Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?

Ganefo adalah event olahraga warisan Bung Karno

Demak, IDN Times - Punya nama resmi Games of the Emerging Forces--atau yang disingkat Ganefo--merupakan ajang pesta olahraga bagi negara-negara dunia ketiga yang digagas oleh Presiden Pertama Indonesia sekaligus Sang Proklamator, Sukarno

Diselenggarakan pertama kali pada 10 November 1963, Ganefo menjadi ajang olahraga sebagai tandingan Olimpiade. Tak kurang, ada 12 negara yang diundang mengirimkan atletnya untuk tampil di ajang Ganefo.

Meski Ganefo hanya bisa digelar dua kali, rupanya namanya tetap melekat diingatan masyarakat Indonesia. Bahkan, sebuah pasar di persimpangan rel KA Mranggen, Demak yang sejak lama dinamai Pasar Ganefo. 

Pedagang senang dengan nama Ganefo sebagai identitas pasar

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Warga mengurai lalu lintas di Flyover Ganefo Mranggen Demak. (IDN Times/bt)

Seorang pedagang sembako, Sukarmin mengaku, sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Ganefo. Walaupun tak tahu dengan asal mula nama Pasar Ganefo, tetapi dirinya senang dengan ciri khas nama pasarnya. 

"Gak tahu kenapa pasarnya dinamain Ganefo, cuma saya senang karena nama Pasar Ganefo jadi dikenal di mana-mana. Orang-orang jadi mudah mengingat tempat jualan kita di sini," kata Sukarmin ketika berbincang dengan IDN Times, Kamis (29/9/2022). 

Sukarmin bercerita, melekatnya nama Ganefo sebagai nama pasar juga sejalan dengan banyaknya orang yang menyebut ruas jalan yang berada di rel kereta api dengan sebutan rel Ganefo. Padahal, jika dilihat dari nama resminya, simpang rel yang ada di lokasi itu bernama jalur petak Stasiun Brumbung. 

Baca Juga: Flyover akan Dibangun di Ganefo Mranggen, Ruas Semarang-Godong 

Ada kenangan indah pada lagu Viva Ganefo

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?insidethegames.biz

Pria berusia 63 tahun tersebut berkata dirinya paham bahwa Ganefo dulunya merupakan nama perhelatan olahraga yang pernah digagas Bung Karno. Ganefo yang ia ingat juga pernah menjadi sebuah lagu berjudul Viva Ganefo.

"Ya tahunya Ganefo itu olahraga diselenggarakan pas zamannya Bung Karno. Ada lagunya juga. Saya pernah dengar waktu masih kecil. Enak didengar. Bapak saya juga sering dengar lagunya Ganefo lewat siaran radio," ujarnya. 

Ganefo disematkan pada proyek flyover di Mranggen

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Penampakan Flyover Ganefo yang melintang di jalan Mranggen Demak. (IDN Times/bt)

Selain itu, nama Ganefo juga disematkan pada proyek flyover (jalan layang) milik Pemprov Jateng yang telah rampung dibangun. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (DPU BMCK) menyatakan telah merampungkan proyek pembangunan jembatan layang atau Flyover Ganefo yang melintang di ruas jalan raya Mranggen-Demak.

Mulai 28--30 September 2022, Flyover Ganefo diuji cobakan. Selama uji coba tersebut, flyover hanya boleh dilewati kendaraan dengan tinggi maksimal 2,1 meter. Untuk kendaraan besar seperti truk dan bus masih memakai jalan yang ada di bawah flyover.

Adapun, flyover Ganefo rencananya beroperasi penuh awal Oktober 2022. 

"Kita uji coba layak fungsi dalam tiga hari. Tidak ada kendala, lampu menyala, marka akan dipermanenkan. Oktober nanti bisa dinikmati semua kendaraan," kata Kepala DPU BMCK Jateng, Hanung Triyono dalam keterangan yang didapat IDN Times

Menurutnya, pembangunan Flyover Ganefo dimulai 8 Oktober 2020 dan sudah rampung 22 September 2022. Hanung mengatakan, sarana jalan seperti lampu penerangan telah terpasang dan berfungsi. Penyempurnaan dilakukan pada marka jalan, dan pada detail motif pada parapet (pagar pengaman) jalan.

