dampak embun upas di Wonosobo, Purbalingga dan Banjarnegara. Hal itu bisa merusak tanaman produktif yang sifatnya tumbuh di muka tanah. Potensi lainnya yaitu ketersediaan air tanah dan air bersih berkurang dan wajib diwaspadai," tuturnya. 

Dirinya mengimbau kepada masyarakat perkotaan guna ekstra waspada terhadap munculnya suhu udara yang kering. Bagi warga di lereng Gunung Lawu dan Merbabu juga perlu hati-hati karena areal lereng pegunungan rawan kebakaran hutan. 

"Ada resiko kebakaran lahan pemukiman dan hutan. Di Lawu dan Merbabu perlu diwaspadai karena kebakaran hutan resikonya sangat tinggi. Masyarakat perkotaan juga wajib waspada pada kegiatan pembakaran material yang mudah terbakar," pungkasnya.

Baca Juga: Jateng Kemarau Mulai Mei 2023, BMKG Minta Warga Irit Pakai Air

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya