Rewanda Bojana 2025 di Cikakak, Kolaborasi Lestarikan Alam dan Budaya

- Simbol rasa syukur dan kepedulian terhadap alam
- Dorong wisata budaya dan ekonomi warga desa
- Kolaborasi antara masyarakat dan Perhutani
Banyumas, IDN Times - Desa Cikakak di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, kembali menggelar tradisi tahunan Rewanda Bojana 2025 pada Minggu (26/10/2025).
Sebanyak 13 gunungan hasil bumi diarak warga untuk diberikan kepada kawanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang hidup di sekitar hutan. Selain sebagai upacara budaya juga wujud harmoni antara manusia, alam, dan satwa.
"Ada tiga makna penting di balik pelaksanaan Rewanda Bojana tahun 2025 yakni harmonisasi antara alam, manusia, dan budaya,"kata Akim, kepala desa Cikakak kepada IDN Times.
1. Simbol rasa syukur dan kepedulian terhadap alam

Kepala Desa Cikakak, Akim, menjelaskan bahwa tradisi Rewanda Bojana menjadi sarana warga untuk mengekspresikan rasa syukur atas rezeki alam sekaligus berbagi dengan sesama makhluk hidup.
"Alhamdulillah tahun ini Rewanda Bojana berjalan lancar, da 13 peserta gunungan dari berbagai desa, dan dukungan masyarakat sangat luar biasa,"tegasnya lagi.
Akim menjelaskan, gunungan berisi buah buahan, sayuran, dan hasil bumi diserahkan kepada monyet monyet sebagai simbol kebersamaan dan keseimbangan ekosistem. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun dan menjadi daya tarik wisata budaya Banyumas.
2. Dorong wisata budaya dan ekonomi warga desa

Selain nilai spiritual dan ekologis, Rewanda Bojana juga membawa manfaat ekonomi bagi warga sekitar. "Dengan seringnya diadakan Rewanda Bojana, wisata Cikakak makin dikenal, banyak pengunjung datang, warga bisa berjualan kuliner khas untuk menambah penghasilan,"kata Akim.
Suasana meriah, gunungan warna-warni, dan monyet berebut buah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang setiap tahun.
Tradisi ini pun diharapkan terus lestari sebagai wujud kearifan lokal Banyumas yang menyatukan manusia, budaya, dan alam dalam satu harmoni.
3. Kolaborasi antara masyarakat dan Perhutani

Pelaksanaan Rewanda Bojana juga melibatkan Perum Perhutani BKPH Lumbir karena lokasi acara berbatasan dengan hutan petak 49, RPH Banteran. Pemangku BKPH Lumbir, Kuswoyo, menyebut pihaknya rutin berpartisipasi setiap tahun.
"Kami juga membuat gunungan dan ikut kegiatan ini sebagai bentuk dukungan pelestarian lingkungan. Prinsip kami hutan lestari, masyarakat sejahtera,"ujarnya.
Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana budaya lokal bisa berjalan selaras dengan program konservasi hutan. Perhutani bersama warga juga aktif menanam pohon beringin dan pucung di sekitar sumber mata air sebagai bagian dari upaya menjaga habitat satwa.


