Flyover Ganefo telan anggaran Rp109 miliar

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Aspal apda Flyover Ganefo kelihatan mulus setelah selesai dibangun. (IDN Times/bt)

Hanung menuturkan, Flyover Ganefo menelan anggaran Rp109,03 miliar yang sumbernya dari APBD Provinsi Jateng. Sistem pembiayaannya multi years selama tahun 2020, 2021, dan 2022.

Hanung berpesan, agar pengguna jalan tetap berhati-hati walau arus lalu lintas sudah lancar. Mengingat, selepas Flyover Ganefo terdapat titik-titik kepadatan di Pasar Mranggen dan perkampungan. 

Project Manager Flyover Ganefo, Fanny Zuriansyah menyampaikan, setelah tanggal 30 September 2022, jalan yang ada di bawah jembatan akan ditutup. Jika lancar, penutupan dilakukan pada pukul 20.00, sehingga semua kendaraan sudah mulai menggunakan jembatan. 

Untuk diketahui, panjang Flyover Ganefo mencapai 1.300 meter. Total, ada sembilan span dengan dua span utama di atas rel kereta api. Beban maksimum yang bisa ditopang mencapai 100 ton.

"Semoga Flyover Ganefo setelah difungsikan bisa memperlancar lalu lintas yang menghubungkan Kota Semarang menuju Demak dan Purwodadi," pungkas Fanny.

Sejarawan anggap nama Flyover Ganefo sangat tidak cocok

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Foto Para Juru Kamera Tvri Sedang Menjalankan Tugas Peliputan Dalam Acara Ganefo Tahun 1963 (dok. Museum Penerangan Kominfo)

Di lain pihak, Sejarawan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Wasino menganggap penamaan Flyover Ganefo sangat tidak cocok karena tidak sinkron dengan nilai sejarah yang berada di kawasan jalan tersebut. 

"Apa relevansinya sejarah Ganefo dengan keberadaan flyover di Mranggen? Seperti kita ketahui sejak lama, nama Ganefo sudah jadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Kaitan sejarahnya ada di Jakarta. Ganefo yang kan kejadiannya di Jakarta. Kalau mau bangun gedung olahraga dengan menyematkan nama Ganefo memang bisa. Tapi, kalau mau membangun ingatan kolektif bagi masyarakat terkait sejarah Ganefo dengan menamai di lokasi jalan flyover, rasa-rasanya itu kurang pas," kata Wasino kepada IDN Times via telepon. 

Banyak kepala daerah PDIP gak paham sejarah Bung Karno

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Ilustrasi Sukarno (IDN Times/Arief Rahmat)

Wasino menduga, penamaan Flyover Ganefo tak lepas dari euforia para kader PDIP yang kini mendominasi sebagai kepala daerah. Ia berpendapat, justru banyak kader PDIP yang menjadi kepala daerah justru tidak memahami akar sejarah selama era pemerintahan Presiden Sukarno. 

"Dan sekarang ini banyak orang yang terbawa suasana euforia karena pengin mengembalikan nama baik Bung Karno. Soalnya kelebihan Presiden Sukarno kan sejak zaman orde baru (orba) sering digantikan kelebihan Soeharto. Tapi, dampak yang ditimbulkan jadinya lucu-lucu. Banyak sekali kepala daerah dari PDIP yang tidak paham sejarah," kata Ketua Masyarakat Sejarawan Jawa Tengah tersebut. 

Patung Bung Karno lebih bagus ditaruh di Gedung eks Sarekat Islam

Ganefo, Pesta Olahraga Gagasan Bung Karno Dijadikan Nama Flyover, Tepatkah?Gedung eks SI peninggalan Tan Malaka ini berada di Kampung Gedong, Sarirejo Semarang. Fariz Fardianto/IDN Times

Efek yang muncul pun, lanjutnya, seperti peletakan patung-patung Bung Karno di lokasi yang tidak ada unsur sejarahnya. Salah satunya Patung Sukarno yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di tengah kolam Polder Tawang. 

Peletakan patung Bung Karno di Polder Tawang juga tak pernah melibatkan saran dan arahan dari para pakar sejarah.

"Tidak pernah ada diskusi antara Pemkot Semarang dengan pakar sejarah. Akibatnya ada patung Sukarno yang diletakkan begitu aja di tengah Polder Tawang. Di sisi lain itu gak ada relevansinya dengan sejarah. Kalau patungnya itu ditaruh di depan Gedung bekas SI (Sarekat Islam) malah lebih bagus. Ada akar sejarahnya di sana," cetusnya. 

Baca Juga: Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di Semarang

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya