3 Suporter Bola Jateng dan Yogya Islah, Serukan Hastag #MataramIsLove

Surakarta, IDN Times - Tiga suporter fanatik di klup sepak bola Persis Solo, PSIM Yogyakarta, dan PSS Sleman sepakat untuk berdamai. Ketiganya sepakat untuk mengakhiri perselisihan dan menyerukan hastag #MataramIsLove.
Baliho perdamaian ketiga suporter klub tersebut bahkan dipasang di pintu masuk Stadion Manahan, Solo sisi selatan. Diketahui baliho tersebut mulai dipasang Rabu (5/10/2022).
Baca Juga: Suporter PSIM dan Persis Gelar Salat Gaib untuk Korban Kanjuruhan
1. Hikmah dari tragedi Kanjuruhan.
Perdamaian tersebut ditandai dengan berkumpulnya ketiga supoter tersebut di Stasion Mandala Krida, Yogyakarta pada Selasa (4/10/2022) malam.
Aksi perdamaian tersebut dilakukan usai adanya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malah. Para suporter mengelar acara salat gaib serta doa bersama untuk para korban tewas tragedi Stadion Kanjuruhan di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Yogaykarta.
2. Sudah menunggu perdamaian 22 tahun.
Salah satu pendiri Pasoepati, Mayor Haristianto menyambut baik islah yang dilakukan ketiga suporter tersebut. Ia mengaku sudah menunggu momen perdamaian sejak 22 tahun yang lalu.
Editor’s picks
"Saya mengucap syukur ya, atas perdamaian itu, saya pribadi menunggu selama 22 tahun, ini saya berbangga, senang," ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Rabu (5/10/2022).
Mayor mengatakan awal mula suporter Jogja dan Solo bertikai, bermula pada pertandingan di Stadion Mandala Krida Yogyakarta pada tahun 2000 lalu.
" Kami pernah bertikai pernah rusuh tahun 2000 di Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Kami merasakan teman-teman kami sekitar 20 ribu Pasoepati dari Solo ke Jogja tapi belum diterima dirusuhin. Karena pada saat itu tim PSIM memang sudah degradasi artinya sudah tidak ada penonton Jogya yang hadir, akhirnya mereka tersisih. Karena ada 20 ribu kostum merah-merah bisa menguasai Stadion Mandala Krida dan bisa menduduki Stadion Mandala Krida, kemungkinan dia kecewa gitu marah, dan mereka melempari kami dari luar stadion, akhirnya saat itu sepak bola tertunda. Dan itu yang menjadi kami dengan jogja tidak akur," jelasnya.
3. Serukan rivalitas hanya 90 menit selama di lapangan.
Sementara itu, Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong, mengatakan perdamaian tersebut menjadi babak baru dunia sepak bola di Indonesia. Ia menyebut rivalitas seharusnya hanya terjadi di 90 menit atau dalam pertandingan.
"Tanpa sedikit pun mengesampingkan tragedi di Stadion Kanjuruhan, ini menjadi hal positif ke depan. Rivalitas yang cukup lama antara Solo dan Jogja, ini akan kita bangun kembali untuk hal-hal yang positif," katanya.
Lebih lanjut, Maryadi berharap, upaya rekonsiliasi suporter DIY- Jateng tersebut dapat berlanjut ke depan.
"Terpenting kisah ini nantinya tidak hanya sebatas pertemuan ini saja. Kami harap pengurus dari DPP juga dapat mensosialisasikan hingga ke akar rumput," kata Maryadi. Harapan kita seperti itu, agar tidak ada korban-korban yang berjatuhan. Kita bikin bahwa suporter ini jangan identik dengan brutalitas tapi identik dengan kreativitas," pungkasnya.
Baca Juga: 8 Potret Aksi Solidaritas Suporter PSIS Semarang untuk Korban Tragedi Kanjuruhan