Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Hujan Intensitas Tinggi Diperkirakan Masih Akan Terjadi di Banyumas dan Purbalingga

ilustrasi hujan lebat (unsplash.com/ Aditya Nara)
ilustrasi hujan lebat (unsplash.com/ Aditya Nara)

Cilacap, IDN Times - Hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem yang mengguyur Kabupaten Banyumas dan Purbalingga pada Minggu (3/8/2025) sore hingga malam hari menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut.

1. Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Banyumas dan Purbalingga

Logo BMKG. (Dok BMKG)
Logo BMKG. (Dok BMKG)

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, mengatakan intensitas hujan yang tinggi dipicu oleh kondisi atmosfer yang mendukung terbentuknya awan hujan dalam jumlah besar dan menjulang tinggi.

"Data curah hujan di wilayah Banyumas menunjukkan hujan sangat lebat terjadi di Baturraden dengan intensitas 139 milimeter, sedangkan hujan ekstrem terjadi di Balai Desa Sumbang (195 milimeter) dan Balai Desa Ketenger (205 milimeter)," katanya melansir dari Antara.

Sementara di wilayah Kabupaten Purbalingga, hujan sangat lebat terjadi di Trenggiling (105 milimeter), Talagening (131 milimeter), Karanganyar (130 milimeter), dan Dinas Pekerjaan Umum Purbalingga (141 milimeter).

Menurut dia, hujan ekstrem di Purbalingga tercatat di Losari (Kecamatan Rembang) yang mencapai 286 milimeter serta di Banjarkerta yang sebesar 205 milimeter. "Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya intensitas hujan di dua wilayah tersebut," katanya.

2. Akibat adanya bibit siklon tropis 90S

Bibit Siklon Tropis 96S masih terpantau di wilayah NTT. (Dok BMKG NTT)
Bibit Siklon Tropis 96S masih terpantau di wilayah NTT. (Dok BMKG NTT)

Ia mengatakan salah satu penyebabnya berupa adanya bibit siklon tropis 90S yang terpantau di wilayah Samudra Hindia barat daya Pulau Jawa, sehingga memicu perlambatan angin dan meningkatkan pembentukan awan hujan di sekitar wilayah Jawa Tengah.

Selain itu, kata dia, anomali suhu muka laut di perairan sekitar Jawa Tengah juga menambah potensi penguapan, yang selanjutnya memperkuat pembentukan awan konvektif.

"Kelembapan udara di berbagai lapisan atmosfer juga terpantau dalam kondisi basah, serta kondisi labilitas udara yang cenderung labil ikut memperkuat peluang terbentuknya hujan lebat. Faktor lokal seperti topografi juga berpengaruh kuat," katanya.

3. BMKG imbau masyarakat tetap waspada

idntimes.com
Tim SAR Cilacap saat melakukan proses pencarian dan evakuasi terhadap 8 orang korban banjir bandang sungai Klawing, Senin (4/8/2025).(IDN Times/Foto : SAR Cilacap)

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan di wilayah Jawa Tengah, khususnya Banyumas dan Purbalingga, untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi susulan seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang, mengingat potensi hujan dengan intensitas tinggi masih dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat memanfaatkan informasi resmi yang dikeluarkan oleh BMKG, baik melalui aplikasi Info BMKG, media sosial resmi, maupun kanal-kanal komunikasi lainnya.

"BMKG terus memantau perkembangan kondisi cuaca dan kami akan terus menyampaikan informasi peringatan dini kepada masyarakat," katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us