TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masyarakat di Jateng Suka Belanja Daring, Pengguna QRIS Tembus 3 Juta

Pertumbuhan ekonomi tetap kuat di kisaran 4,5--5,3 persen

Ilustrasi penggunaan QRIS (IDN Times/Dokumen Qris.id)

Semarang, IDN Times - Transaksi digital tumbuh pesat di Jawa Tengah. Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah mencatat pertumbuhan itu ditopang oleh gaya hidup masyarakat dalam berbelanja secara daring.

Baca Juga: Minyakita Langka, Pedagang Jateng: Zulhas Gak Ahli di Bidang Perdagangan

1. Masyarakat lebih memilih belanja daring

Ilustrasi transaksi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Kepala Kantor Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwi Saputra mengungkapkan, pada tahun 2022 transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat.

“Kondisi itu ditopang oleh kenaikan akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking,” ungkapnya, Kamis (9/2/2023). 

Dengan demikian, BI terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Hal itu dilakukan melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi. 

Untuk diketahui, pengguna QRIS di Jateng tercatat terakselerasi 301,79 persen (yoy), yaitu menjadi 3.040.856 pengguna. Sementara itu, transaksi e-commerce melalui bill pay juga tercatat membaik dengan tumbuh sebesar 10,66 persen (yoy). 

2. Peredaran uang di Jateng capai Rp30,6 triliun

ilustrasi uang tunai baru (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Selanjutnya, uang elektronik di Jateng juga naik sebesar 48,98 persen (yoy). Realisasi peredaran uang pada 2022 sebesar Rp30,6 triliun atau tumbuh sebesar 14,18 persen (yoy).

Rahmat menjelaskan, ekonomi Jateng tumbuh 5,31 persen (yoy) pada tahun 2022. Meningkat  dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 3,33 persen (yoy). 

“Perbaikan ekonomi Jateng didorong oleh peningkatan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 3,24 persen. Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan berasal dari transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan,” tuturnya.

Kemudian, capaian inflasi Jateng juga berada pada level terjaga, dengan kecenderungan yang semakin membaik dalam sasaran inflasi yang ditetapkan.  Pada Januari 2023, inflasi Jateng tercatat sebesar 0,32 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 0,34 persen. Penurunan inflasi disebabkan oleh inflasi komponen administered price yang dipengaruhi oleh penurunan harga bensin seiring dengan penyesuaian harga untuk beberapa jenis bensin terutama nonsubsidi.

3. Kinerja investasi diperkirakan tumbuh

Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, penurunan komponen administered price juga dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara. Penurunan ini sejalan dengan harga avtur dunia yang mulai melandai serta adanya penambahan jumlah dan rute maskapai pesawat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat pasca pandemik. 

Namun demikian, kenaikan beberapa komoditas strategis, seperti beras, aneka cabai, dan bawang merah menahan penurunan inflasi yang lebih dalam. Peningkatan harga pada komoditas-komoditas dimaksud disebabkan belum masuknya masa panen komoditas beras dan curah hujan yang tinggi yang berdampak pada komoditas hortikultura. 

Sementara itu, Rahmat menambahkan, ke depan pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2023 diperkirakan akan tetap kuat di kisaran 4,5 persen--5,3 persen (yoy). Pertumbuhan positif pada 2023 didorong dari sisi domestik sementara sisi eksternal diperkirakan menurun. 

“Di sisi domestik, kinerja investasi diperkirakan tumbuh sementara kinerja konsumsi rumah tangga masih bertahan. Sementara itu, di sisi eksternal, perlambatan akan didorong oleh penurunan permintaan ekspor produk TPT, alas kaki dan furniture di AS dan Eropa yang merupakan pasar andalan Jateng,” jelasnya. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jateng Melesat di 2022, Tembus 5,31 Persen 

Berita Terkini Lainnya