Kasus COVID-19 di Semarang Naik, Permintaan Plasma Konvalesen Melonjak

Pasokan plasma terhambat karena pendonor banyak yang trauma

Semarang, IDN Times - Menjelang mudik Lebaran 2021, jumlah permintaan donor plasma konvalesen di Kota Semarang melonjak 20 persen ketimbang kondisi bulan sebelumnya. Pasalnya, perilaku warga Semarang yang mengalami euforia setelah divaksinasi justru membuat angka penularan COVID-19 cenderung bertambah banyak.

1. Kebutuhan plasma konvalesen di Semarang mencapai 220 kantong

Kasus COVID-19 di Semarang Naik, Permintaan Plasma Konvalesen MelonjakIlustrasi donor darah (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Kepala PMI Kota Semarang, Anna Kartika mengatakan jumlah plasma konvalesen yang dibutuhkan masyarakat di bulan April 2021 telah mencapai 220 kantong dibanding situasi bulan kemarin yang masih berkisar 160-200 kantong.

"Jika kita lihat kondisi Juli tahun lalu kebutuhan plasma masih sedikit, bulan Desember meningkat jadi 200 kantong, Januari di puncak penularannya ada 340 kantong, Februari melandai dengan permintaan 260 kantong. Maret turun 200 kantong. Dan April sampai tanggal 26 permintaan plasmanya sebanyak 220 kantong. Ini memang meningkat sedikit. Permintaan dari luar daerah juga cukup banyak. Tapi kita konsentrasikan dulu untuk mencukupi kebutuhan di Semarang," kata Anna kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Rabu (28/4/2021).

Baca Juga: ASN di Jateng Butuh Plasma Konvalesen, PMI Bujuk Para Polisi

2. RS Wongsonegoro butuh 15 kantong plasma sehari

Kasus COVID-19 di Semarang Naik, Permintaan Plasma Konvalesen MelonjakDok. Pemkot Semarang

Permintaan plasma konvalesen, katanya, paling banyak untuk mencukupi kebutuhan pasien COVID-19 yang dirawat di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang. Dalam sehari, pihak RSUD Wongsonegoro membutuhkan 15 kantong plasma.

"Permintaan terbanyak di Rumah Sakit Wongsonegoro sehari ada 15 kantong, kemudian untuk RS Telogorejo dan rumah sakit swasta lainnya seperti RSI Sultan Agung," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan rata-rata permintaan plasma konvalesen saat ini untuk kebutuhan para pasien COVID-19 dengan golongan darah B. Bahkan, kini terdapat 17 pasien COVID-19 golongan darah B yang sedang mengantre mendapatkan plasma konvalesen dari PMI Kota Semarang.

"Sekarang antrean 17 pasien golongan darah B yang butuh plasma konvalesen. Lalu satu pasien golongan darah O butuh plasma juga. permintaan O satu pasien. Kita punya stok yang mengikuti jumlah antrean pasien saja. Karena di waktu saat ini semakin hari mencari pendonor plasma konvalesen itu makin sulit," terangnya.

3. Pendonor plasma trauma lihat jarum suntik

Kasus COVID-19 di Semarang Naik, Permintaan Plasma Konvalesen MelonjakGubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melakukan donor plasma konvalesen (Dok. Humas pemprov DKI Jakarta)

Pihaknya mengaku kesulitan membujuk para pendonor agar mau melakukan transfusi plasma karena sebagian besar merasa trauma saat disuntik.

"Ada yang merasa masih ada gejala jadi takut ikut transfusi plasma. Jadi mereka ini trauma saat mau mendonorkan plasmanya. Ini tentunya jadi persoalan saat ini," ujarnya.

Anna tak memungkiri bahwa naiknya kebutuhan plasma konvalesen sejalan dengan angka penularan virus corona di Ibu Kota Provinsi Jateng itu yang juga meningkat.

"Sepertinya bertambahnya angka penularan virus corona yang terjadi belakangan ini juga memicu jumlah plasma konvalesen yang melonjak. Karena di setiap rumah sakit saat ini permintaannya memang sangat tinggi," akunya.

4. Prokes warga Semarang sudah kendor

Kasus COVID-19 di Semarang Naik, Permintaan Plasma Konvalesen MelonjakSejumlah Penerima Manfaat (Penyandang Disabilitas Fisik) dan pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso Surakarta memproduksi masker kain di Solo, Jawa Tengah, Senin (6/4/2020). Balai tersebut terus memproduksi masker kain untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat sebagai upaya antisipasi penyebaran COVID-19 (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Pihaknya menduga dengan masa pandemik yang berjalan setahun lebih, mayoritas masyarakat sudah jenuh mentaati protokol kesehatan.

"Kepatuhan prokesnya sudah menurun karena masyarakatnya sudah jenuh. Ya mungkin karena setahun lebih jadi protokolnya semakin kendor dan ditambah lagi akhir-akhir ini pemudik sudah datang ke daerah. Nah, sekarang yang kita waspadai saat ini adalah acara buka bersama karena ada potensi menularkan COVID-19," tandasnya.

Baca Juga: Merasa Kebal, IDI: Ketaatan Protokol Kesehatan Warga Semarang Merosot

https://www.youtube.com/embed/Bg4nZkBuZzQ

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya