Kisah Sekolah Sepak Bola Semarang Rela Urunan Swadaya Biar jadi Pemain

Pembinaan bibit pesepak bola daerah tidak tersentuh pusat

Semarang, IDN Times - Lembaga yang menaungi sepak bola di Tanah Air, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tengah menjadi sorotan. Sejak kasus tragedi Kanjuruhan di Malang hingga penghentian Liga 2 dan Liga 3, PSSI menjadi perhatian masyarakat. 

1. Minat anak-anak berlatih sepak bola tinggi

Kisah Sekolah Sepak Bola Semarang Rela Urunan Swadaya Biar jadi PemainAnak-anak mengikuti latihan sepak bola di SSB Putra Mandiri Semarang (Instagram/ssb_putramandiri_semarang)

Menyusul peristiwa di atas bursa pencalonan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI juga tengah bergulir saat ini. Sesuai rencana, pemilihan pengurus baru PSSI akan digelar saat Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari 2023.

Banyak yang berharap pada kepengurusan PSSI yang baru mendatang. Bahkan, harapan itu berangkat dari sekolah sepak bola (SSB) di Kota Semarang yang menjadi wadah pembinaan usia dini bibit-bibit calon pesepak bola.

Dari lapangan yang berlokasi di Jalan Hadi Subeno Mijen Semarang, setiap hari Senin, Rabu, Jumat sore dan Minggu pagi, puluhan anak-anak usia 7–12 tahun berlatih sepak bola di bawah binaan SSB Putra Mandiri Semarang. Antusias dan minat mereka belajar sepak bola sangat tinggi mengingat olahraga ini sangat digemari di negeri ini.

Baca Juga: Daftar Pemain Muda Baru PSIS Semarang di Lini Belakang, Masih Segar!

2. Pembinaan calon pesepakbola di SSB belum dapat perhatian

Kisah Sekolah Sepak Bola Semarang Rela Urunan Swadaya Biar jadi PemainAnak-anak mengikuti latihan sepak bola di SSB Putra Mandiri Semarang (Instagram/ssb_putramandiri_semarang)

Ketua SSB Putra Mandiri Semarang, Poniran mengatakan, pembinaan untuk anak-anak usia dini yang memiliki minat tinggi bisa bermain sepak bola ini terus berjalan. Bahkan, untuk melatih mereka berkompetisi pihaknya selalu mengikutkan anak-anak pada event pertandingan sepak bola.

‘’Dalam catatan kami ada lebih dari 100 anak yang terdaftar, tapi setiap waktu latihan memang hanya sekitar 60–70 persen yang hadir. Mereka yang tidak hadir ini biasanya ada kegiatan di sekolah,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (20/1/2023).

Setiap kali latihan, dengan mengenakan seragam SSB Putra Mandiri berwarna merah, semangat mereka sangat tinggi. Mereka mengikuti setiap arahan dari pelatih, seperti berlari mengelilingi lapangan, menggiring bola, dan latihan fisik serta taktikal.

Kendati demikian, pembinaan usia dini calon pesepakbola di tingkat SSB ini berlum mendapat perhatian oleh pemerintah baik daerah maupun pusat. Bahkan, asosiasi sepak bola seperti PSSI juga belum menyentuh kegiatan ini.

Hingga kini untuk mendidik dan melatih anak-anak yang memiliki minat tinggi pada olahraga sepak bola ini masih dilakukan secara swadaya. Orang tua melakukan iuran untuk membayar biaya latihan anak-anak mereka belajar olahraga sepak bola.

3. Bayar iuran Rp75 ribu untuk 16 kali latihan

Kisah Sekolah Sepak Bola Semarang Rela Urunan Swadaya Biar jadi PemainAnak-anak mengikuti latihan sepak bola di SSB Putra Mandiri Semarang (Instagram/ssb_putramandiri_semarang)

Adapun, biaya untuk bergabung di SSB Putra Mandiri, yaitu sebesar Rp50 ribu untuk pendaftaran dan Rp75 ribu per bulan untuk 16 kali latihan.

‘’Dulunya malah gratis tidak kami kenakan biaya. Cuma semakin kesini kami juga butuh biaya operasional untuk membayar pelatih. Total ada enam pelatih yang membimbing anak-anak. Itu pun dua di antaranya anak saya yang juga kami berdayakan untuk menjadi pelatih,’’ ungkap Poniran yang juga Pengurus Bidang Pembinaan Usia Dini Asosiasi Kota (Askot) PSSI Kota Semarang itu.

Selain latihan rutin, anak-anak didikan SSB Putra Mandiri ini juga kerap mengikuti kompetisi lomba yang diselenggarakan Askot PSSI Kota Semarang. Upaya tersebut dilakukan untuk mengasah kemampuan sekaligus melatih mental mereka.

‘’Selain itu, tujuan kami mendampingi dan membina mereka ini, yaitu agar anak-anak punya kegiatan yang positif sambil meraih prestasi,’’ ujar guru olahraga SMP 18 Semarang itu.

Maka itu, di tengah momen carut marut persepakbolaan Indonesia dan bursa pencalonan Ketua Umum PSSI ini banyak harapan dari level akar rumput seperti SSB.

4. SSB adalah ujung tombak sepak bola Indonesia

Kisah Sekolah Sepak Bola Semarang Rela Urunan Swadaya Biar jadi PemainAnak-anak mengikuti latihan sepak bola di SSB Putra Mandiri Semarang (Instagram/ssb_putramandiri_semarang)

Poniran menyampaikan harapan bagi Ketua Umum PSSI mendatang dapat membenahi sepak bola di Tanah Air.

‘’Selama ini sepak bola Indonesia belum lepas dari politik. Kalau sepak bola masih dicampuri politik ya akan rusak. Maka, bagi para calon Ketua Umum PSSI kami berharap masalah tersebut diselesaikan. Sebab, kami membutuhkan sosok yang benar-benar tahu olahraga sepak bola, yang mau menyentuh urusan sepak bola hingga tingkat bawah,’’ ungkapnya.

Seperti halnya SSB, pembinaan usia dini tersebut merupakan ujung tombak yang mengantar anak-anak menjadi pemain sepak bola.

‘’Kalau di klub-klub itu kan hanya meneruskan. Namun, yang membentuk dan melatih mereka di tingkat dasar adalah SSB. Maka, pemerintah harus memperhatikan kami yang di dasar ini. SSB tidak ada yang ngopeni, semua solidaritas orang tua. Itu berlaku di semua SSB. Temen pelatih nyambi sana-sini karena belum ada perhatian dari pemerintah,’’ tandas Poniran.

Baca Juga: PSIS Semarang Menang di Kandang, Tundukkan Arema FC dengan Skor 1-0 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya