TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siaran Analog Disetop, Pedagang TV Bekas di Semarang Malah Laris Manis

Omzet pedagang televisi bekas di Semarang meningkat

Seorang pedagang sedang membersihkan televisi bekas di lapak Pasar Kokrosono Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Para pedagang televisi bekas di Pasar Kokrosono, Semarang menangguk untung berlipat imbas dari kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang akan menghentikan siaran televisi analog mulai 17 Agustus 2021. Di Pasar Kokrosono, Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, para pedagang televisi bekas bungah sejak adanya ramai kabar tersebut

Baca Juga: Cerita Ryan, Dukun Lampu Tumpuan Harapan Warga Semarang saat COVID-19

1. Penjualan televisi bekas melonjak naik 20--30 persen

Seorang pedagang televisi bekas Pasar Kokrosono Semarang tampak sedang memperbaiki dagangannya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Darmin, seorang pedagang televisi bekas mengaku efek dari rencana penghentian siaran analog, penjualan televisinya belakangan justru meroket naik.

"Sekitaran sebulanan ini televisi bekas saya banyak yang beli. Kira-kira omzet saya ikut naik 20 persen sampai 30 persen. Ini mungin karena pemerintah mau menyetop siaran analog di tahun ini," ujar lelaki berusia 44 tahun tersebut kepada IDN Times belum lama ini.

2. Televisi bekas masih bisa dipakai nonton siaran digital

Ilustrasi layanan digital (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Televisi tabung sebenarnya masih bisa dipakai untuk menonton siaran dari jejaring digital. Darmin bilang setiap orang bisa dengan mudah mengganti channel (saluran) televisinya memakai input audio visual (AV).

"Ya asalkan dia punya alat boosternya buat menangkap sinyal digitalnya," akunya.

Pembeli yang mampir ke lapaknya pun sudah diberitahu bahwa memakai televisi tabung jauh lebih menguntungkan saat dipakai menyaksikan siaran digital.

"Kalau televisi tabung pas rusak gampang diperbaiki. Lha yang televisi LED yang agak repot. Kalau rusak, ongkos memperbaikinya yang mahal. Untuk mengganti layarnya aja sekitar sejuta. Jadi menurut saya lebih hemat pakai televisi tabung," kata Darmin.

3. Warga yang lagi WFH suka berburu televisi bekas

Ilustrasi Work From Home (IDN Times/Arief Rahmat)

Di lapaknya, Darmin menjual televisi bekas dengan banderol harga yang tergolong muriah. Satu unit ia jual seharga Rp150 ribu sampai Rp1 juta.

Kondisi pandemik COVID-19 yang membuat banyak orang kerja di rumah alias work from home (WFH) juga menguntungkan dirinya. Orang-orang yang lagi WFH, katanya belakangan ini kerap berburu televisi bekas untuk mengisi waktu luangnya saban hari.

"Televisi bekas saya saban hari laku dua sampai tiga unit. Lumayanlah, ada untungnya juga banyak orang WFH," akunya.

Baca Juga: 5 Dampak Buruk Tayangan Televisi pada Perkembangan Anak

Berita Terkini Lainnya