Efek El Nino Lemah dan Moderat, Kemarau di Jateng Tetap Diselingi Hujan

Pantura Jateng sudah dilanda kemarau

Semarang, IDN Times - Musim kemarau yang terjadi di Jawa Tengah akan mengalami siklus yang sangat berbeda dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Stasiun BMKG Klimatologi Kelas I Semarang memprediksi dengan adanya kemunculan El Nino yang melemah dan moderat nantinya akan mempengaruhi siklus musim kemarau tahun ini. 

 

1. Curah hujannya akan berkurang

Efek El Nino Lemah dan Moderat, Kemarau di Jateng Tetap Diselingi Hujanilustrasi drizzle (pexels.com/Kaique Rocha)

Seorang Prakirawan Stasiun BMKG Klimatologi Kelas I Semarang, Rosyidah mengungkapkan, secara umum Jawa Tengah dan khususnya Semarang El Nino yang melemah dan moderat akan terjadi mulai Juli-Desember 2023. 

Untuk kondisi kemarau yang dirasakan masyarakat cenderung berbeda karena meskipun ada cuaca yang panas, akan tetapi tetap disertai hujan dengan intensitas yang normal. 


“Yang mungkin bisa dirasakan masyarakat Jateng karena ada pengaruh El Nino yang lemah dan sedang pada bulan Juli-Desember maka ada fase El Nino Southern Oscillation (ENSO). Jadi, curah hujannya normal-normal aja. Tetap ada hujan tapi sedikit. Kalau sudah masuk kemarau, curah hujannya berkurang dan berdampak musim hujannya mundur,” tutur Rosyidah kepada IDN Times, Rabu (7/6/2023).

Baca Juga: Kemarau Melanda Jateng Sampai September, Tapi Diselingi Hujan Tipis-tipis

2. Curah hujan di Pantura hanya kisaran 0-10 milimeter

Efek El Nino Lemah dan Moderat, Kemarau di Jateng Tetap Diselingi HujanJalur utama Pantura. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Untuk wilayah Pantai utara (Pantura) Jawa Tengah, katanya sebagian besar telah memasuki musim kemarau. 

Kondisinya ditandai dengan curah hujan yang sangat rendah atau berkisar 0-10 milimeter saat akhir Mei kemarin. Situasinya seperti yang dialami di wilayah utara Banyumas, bagian selatan Pekalongan, bagian utara Kabupaten Kendal, sisi barat Kota Semarang, sebagian kecil Kabupaten Demak. 

Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar berpotensi diguyur hujan sedang dan lebat.

Curah hujan Pantura sudah rendah. Hanya kisaran 0-10 milimeter. Itu terjadi di semua kabupaten/kota di pesisir utara. Kurangnya curah hujan terjadi pada akhir bulan III bulan Mei atau Mei kemarin sudah jarang hujan, kata Rosyidah. 

3. Pesisir selatan dan Jateng bagian tengah baru masuk peralihan musim

Efek El Nino Lemah dan Moderat, Kemarau di Jateng Tetap Diselingi HujanWisatawan berada di wisata alam kawah SIkidang kawasan dataran tinggi Dieng Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2023). (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Menurut Rosyidah, untuk wilayah Jateng bagian tengah dan pesisir selatan saat ini masih memasuki masa peralihan. 


Kondisi Jateng bagian tengah dan pesisir selatan yang baru memasuki peralihan musim disebabkan adanya gangguan atmosfer seperti gelombang Rossby. Hal ini pada akhirnya membawa masa uap air dan memicu hujan yang sering terjadi bersifat lokal. 


"Untuk wilayah selatan dan Jateng bagian tengah belum masuk musim kemarau. Prediksi kita masih masa peralihan. Karena sering terjadi intensitas hujan sedang dan lebat dengan skala lokal," ujar Rosyidah. 

4. Kemarau berpotensi terjadi hingga November 2023

Efek El Nino Lemah dan Moderat, Kemarau di Jateng Tetap Diselingi HujanIlustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Dirinya memperkirakan musim kemarau akan terjadi secara menyeluruh di Jawa Tengah mulai Juni hingga Oktober 2023. Namun jika ada perubahan dinamika atmosfer, kemarau akan melanda lebih panjang hingga November 2023.


"Mungkin semua daerah akan berlangsung musim kemarau di bulan Juni sampai Oktober. Tapi nanti kami akan update kembali informasi cuacanya. Karena bisa jadi kondisinya lebih panjang sampai November mengingat masing-masing wilayah punya zona musim yang berbeda. Contohnya di Dieng dan Gunung Slamet biasanya lebih singkat ," bebernya. 

Baca Juga: Waspada Dampak El Nino, Ini Langkah Antisipasi Menurut BMKG

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya