Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Para pedagang burung yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Burung Karimata Semarang keberatan dengan kebijakan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang memberlakukan aturan Jateng di Rumah Saja pada Sabtu 6 Februari-Minggu 7 Februari 2021.
Baca Juga: Jateng di Rumah Saja, Rudy: Jangan Hanya Dua Hari Tapi Seminggu
1. Pedagang burung di Semarang: Kalau pasarnya ditutup, burungnya mati siapa yang nanggung
Seorang konsumen saat mengecek kualitas suara burung dara yang akan dibelinya di Pasar Karimata Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto Menurut Ngatman, Ketua PPJP Pasar Karimata Semarang aturan yang dibuat oleh Ganjar sangat membebani pedagang burung yang notabene mengandalkan penghasilan setiap hari.
"Kita keberatan dengan kebijakan Pak Gubernur, karena di pasar burung kita mesti ngasih makan burungnya setiap hari. Lha kalau gak dikasih makan, burungnya mati, siapa yang nanggung," kata Ngatman kepada IDN Times, Jumat (5/2/2021).
2. Pedagang burung terapkan 4M. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan membaca doa
Deretan burung merpati putih yang dijual di Pasar Karimata Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto Ngatman menyebut bila sebenarnya tata kelola Pasar Karimata selama pandemik sudah berjalan dengan cukup baik. Di dalam pasar, ia dan rekan-rekannya sesama pedagang unggas rutin menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Para pedagang selama ini tetap memakai masker, berusaha rajin mencuci tangan dengan antiseptik dan menjaga jarak.
"Kalau di pasar-pasar lainnya protokolnya 3M, kita yang jualan burung protokolnya 4M. Yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan antiseptik, menjaga jarak dari kerumunan dan satu lagi membaca doa. Di masa pandemik kita selalu baca doa ya harapannya biar pelanggan gak takut datang kemari," katanya.
Baca Juga: Dibuat Kecewa, Asita: Kebijakan Ganjar Mematikan Pariwisata di Jateng
3. Resiko penularan virus Corona di pasar burung sangat kecil
Seorang pedagang burung love bird saat memberikan pakan burung di lapaknya. IDN Times/Fariz Fardianto Ia mengatakan dengan letak kios yang tidak berdempetan serta jumlah pembeli yang sangat sedikit, maka dirinya merasa tak adil rasanya jika pasar burung juga harus ditutup selama dua hari.
Ngatman bilang selama pandemik, pasarnya juga jauh dari potensi penularan COVID-19. Kondisi pasarnya tak pernah berjubelan. Apalagi pedagangnya tertib dan beda jauh dengan situasi di pasar lainnya yang jualan bahan kebutuhan pokok.
"Lha wong posisi kiosnya aja longgar banget beda sama pasar krempyeng yang pedagangnya empet-empetan. Paling kalau pembeli kesini gak mungkin umpel-umpelan (berjubelan). Karena orang yang beli burung hanya para penghobi, yang datangnya satu dua orang, terus lihat burung sambil santai-santai. Jadinya gak mungkin berkerumun. Toh juga gak pernah ada penularan virusnya kok," tegasnya.
Baca Juga: Jateng di Rumah Saja, Pasar Ditutup, Pedagang: Gak Bisa Makan!