Menelusuri Sejarah Kiai Telingsing, Ulama Cina Penyebar Islam di Kudus

Asmaji Muchtar pernah menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Kiai Telingsing saat pemaparan mengatakan pengetahuan sejarah Tee Ling Sing atau Telingsing secara umum dapat dari penuturan atau melalui folklore. Penelitian yang dibantu para ahli sejarah dan akademis yang dalam penulisannya merujuk pada sumber.

Pada sumber, Kiai Telingsing adalah seorang keturunan ayah yang beribu Tionghoa. Ayah Telingsing bernama Kiai Sunggin. Hal ini merujuk pada sebuah nama desa di kudus. Sebuah kawasan yang berada pada lintasan Sungai Gelis sekitar 500 meter dari Menara Kudus.

Pandangan ini tentunya tidak sama dengan penutuan sebagian masyarakat lainnya yang meyakini bahwa ayah Kiai Telingsing adalah seorang pribumi dari Desa Sunggingan.

Diceritakan bahwa perjalanan hidup ayah Kiai Telingsing terbawa angin ke negeri Cina (Yunan). Melalui seutas benang layang-layang yang diterbangkan sendiri.

“Di Cina Kiai Sungging menikah dengan seorang gadis pribumi yang kemudian melahirkan Tee Ling Sing,” ujarnya.

Kemudian memasuki usia ke-17 tahun Telingsing mendapatkan perintah ayahnya agar kembali ke Jawa Dwipa untuk melanjutkan dakwah ayahnya di Kudus yang dulu disebut dengan Tajug. Kemudian Telingsing bertemu dengan Sunan Kudus atau Sayid Jakfar Shadiq.

“Dari perjumpaan itu mereka sepakat untuk mengembangkan dakwah melalui pendekatan budaya. Salah satunya pendekatan dakwah yang dilakukan Kiai Telingsing adalah melalui jalur seni ukir pahat kayu yang saat itu belum banyak kenal di Kudus,” terangnya.

Tak hanya itu, bukti lain bahwa Kiai Telingsing pandai mengukir adalah peninggalan dari Kiai Telingsing. Kata dia ada beberapa peninggalan Kiai Telingsing.

“Di antaranya keris luk 13 yang ada ukirannya. Itu luar biasa. Kemudian ada tombak, Al quran Istanbul dengan tintas emas, hingga ada pakaian perang rompi,” ujarnya.

Sementara itu, KH Agus Sunyoyo dari Lesbumi PBNU sekaligus juga penulis buku Atlas Walisongo mengatakan memang Kiai Telingsing masih dalam banyak perbincangan. Satu diantaranya yang menjadi perdebatan karena dalam penelitian oleh Denys Lombard tidak menemukan bukti arkeolog sama sekali pada makam Kiai Telngsing di Kudus.

“Sehingga tentang kisai Kiai Telingsing yang bersumber dari beberapa tradisi lisan. Lebih pendekatan pada historiografi,” ungkapnya.