TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Potret Double Eight Semarang Berjaya Usaha dari Limbah Kain Perca

Sukses jualan online ala ibu rumah tangga

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) memantau transaksi penjualan secara online melalui smartphone di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Semarang, IDN Times - Perca adalah limbah kain sisa dari konveksi, pabrik, atau garmen yang biasanya memproduksi pakaian, seprai, selimut, dan bahan sandang lainnya. Kain-kain tersebut kerap dibuang atau menjadi sampah.

Sebaliknya, seorang ibu rumah tangga asal Semarang, Lyna Windiarti sukses menyulap limbah kain tersebut menjadi produk home decore dan fashion yang unik. Seperti apa itu produknya? Dan bagaimana dapur produksi UMKM-nya tersebut? Yuk, simak 10 potretnya berikut ini.

1. Lyna merintis UMKM Double Eight Craft ini sejak 2017 usai dirinya memutuskan resign sebagai pekerja kantoran

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) menjahit kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

2. UMKM di Jalan Sonokeling II D 59 Semarang ini memanfaatkan kain perca pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk

Pekerja UMKM Double Eight Craft menjahit kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

3. Lyna melakukan mix and match kain perca dengan apik melalui perpaduan teknik patchwork, aplikasi, dan quilting

Pekerja UMKM Double Eight Craft menjahit kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Baca Juga: 10 Potret Digitalisasi Sulap UMKM Mlatiwangi dari Rumahan jadi Mapan

4. Produk UMKM ini antara lain sarung bantal, selimut, taplak meja, boneka, topi, tote bag, tas wanita, outer, jaket, jas

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) mengecek produk selimut kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

5. Produk Double Eight Craft yang bernilai seni tinggi ini masih terjangkau karena dijual mulai Rp35 ribu sampai Rp1 juta

Salah satu produk UMKM Double Eight Craft, boneka yang dipajang di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

6. Sebagian besar pelanggan Double Eight Craft berasal dari Jakarta dan luar negeri seperti Belgia, Belanda, dan Jerman

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) mengecek produk jaket kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

7. Setelah single fighter sendiri, sejak 2 tahun terakhir Lyna dibantu dua pekerja lokal untuk membantu proses produksi

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (kiri) mengecek jahitan kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

8. Kemajuan teknologi dimanfaatkan Lyna untuk mengembangkan kapasitas, pengembangan, dan jaringan agar bisa naik kelas

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) mengecek transaksi penjualan secara online melalui smartphone di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

9. Salah satunya bergabung di Rumah BUMN Semarang, yang mana Double Eight Craft terpilih masuk program Incubator BRI 2023

Pemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) mengecek transaksi penjualan secara online melalui smartphone di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Baca Juga: 10 Potret Emak-emak Semarang Moncer Berbisnis Rumahan tapi Gak Murahan

Berita Terkini Lainnya