Lagi Susuri Gunung Celering, Petugas Temukan Kura-kura Bergerigi yang Nyaris Punah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jepara, IDN Times - Sejumlah petugas gabungan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) wilayah Pati Barat menemukan beberapa ekor kura-kura bercangkang bergerigi dengan tubuh mungil di kawasan Cagar Alam Gunung Celering, Kabupaten Jepara.
Penemuan kura-kura bergerigi tersebut diketahui tatkala petugas sedang berpatroli menyusuri hutan sekitar Gunung Celering.
1. Kura-kura bergerigi ditemukan di sungai Gunung Celering
Kepala KPHK Pati Barat, Budi Santoso mengatakan, kura-kura bergerigi termasuk satwa Omnivora.
Di alam liar, hewan jenis ini memakan berbagai jenis serangga dan moluska. Ada kalanya kura-kura bergerigi juga memakan buah dan sayuran.
"Satwa ini ditemukan di sungai-sungai Cagar Alam Gunung Celering. Kawasannya masuk dalam pengelolaan KPHK Pati Barat BKSDA Jawa Tengah," ungkap pria yang akrab disapa Budi Ambong tersebut kepada IDN Times, Kamis (10/11/2022).
Baca Juga: Lacak Titik Rawan Kebakaran, Petugas Pakai Drone di Cagar Alam Celering
2. Kura-kura bergerigi sering disebut kura-kura timang
Ambong berkata, kura-kura bergerigi bernama latin Cyclemys Dentata. Dilihat dari posturnya, perawakan kura-kura bergerigi sangat mungil. Untuk ukuran kura-kura bergerigi dewasa panjangnya sekitar 17--24 sentimeter.
Bagi masyarakat Indonesia terutama di Jawa Tengah kerap menyebut kura-kura bergerigi dengan nama kura-kura timang atau piaraan timangan.
Editor’s picks
Ambong menjelaskan, disebut kura-kura timang lantaran orang-orang kerap membawa kura-kura itu dengan cara ditimang-timang.
Sedangkan dari nama ilmiahnya, disebut bergerigi karena bentuk cangkang atau karapasnya yang bergerigi pada kedua sisi tepinya.
"Dalam perdagangan satwa sering juga disebut kura-kura ceper. Tapi sebutan ini menyesatkan. Soalnya, kura-kura ceper sebenarnya merupakan Beiyogo atau Notochelys platynota. Bedanya bisa dilihat dari keping vertebral kelima yang menyempit dibandingkan keping sebelum dan sesudahnya," ujar Ambong.
3. Kura-kura bergerigi hidup menyebar di India, Thailand, sampai Filipina
Untuk di sejumlah negara, katanya kura-kura bergerigi sering ditemukan di daratan Asia Selatan. Mulai dari India bagian utara, Bangladesh, Myanmar, Tiongkok, Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Filipina.
Di Indonesia, kura-kura bergerigi tersebar di Pulau Mentawai, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
4. Populasi kura-kura bergerigi berkurang
Walaupun dalam Peraturan Menteri KLHK Nomor 106/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa disebutkan bahwa kura-kura bergerigi tidak termasuk satwa yang dilindungi, tapi sesuai daftar IUCN telah ditetapkan kura-kura bergerigi sebagai jenis Near Threatened (NT) dengan catatan populasinya yang Decreasing atau menurun secara global.
"Kura-kura bergerigi biasa hidup di air tawar; biasa ngumpet di cekungan-cekungan air dengan aliran yang tidak cukup deras. Panjang tempurungnya 24 sentimeter. Ada keping vertebral di tengah punggungnya. Keping-keping vertebral memiliki tonjolan yang bisa menghilang setelah dewasa. Pada bagian lehernya terdapat garis-garis memanjang, kekuningan atau kemerahan. Untuk sisik pada plastron (penutup dada dan perut) dengan coretan-coretan radial berwarna kehitaman, tebal tipis sampai kabur," urainya.
Baca Juga: Kamera Trap BKSDA Merekam Macan Tutul yang Terkam Ternak Warga Tempur Jepara