5 Fakta Menarik Salatiga, Masuk Kota Paling Toleran di Indonesia

Asal usul nama Kota Salatiga berasal dari kisah Ki Ageng Pandanaran, yang merupakan Bupati Semarang pada era Kesultanan Demak, yang ikut dengan Sunan Kalijaga untuk pergi mengembara.

Saat dalam perjalanan, Sunan Kalijaga meminta agar Ki Ageng Pandanaran untuk meninggalkan semua harta benda miliknya. Meski Ki Ageng Pandanaran mampu menepati janjinya tersebut, tetapi istrinya melanggarnya. Istri Ki Ageng Pandanaran memasukkan emas dan juga berlian ke dalam tongkat.

Sesudah kejadian tersebut, Sunan Kalijaga berkata kepada Ki Ageng Pandanaran dan juga istrinya bahwa ia akan menamakan tempat pengembarannya tersebut dengan nama ''Salatiga'', karena mereka berdua telah berbuat tiga kesalahan.

Kesalahan pertama yaitu mereka sangat kikir. Sementara kesalahan kedua yaitu karena mereka sombong, dan kesalahan ketiga yaitu karena membuat rakyat sengsara.

Setelah mengatakan tiga kesalahan Ki Ageng Pandanaran dan istrinya, Sunan Kalijaga berharap agar kelak kota yang diberi nama '' Salatiga'' ini, nantinya bisa tempat yang baik dan juga ramai.

Salatiga merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, lo. Melansir laman Salatiga.go.id, kota yang berdiri pada tanggal 24 Juli, tahun 750 Masehi ini, kini telah berusia 1270 tahun, lo.

Bukti berdirinya Salatiga tertulis pada Prasti Plumpungan, yaitu berupa batu besar sejenis andesit, yang panjangnya sekitar 170 cm, dengan lebar 160 cm, dan garis lingkar 5 meter.

Menurut Prasasti yang terletak di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo ini, Salatiga sudah ada sejak 750 Masehi, dimana pada saat itu merupakan tanah perdikan.

Tanah perdikan adalah tanah pemberian raja yang diberikan kepada daerah yang dianggap telah berjasa kepada pemimpinnya. Rakyat yang menetap di tanah perdikan ini, dibebaskan dari pajak dan juga upeti.

Sejarahwan sekaligus ahli Epigraf yaitu Dr. J. G. de Casparis, mengalihkan tulisan dalam Prasasti Plumpungan dengan lengkap.

Setelah itu, Prof. Dr. R. Ng Poerbatjaraka, yang menyempunakan tulisan dalam prasasti tersebut.

Prasasti Plumpungan ini, berisi tentang ketetapan hukum terkait status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah, yang saat itu bernama Hampra, yang kini telah menjadi Salatiga.

Meski hanya sebuah kota kecil, pemandangan di Salatiga gak kalah indahnya dengan kota lainnya, lo. Kota ini memiliki pemandangan alam yang memesona dan udara yang sejuk, karena terletak di kaki Gunung Merbabu.

Bahkan keindahan kota ini sudah terkenal sejak zaman penjajahan Belanda, hingga Salatiga saat itu dijuluki "De Schoonste Stad van Midderi-Java" , yang artinya kota terindah di Jawa Tengah.

Siapa yang tidak kenal dengan enting-enting gepuk? Makanan  yang terbuat dari kacang tanah, gula pasir, vanili dan air ini, merupakan salah satu camilan favorit banyak orang.

Rasanya yang manis, gurih dan juga renyah membuat siapun yang memakannya menjadi ketagihan. Namun ternyata, tidak banyak orang yang tahu jika makanan ringan ini berasal dari Salatiga, lo.

Pada awal mulanya, enting-enting gepuk dirintis oleh imigran dari Fukikian Cina yang bernama Khoe Choeng Hok pada tahun 1920-an.

Enting-enting gepuk pertama kali dibuat di Klenteng Hok Tek Bio No.13 Salatiga, karena Khoe Choeng Hok adalah juru kunci dari klenteng tersebut. Diberi nama enting-enting gepuk karena proses pembuatannya digepuk sampai seluruh bahan tercampur menjadi satu.

Enting-enting gepuk dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet dan juga pewarna. Meski begitu, makanan ringan ini bisa bertahan sampai 6 bulan, lo. Salah satu merk enting-enting gepuk yang paling laris yaitu enting-enting gepuk ''Klenteng dan 2 Hoolo''. Sudah pernah mencoba belum?

Selain dijuluki kota paling toleran di Indonesia, Salatiga juga dijuluki Indonesia mini, lo. Di Salatiga, banyak pendatang dari berbagai daerah di Indonesia.

Sebagian besar pendatang di Salatiga berasal dari Bali, Aceh, Medan, Sulawesi, Kalimantan, NTT, NTB, Maluku, dan Papua. Para pendatang ini, umumnya ke Salatiga bertujuan untuk menuntut ilmu di perguruan swasta bernama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). 

Untuk menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada, mahasiswa UKSW berinisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan yang kini sudah mendunia, yaitu Indonesian Internasional Culture Festival (IICF).

Di Festival ini, nantinya setiap daerah mengirimkan perwakilan untuk menampilkan keunikan dari daerahnya dalam Pawai Budaya dan juga mendirikan stand makanan khas daerahnya masing-masing, agar bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Salatiga. 

Itulah 5 fakta menarik seputar Salatiga, kota paling toleran di Indonesia. Tertarik untuk berkunjung ke kota paling toleransi di indonesia ini, guys?