Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 Persen

Petambak karamba kena imbasnya

Semarang, IDN Times - Musim kemarau yang dibarengi dengan munculnya gelombang panas El Nino telah menyebabkan penyusutan volume ikan yang dibudidayakan di areal waduk wilayah Jawa Tengah. Berdasarkan catatan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dampak El Nino sangat dirasakan para petambak karamba sejak awal Juni kemarin. 

"Kalau sektor perikanan tangkap di laut tidak terlalu berdampak. Tapi untuk di darat khususnya usaha budidaya ikan berdampak sekali. Karena debit air berkurang drastis. Sehingga ruang gerak ikan jadi sempit," kata Kabid Perikanan Tangkap DKP Jateng, Kurniawan Priyo Anggoro kepada IDN Times, Senin (3/7/2023). 

Baca Juga: Jateng Mulai Kemarau, Ketersediaan Air di 41 Waduk Mulai Menyusut

1. Petambak karamba kena dampak udara panas selama kemarau

Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 Persenilustrasi mancing ikan di Embung Tambak Boyo (youtube.com/My Mancing Trip)

Ia menuturkan Jawa Tengah memiliki banyak budidaya ikan karamba yang sebarannya merata di 35 kabupaten/kota. Kendati demikian, kapasitas ikan yang dibudidayakan menyusut karena selama kemarau debit air waduk maupun bendungan menjadi berkurang.

Selain itu, udara panas yang terjadi siang hari telah menimbulkan peningkatan kadar garam yang cukup tinggi. 

"Di dalam waduk kan banyak karamba, nah di sana juga terdampak karena debit air berkurang. Saya gak hafal berapa banyak jumlah karamba nya. Namun karena pengaruh hawa panas yang relatif panjang menyebabkan kadar garam di dalam air menjadi tinggi," tuturnya. 

2. Diprediksi produksi ikan budidaya drop 30 persen

Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 PersenBudidaya ikan air tawar di Desa Sebakung Jaya Kecamatan Babulu Penajam Paser Utara (IDN Times/Ervan)

Lebih jauh lagi, dirinya memperkirakan jika tak segera diantisipasi secepatnya, maka volume ikan yang dibudidayakan di waduk akan berkurang drastis sampai 30 persen selama musim kemarau 2023.

Terlebih lagi, dengan munculnya El Nino yang diprediksi BMKG sampai September nanti sehingga akan mengurangi debit air waduk dan volume ikan budidaya. 

"El Nino kan mulai Juni sampai September. Itu nanti akan terjadi penurunan (volume debit air) setelah itu bulan Oktober baru ada hujan dan normal lagu. Untuk prosentase penurunan volume ikan budidaya sekitar 30 persen," tambahnya. 

3. Pemda didorong lakukan tebar benih ikan

Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 PersenIlustrasi ikan (pixabay.com/rafablues81)

Untuk itulah, Kurniawan mendorong masing-masing pemkab dan pemkot untuk bergerak cepat melakukan bantuan penebaran benih ikan di kawasan karamba. Hal ini menjadi penting guna meringankan beban para petambak yang berpotensi merugi selama musim kemarau. 

"Jadi pemerintah daerah didorong agar bisa melakukan penebaran ikan di lokasi budidaya atau perairan daratan. Karena jumlah ikan ditentukan dengan penebaran benihnya," ungkapnya. 

4. Lele dan nila sering dibudidayakan di Jateng

Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 PersenIlustrasi ikan lele. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Sedangkan, Kepala Seksi Pengembangan Komoditas DKP Jateng, Warsita, menyatakan, sepanjang Januari hingga Mei 2023, produksi ikan budidaya telah mencapai 223.842 ton. Jumlahnya meningkat sejak pandemik COVID-19.

Ia juga mengaku komoditas lele dan nila mendominasi produksi budidaya ikan air tawar. Sedangkan perikanan budidaya air payau didominasi oleh udang, bandeng, dan rumput laut. 

"Paling banyak itu komoditas lele dan nila itu yang air tawar. Kalau air payau itu udang, bandeng, terus rumput laut di tambak-tambak," imbuh Warsita.

5. Harga ikan budidaya naik

Muncul El Nino, Volume Ikan Budidaya di Jawa Tengah Turun 30 PersenBudidaya ikan tawar di Sungai Bengawan Mati. IDN Times/Imron

Adapun saat ini ini tantangan yang dihadapi oleh pembudidaya adalah kebutuhan untuk dikirim ke pasar yang masih kurang. Sehingga menyebabkan harga produk perikanan menjadi naik. Padahal kebutuhan pasar cukup tinggi. 

"Saat ini harga lele naik karena suplai ke pasar masih kurang. Yang dulu harga petani Rp16 ribu per kilogram sekarang Rp20 ribu. Di pasar yang dulunya Rp22 ribu sekarang Rp25 ribu atau Rp26 ribu. Trennya naik," ungkap Warsita.

Baca Juga: Muncul El Nino, Pusdataru Jateng Sarankan Para Petani Disiplin Pakai Air Irigasi

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya