Ekspor Daging Rajungan Tidak Goyah saat COVID-19, Bisa Cetak Transaksi Rp755 M

Bahan baku rajungan dipasok nelayan Pantura

Semarang, IDN Times - Selama periode Januari hingga September 2020, aktivitas ekspor daging rajungan yang berasal dari Jawa Tengah rupanya tidak goyah meski ada wabah virus Corona (COVID-19).

 

1. Produk pengolahan ikan punya nutrisi untuk menjaga imun tubuh

Ekspor Daging Rajungan Tidak Goyah saat COVID-19, Bisa Cetak Transaksi Rp755 Mkkp.go.id

Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, sepanjang kurun waktu tersebut, daging rajungan yang telah diekspor ke berbagai negara mencapai 2.882 ton dengan mencetak nilai transaksi sebesar Rp755 miliar.

Selain itu, masih ada sejumlah komoditas lainnya yang mengalami peningkatan ekspor. Mulai surimi, udang vaname, cumi-cumi, udang putih, udang windu, daging nila, sisik ikan dan ikan layur. Terdapat 10 negara tujuan ekspor yang muncul selama sembilan bulan terakhir.

"Para buyer di luar negeri selama masa pandemik tetap membutuhkan konsumsi ikan yang berasal dari wilayah kita. Soalnya kandungan pada produk makanan ikan punya nutrisi untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa menjaga kebugaran," kata Kepala BKIPM Semarang, Raden Gatot Perdana saat dikonfirmasi, Sabtu (24/10/2020).

Baca Juga: Jadi Bahan Kosmetik, Cangkang Rajungan Jateng Ternyata Diminati Jepang

2. Terdapat pabrik pengolahan daging rajungan yang masih eksis sampai sekarang

Ekspor Daging Rajungan Tidak Goyah saat COVID-19, Bisa Cetak Transaksi Rp755 Minstagram.com/mildarudiawati

Gatot menyatakan terdapat sejumlah pabrik daging rajungan yang beroperasi di Jawa Tengah. Salah satunya berada di Kabupaten Jepara. 

Pihaknya mengklaim proses pengolahan daging rajungan di pabrik tersebut punya kontribusi paling besar selama menjalin kerjasama dengan buyer di Amerika Serikat.

"Dan disaat banyak perusahan setop beroperasi, di pabrik pengolahan daging rajungan Jepara justru kegiatan produksinya tetap jalan sejak ada pandemik COVID-19," ungkapnya.

"Saat kita cek, mereka tidak mengabaikan mutu produknya. Makanya makanan olahan berbahan baku daging rajungan tetap diterima di Amerika. Ini jadi langkah bagus untuk mengembangkan bisnisnya ke depan," jelasnya.

3. Bahan baku rajungan didapat dari nelayan Pantura, Kalimantan hingga Sumatera

Ekspor Daging Rajungan Tidak Goyah saat COVID-19, Bisa Cetak Transaksi Rp755 Mpixabay.com/Quangpraha

Sedangkan, Suhartono, pemilik pabrik daging rajungan mengaku bahan baku rajungan selama ini ia peroleh dari para nelayan di sepanjang jalur Pantura Cirebon hingga Surabaya, lalu nelayan asal Kalimantan, Sulawesi dan beberapa daerah Sumatera.

Pihaknya mengincar ekspor ke Amerika Serikat lantaran memiliki pangsa pasar terbesar untuk produk daging rajungan ketimbang negara lainnya.

"Memang persyaratan ekspor ke Amerika sangat ketat. Kita harus berusaha menjaga mutu produknya, harus komitmen menjaga kualitasnya bahan bakunya," tukasnya.

Baca Juga: Transaksi Ekspor Naik 40 Persen, Kakap dan Kerapu Pantura Digemari 5 Negara

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya