Radio lokal di Kota Semarang, Radio Idola tetap eksis di telinga pendengar di era digital. (dok. Radio Idola Semarang)
‘’Radio yang disorientasi ini karena mereka terkena dampak disrupsi digital. Kalau di Kota Semarang, banyak radio yang dulu pernah hits kini masih terperangkap dengan menyiarkan program-program klasik atau masa lalu. Misalnya, tembang kenangan dan kirim-kiriman salam. Kemudian, juga tidak menyadari semua sudah berubah digital. Sehingga, tidak peka bahwa zaman dan generasi pendengar sudah mengalami perubahan,’’ ungkapnya kepada IDN Times, Jumat (20/8/2021).
Kondisi itu menurut perempuan yang sudah 34 tahun menjadi penyiar radio itu, kini radio dianggap ‘makhluk aneh’ bagi pendengar milenial dan generasi Z. Mereka menganggap siaran radio tidak satu frekuensi dengan selera mereka. Sehingga, mereka memilih ke aplikasi digital seperti podcast atau streaming, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan entertainment mereka.
Kendati demikian, itu tidak berlaku bagi Radio Idola Semarang. Dalam menghadapi gelombang disrupsi digital, radio yang berada di frekuensi 92.6 FM itu sudah menyiapkan kapal untuk berlayar di era digital sejak 10 tahun lalu. Perusahaan media elektronik itu mengubah konsep dengan juga merambah ke media online. Kemudian, memposisikan diri dengan mengubah siaran yang disuguhkan dari sekadar menyajikan lagu-lagu dangdut kini lebih fokus dengan format news and talk.